Desember 2024, Maluku Alami Deflasi
AMBON, Siwalimanews – Provinsi Maluku mengalami deflasi 0,41 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Desember 2024. Angka ini melampaui realisasi nasional yang mengalami inflasi 0,44 persen (mtm).
Deflasi ini terutama disumbangkan oleh Kabupaten Maluku Tengah -0,50 persen dan Kota Ambon -0,41 persen, meski tertahan oleh inflasi di Kota Tual 0,12 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Rawindra Ardiansah dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Sabtu(4/1) menyebutkan, deflasi di Maluku didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,89 persen serta transportasi -0,89 persen.
“Beberapa komoditas seperti ikan selar, tongkol, dan layang mengalami deflasi dengan andil masing-masing 0,31 persen, 0,13 persen, dan 0,09 persen. Penurunan harga ikan ini disebabkan meningkatnya pasokan hasil panen ikan pelagis kecil di Laut Banda,” tulis Ardiansah.
Di sisi transportasi, tarif angkutan udara tercatat turun dengan andil deflasi 0,16 persen. Penurunan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menekan harga tiket pesawat selama periode Natal dan Tahun Baru.
Baca Juga: Speed Boat Tenggelam di SBB, 8 Orang TewasNamun demikian, laju deflasi tertahan oleh inflasi komoditas bawang merah dan tomat dengan andil masing-masing 0,17 persen dan 0,15 persen. Inflasi ini dipengaruhi pasokan yang terbatas menjelang panen. Selain itu, inflasi tahunan Maluku terkendali dilihat secara tahunan.
“Inflasi di Maluku pada Desember 2024 tercatat 1,28 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional yang berada diangka 1,57 persen (yoy) dan kelompok makanan, minuman serta tembakau menjadi penyumbang utama inflasi tahunan dengan andil 0,27 persen. Komoditas seperti beras 0,43 persen, nasi dengan lauk 0,33 persen dan emas perhiasan 0,25 persen mencatatkan kontribusi signifikan terhadap inflasi,” beber Ardiansah dalam rilis itu.
Namun, sebaliknya kelompok transportasi mengalami deflasi tahunan 0,22 persen dengan komoditas cabai rawit -0,37 persen, tarif angkutan udara -0,26 persen, dan ikan selar -0,24 persen sebagai penyumbang utama.
Untuk itu, strategi Tim Pengendalian Inflasi Daerah menjaga stabilitas harga, bahwa deflasi pada Desember 2024 mencerminkan keberhasilan sinergi TPID dalam menjaga stabilitas harga.
“Upaya strategis seperti operasi pasar, distribusi komoditas bawang merah, serta subsidi langsung kepada pedagang telah membantu menekan inflasi,” jelas Ardiansah.
Sedangkan program peningkatan produktivitas klaster pertanian dan perikanan, serta kerja sama antar daerah, baik di dalam maupun luar provinsi, juga berkontribusi terhadap stabilitas pasokan dan harga.(S-25)
Tinggalkan Balasan