PIRU, Siwalimanews – Prevalensi stunting di Kabupaten Seram Bagian Barat di tahun 2023 masih cukup tinggi, yakni diangka 31,4 persen di tahun 2023.

Penegasan ini disampaikan Penjabat Bupati SBB Jais Ely saat membuka pencanangan intervensi serentak dalam rangka penurunan stunting di bumi Saka Mese Nusa yang berlangsung di Desa Kawa, Kecamatan Seram Barat, Rabu (12/6).

Dalam sambutannya bupati mengungkapkan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadat.

“Sebab itu stunting menjadi masalah serius yang perlu ditangani bersama, karena penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari jangka panjang yang merugikan,” kata bupati.

Baca Juga: Angka Stunting di Ambon Masih Tinggi

Oleh sebab itu lanjutnya tumbuh kembang anak dapat mempengaruhi perkembangan otak dan menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan berisiko lebih tinggi serta menderita penyakit kronis di masa dewasanya.

Bupati, menambahkan, pelaksanaan pencanangan intervensi hari ini merupakan aksi dalam penurunan stunting melalui pendataan penimbangan, pengukuran, edukasi dan intervensi bagi seluruh ibu hamil, bayi dibawa umur lima tahun dan calon pengantin secara berkelanjutan.

“Angka prevalensi stunting untuk wilayah SBB di tahun 2023 masih tinggi yakni 31,4 persen berdasarkan data survei kesehatan Indonesia (SKI),” uja bupati.

Untuk itu bupati mengajak semua kepala OPD dan masyarakat untuk sama-sama memperkuat komitmen bersama demi perang stunting agar target penurunan dapat dapat dicapai.

“Sehubungan dengan peraturan Presiden RI No 72 Tahun 2001 tentang percepatan penurunan stunting, dimana SBB masuk urutan ke 5 tertinggi dari 11 kabupaten/kota  dan urutan ke 7 terendah dari di Maluku,” urai bupati.

Maka untuk penurunan angka stunting di SBB, katanya, harus dilakukan dengan langkah-langkah, salah satunya, memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, beri air susu ibu eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, dampingi asi eksklusif dengan makanan pendamping air susu ibu sehat, dan terus memantau tumbuhnya kembang anak.(S-18)