“Bahasa Indonesia itu sebenarnya bahasa yang miskin kosakata dan ini benar banget, terutama dibandingkan dengan bahasa Arab atau bahasa Inggris,” tutur salah satu pemengaruh (influencer) dalam siniar yang berjudul Lack of Critical Thingking Skills in Indonesian Society Ft. Cinta Laura Kiehl. Pernyataan tersebut menjadi viral dan banyak menimbulkan pro dan kontra. Ada yang sependapat dan ada yang tidak sependapat. Kata miskin mempunyai makna ’tidak berharta’ dan ’serba kekurangan’. Pemilihan kata miskin juga mempunyai nilai rasa (konotasi) negatif. Selain itu, di unggahan media sosialnya, ia menuliskan bahwa bahasa Indonesia mempunyai 127 ribu kosakata, sedangkan bahasa Inggris mempunyai lebih dari satu juta kosakata. Namun, benarkah kosakata bahasa Indonesia itu miskin?

Berdasarkan informasi dari Detikcom (2022, 24 Februari. 10 Bahasa Lisan Tertua di Dunia, Bahasa Arab Nomor Berapa? Diakses pada tanggal 14 Mei 2024. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5957466/10-bahasa-lisan-tertua-di-dunia-bahasa-arab-nomor-berapa), bahasa Arab muncul pada abad ke-1 Masehi, sedangkan menurut Dr. Ahmad Izzan dalam buku Metodologi Bahasa Inggris (2016), bahasa Inggris dimulai sejak tahun 800. Bahasa Indonesia lahir pada tahun 1928 saat Sumpah Pemuda diproklamasikan. Jika dibandingkan dengan bahasa asing, seperti bahasa Arab atau bahasa Inggris, bahasa Indonesia masih termasuk bahasa yang baru, bahkan belum berusia 100 tahun.

Secara tersirat, jumlah kosakata bahasa Indonesia yang sedikit masih dianggap wajar jika dibanding dengan bahasa Inggris dan Arab yang sudah ada jauh sebelum bahasa Indonesia. Dalam menanggapi pernyataan pemengaruh tersebut, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D. membenarkan bahwa kosakata bahasa Indonesia saat ini masih 121 ribu dan akan dikebut menjadi 200 ribu kosakata di Kamus Besar Bahasa Indonesia pada bulan Oktober 2024 mendatang. Namun, bukan berarti kosakata bahasa Indonesia terbilang miskin.

Seiring perkembangannya, bahasa Indonesia mengalami perubahan dan penambahan kosakata. Bahasa Indonesia mengalami perubahan dari ejaan, bunyi, dan makna, sedangkan untuk penambahan kosakata bahasa Indonesia dapat bersumber dari berbagai bahasa, seperti bahasa daerah dan bahasa asing. Contohnya, kosakata bahasa Indonesia rumah akan menciptakan beberapa kosakata baru. Kosakata baru dapat muncul karena adanya afiksasi (imbuhan), reduplikasi (pengulangan), atau gabungan kata. Bentuk kata rumah dapat menjadi kosakata baru apabila terjadi afiksasi sehingga kata tersebut dapat berubah menjadi berumah, perumahan, rumahan, serumah. Selain itu, bentuk rumah juga dapat menjadi kosakata baru apabila terjadi reduplikasi sehingga kata tersebut menjadi rumah-rumahan. Kata rumah juga dapat menjadi rumah adat, rumah asap, rumah ibadat, dan sebagainya karena terjadinya gabungan kata. Bukan hanya itu, kosakata bahasa Indonesia juga menampung beberapa istilah dari sesuatu yang sudah mengalami perubahan, contohnya dari padi menjadi gabah kemudian beras berubah menjadi nasi, dan jika dikreasikan dapat menjadi lontong. Perubahan tersebut terjadi dari satu bahan yang kemudian berubah menjadi beberapa istilah karena proses dan cara yang berbeda. Padi mempunyai makna ’butir dan buah padi’, gabah bermakna ’butir padi yang sudah lepas dari tangkainya dan masih berkulit’, beras bermakna ’padi yang telah terkelupas kulitnya’, nasi bermakna ’beras yang sudah dimasak (dengan cara ditanak atau dikukus) ’, dan lontong bermakna ’makanan yang dibuat dari beras dibungkus dengan daun pisang kemudian direbus sampai matang’. Jika dibandingkan dengan bahasa Inggris, kata yang beragam tersebut hanya diwujudkan dalam satu kata, yaitu rice. Dalam konteks seperti ini, bahasa Indonesia tidaklah miskin kosakata.

Pengayaan kosakata bahasa Indonesia juga dapat bersumber dari bahasa lain, seperti bahasa daerah dan bahasa asing. Contoh bahasa daerah yang menjadi kosakata bahasa Indonesia adalah risak, nyeri, unduh, dan marga. Kata risak merupakan bahasa Minang yang mempunyai arti ’mengusik, mengganggu’. Istilah ini digunakan untuk padanan kata bahasa Inggris bully. Kata nyeri merupakan bahasa Sunda yang mempunyai arti ’rasa sakit’ untuk padanan kata bahasa Inggris pain. Kata unduh mempunyai arti ’mengopi berkas dari layanan informasi daring’, istilah ini digunakan untuk padanan kata bahasa Inggris download, sedangkan kata marga merupakan bahasa Sunda yang mempunyai arti ’kelompok kekerabatan’ untuk padanan kata bahasa Inggris clan. Kosakata bahasa daerah berpotensi untuk menyumbang kosakatanya dengan melihat keterkaitan dengan istilah dari makna yang dimaksud.

Baca Juga: Sulitkah Menerjemahkan Cerita Anak Berbahasa Daerah?

Selanjutnya, bahasa asing juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber istilah. Karena adanya interaksi antarbangsa, konsep-konsep baru hadir dan memerlukan padanan bahasa Indonesia. Contohnya, actual merupakan bahasa Inggris yang dipadankan menjadi aktual. Personnel dipadankan menjadi personel, analysis dipadankan menjadi analisis. Padanan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan kaidah bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang akan terus-menerus berkembang. Meskipun demikian, bahasa Indonesia saat ini telah dituturkan di seluruh dunia. Hal tersebutlah yang menjadikan bahasa Indonesia layak dijadikan sebagai bahasa resmi pada sidang umum UNESCO. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ke-10 setelah bahasa Inggris, Perancis, Arab, Cina, Rusia, Spanyol, Hindi, Italia, dan Portugis.

Bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Arab yang sudah lebih dulu lahir, tentu akan mempunyai jumlah kosakata yang jauh berbeda. Kosakata dalam bahasa Indonesia akan terus mengalami penambahan. Untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia, dibutuhkan peran seluruh rakyat Indonesia. Saat ini, siapa saja dan kapan saja dapat mengusulkan kosakata bahasa Indonesia ke dalam KBBI Daring. Kosakata-kosakata yang diusulkan nantinya akan diproses dan dipertimbangkan untuk menjadi kosakata dalam KBBI. Oleh:Vonnita Harefa, S.S. Penyuluh Bahasa Kantor Bahasa Provinsi Maluku.(*)