Dewan Pers: Kasus Pers Muncul Karena tak Taat Kode Etik Jurnalistik
Dari Pengumuman Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022
AMBON, Siwalimanews – Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengungkapkan, ada 691 kasus pers yang ditangani Dewan Pers sepanjang tahun 2022.
Berdasarkan rilis yang diterima redaksi Siwalimanews dari Humas Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) PWI Pusat, Senin (30/1) menyebutkan bahwa, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu saat menghadiri pengumuman pemenang penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro di studio CNN Indonesia TV, Jumat (27/1) malam menyebutkan, ratusan kasus pers yang disebutkannya tersebut, muncul diantaranya karena tidak menaati kode etik jurnalistik, tidak mengindahkan keberagaman, bahkan substansinya mengarah pada isu-isu bernuansa ras dan berpotensi memecah belah.
“Di Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 banyak sekali peserta masuk di nomine dan pemenang, tidak terbantahkan ini karya-karya jurnalistik yang berkualitas,” ucap Ninik.
Sementara itu, Ketua PWI Pusat Atel S Depari dalam sambutannya pada pengumuman pemenang mengatakan, penghargaan ini tidak lekang oleh waktu, sebab masih tetap bertahan.
“Menurut saya, ke sini semakin kaya kategori lomba dan pilihan bagus, sehingga penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro ini makin prestisius, apalagi diumumkan di puncak Hari Pers Nasional, untuk itu, penghargaan jurnalistik ini akan tetap eksis ke depan,” ucap Atal.
Baca Juga: Pemkot Canangkan Program Jumpa BerkatMenurutnya, dari segi kualitas, syarat indepth reporting atau liputan berkedalaman dalam Anugerah Jurnalistik Adinegoro justru menuntut wartawan meningkatkan skill-nya.
“Itu sebabnya Adinegoro akan hidup panjang,” ucapnya lagi.
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong yang juga hadir pada kesmepatan itu menilai, karya-karya jurnalistik peraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 menunjukkan bahwa kekritisan pers tanah air tidak padam.
“Tetap sikap kritis, keprihatinan kita terhadap masyarakat korban Kanjuruhan dan sebagai harapan tentu saja proses peradilannya tetap berlangsung adil, terselip pesan seperti itu saya kira,” ucapnya.
Menurut Usman, dengan pengetahuan yang memadai, maka berita yang ditulis wartawan akan berbeda, punya analisis tajam, perspektif baik, serta kedalaman.
“Kedalaman dan kelengkapan ini penting saya kira di era media sosial yang hanya menampilkan berita itu sepotong-potong, instan,” tandasnya.
Usman mencontohkan buku Melawat ke Barat karya jurnalis legendaris Indonesia, Adinegoro.
“Saya kira ini travel jurnalisme pertama dalam dunia pers. Melawat memang artinya mengunjungi, visit tapi punya makna yang dalam kalau kita lihat dari konteks jurnalistik, apa itu? mengecek ke lapangan, melihat, endingnya apa? verifikasi, itu yang kurang di kita sekarang,” tandas Usman.
Ditempat yang sama, Ketua Panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro Rita Sri Hastuti menyebutkan, dari tujuh kategori, liputan berkedalaman untuk media siber yang paling banyak pesertanya.
“Tapi ternyata dari sekian banyak itu, juri melihat, memilih inilah yang paling terbaik dan sesuai dengan harapan. Jadi kita tidak bisa bisa membatasi berapa nominasi dari masing-masing kategori, ada yang mungkin lebih sedikit, ada yang lebih banyak,” ujar Rita.
Rita mengaku, liputan berkedalaman tidak harus berupa investigasi. Namun, dapat dilakukan dengan banyak metode, seperti melakukan liputan ke mana pun. tidak hanya mengandalkan wawancara.
Dari keseluruhan nominasi, terpilih tujuh karya peraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022. Masing-masing berdasarkan liputan berkedalaman untuk media cetak, liputan berkedalaman untuk media siber, liputan berkedalaman untuk media televisi, liputan berkedalaman untuk media radio, foto berita untuk media cetak dan media siber, serta karikatur opini untuk media cetak dan media siber.
“Proses penjurian berlangsung selama bulan Desember 2022 secara hybrid, kombinasi daring dan luring, dari Sekretariat PWI Pusat, Jakarta. Saat pengumuman ini, seluruh pemenang juga hadir secara daring,” jelasnya.
Untuk kategori jurnalistik foto tambah Rita, dimenangkan oleh Hayu Yudha Prabowo dari Kliktimes.com dengan berjudul “Tolong Korban” yang terbit 2 Oktober 2022.
Selanjutnya pemenang kategori Jurnalistik Siber diraih Satrio Pangarso Wisanggeni, Margaretha Puteri Rosalina, dan Albertus Krisna dari Kompas.id dengan karya berjudul “Mau Cepat Impas, Pilih Kuliah Keguruan atau Kedokteran” yang terbit pada 29 Juli 2022.
Untuk pemenang kategori Jurnalistik Radio adalah Salma Amin dari RRI Nunukan dengan karyanya berjudul “Tanah Kami Indonesia Selamanya” yang tayang pada 5 September 2022.
Berikutnya kategori Jurnalistik Karikatur dimenangkan oleh Thommy Thomdean dari Kompas dengan judul “Tragedi Bola” yang terbit pada 5 Oktober 2022.
Kemudian pemenang kategori Jurnalistik Video Media Sosial diraih Klena Wisnu Sapta Nugraha bersama tim dari Narasi dengan karya berjudul “Momen-Momen Brutal Menjelang Kematian Massal” yang tayang pada 14 Oktober 2022.
Untuk kategori Jurnalistik Cetak dimenangkan oleh Farid S. Maulana dari Jawa Pos dengan karya berjudul “Jangan Sampai 135 Nyawa Cuma Jadi Angka: Pengingat dari Lagu, Mural, dan QR Art” yang terbit pada 11 Oktober 2022.
Dan pemenang kategori Jurnalistik Televisi diraih Maryo Sarong dari Kompas TV dengan karyanya berjudul “Berkas Kompas Episode Siapa Jaga Masyarakat Adat?” yang tayang pada 7 Juli 2022.
Penghargaan Anugerah Adinegoro 2022 akan diserahkan kepada para pemenang di depan Presiden RI Joko Widodo saat acara puncak Hari Pers Nasional 9 Februari 2023 di Medan, Sumatera Utara.(S-06)
Tinggalkan Balasan