AMBON, Siwalimanews – Realisasi gabungan kabupaten/kota di Provinsi Maluku, masih mengalami deflasi pada periode September 2024.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Rawindra Adriansah dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Senin (7/10) menjelaskan, berdasarkan data, angka realisasi gabungan kabupaten/kota IHK di Maluku, masih mengalami deflasi -0,07 persen (mtm).

Artinya, inflasi gabungan kabupaten/kota di Maluku, tercatat deflasi, namun tidak sedalam realisasi nasional sebesar -0,12 persen (mtm) dan secara spasial, deflasi bersumber dari Kota Ambon -0,35 persen (mtm) dan Kota Tual -0,37 persen (mtm). Sedangkan Kabupaten Maluku Tengah tercatat inflasi 0,44 persen (mtm).

“Realisasi di Maluku yang terdeflasi, utamanya didorong oleh realisasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terkendali. Untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau sendiri terdeflasi sebesar -0,18 persen (mtm) dan realisasi deflasi utamanya bersumber dari komoditas hortikultura, antara lain: cabai rawit, tomat dan cabai merah dengan andil masing-masing -0,12 persen (andil, mtm), -0,09 persen (andil, mtm), dan -0,08 persen (andil, mtm),” beber Adriansah dalam rilis itu.

Sedangkan penurunan harga pada komoditas hortikultura, terjadi ditengah berlangsungnya panen, terutama pada petani yang berlokasi di Kabupaten Maluku Tengah.

Baca Juga: Buka Pertemuan Pimpinan PTN di Ambon, Ini Kata Menteri ESDM

Selain itu, daerah pemasok luar Maluku, yaitu Sulawesi Selatan, turut mengalami periode panen, sehingga pasokan komoditas hortikultura meningkat.

Sedangkan untuk kelompok transportasi, turut mendorong deflasi di Maluku. Dimana kelompok ini tercatat deflasi -0,45 persen (mtm) yang utamanya dipengaruhi oleh bensin dengan andil -0,08 persen (andil, mtm).

“Penyesuaian harga BBM non-subsidi yang terjadi pada bulan September, berdampak pada deflasi kelompok transportasi. Namun demikian, deflasi pada kelompok ini tertahan oleh tarif angkutan udara yang menglami inflasi dengan andil 0,10 persen (andil, mtm). Peningkatan kunjungan di Maluku dinilai seiring dengan berbagai event dan persiapan pilkada serentak, sehingga meningkatkan tekanan harga tarif angkutan udara,” tulis Adriansah.

Namun secara tahunan, pada September 2024, tekanan inflasi gabungan kabupaten/kota, secara IHK di Maluku, tetap terkendali dan melandai, paslanya, inflasi tahunan September 2024 tercatat 1,79 persen (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya, 2,58 persen (yoy).

“Tingkat inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 1,84 persen (yoy) hal itu dikarenakan tingkat inflasi gabungan kota di Maluku masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2024 yang ditetapkan pada rentang 2,5+1 persen (yoy),” jelas Adriansah.

Realisasi yang terjadi di Maluku pada September 2024 seiring penguatan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk terus melaksanakan berbagai program strategis yang insentif, guna memitigasi terjadinya inflasi, khususnya pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

“Adapun beragam upaya pengendalian inflasi yang dilakukan, antara lain: pasar murah/gerakan pangan murah/operasi pasar dan subsidi langsung ke pedagang yang terus didorong untuk memastikan keterjangkauan harga, terutama komoditas perikanan dan hortikultura, selain itu dilakukan juga implementasi green house dan hidroponik pada pondok pesantren Al-Muuluk dan AI Anshor untuk pengembangan produksi hortikultura,” tutup Adriansah.(S-25)