3 Paslon Bersaing di Debat Publik, Pemilih Butuh Aksi Nyata
AMBON, Siwalimanews – Masyarakat Maluku butuh aksi nyata, berbuat dan bertindak serta tidak sekadar bicara dan beretorika saja.
Demikian dikatakan kalangan perguruan tinggi, menyikapi debat publik pertama yang digelar KPU Maluku, di Natsepa Hotel, Sabtu (26/10).
Akademisi UKIM, Melly Tahitu, bilang, hendaknya debat publik tersebut menjadi indikator penting bagi masyarakat Maluku untuk cerdas dalam memilih pemimpin lima tahun kedepan, yang tidak sekedar bicara saja.
Kata Tahitu, kondisi Maluku saat ini perlu ada perbaikan yang siginifikan, baik soal tata kelola pemerintahan, pelayanan publik dan peningkatan sumber-sumber pengelolaan keuangan daerah yang berpihak pada rakyat.
Tahitu menyinggung tiga paslon telah memaparkan visi dan misi serta program-program unggulan, namun dirinya melihat pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan di lingkup Pemerintah Provinsi Maluku ini yang harus menjadi konsen dan perhatian serius.
Baca Juga: Setia dan Terus BerinovasiTiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku, Jeffry Apoly Rahawarin-Abdul Mukti Keliobas, Murad Ismail-Michael Wattimena, Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath bersaing dalam debat publik pertama tersebut.
Tiga paslon tersebut menyampaikan visi dan misi dalam debat terbuka yang dipandu moderator Bram Herlambang dan Syarifah Rahma.
Dia menilai, ada keseriusan dari tiga paslon untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan tetapi pelayanan publik yang pro rakyat.
Disisi yang lain Maluku tetap masih berada pada urutan ke-4 termiskin di Indonesia. Ini fakta dan ini butuh kemampuan yang maksimal dari seorang pemimpin.
“Kita lihat saja Maluku masih berada pada urutan kemiskinan ke-4 secara nasional, angka pengangguran juga masih tinggi. Ini butuh kemampuan seorang pemimpin yang tidak sekedar bicara-bicara saja, tetapi langsung kerja nyata,” katanya.
Tahitu memberikan apresiasi bagi tiga paslon dalam debat publik, dia meminta untuk lebih terfokus pada pelayanan publik.
Pertanyakan MI-BMW
Sementara itu, akademisi Fisip Unpatti Paulus Koritelu mempertanyakan komitmen pasangan calon Gubernur Murad Ismail dan Wakil Gubernur Michael Wattimena dalam membangun Maluku.
Pasalnya, pasangan Murad-Michael dalam debat tersebut mengemukakan sejumlah ide dan gagasan untuk membawa perubahan di Maluku ditengah fakta keterpurukan yang terjadi selama lima tahun belakangan.
Koritelu mengungkapkan secara umum terlihat adanya kesungguhan untuk membenahi Maluku, tetapi itu masih dalam tataran gagasan artinya belum tahu pada konteks implementasi kalau dipercayakan masyarakat.
“Apakah gagasan kemauan dan kehendak baik itu bisa diwujudkan, tetapi memang ditengah hiruk-pikuk kesulitan di Maluku saat ini memang tiga pasangan calon Yang ada terlihat memiliki kehendak baik,” ungkap Koritelu kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Minggu (27/10).
Siapapun ketika dalam posisi menjadi kandidat calon gubernur dan wakil gubernur tentu akan menjual ide dan gagasan yang baik tetapi pembuktiannya akan terlihat lima tahun kedepan.
Diakuinya terdapat sedikit kerugian pada pasangan nomor urut 2 Murad-Michael karena telah diberikan kesempatan untuk memimpin Maluku lima tahun lalu.
Tetapi yang menjadi pertanyaannya kehendak baik dan gagasan yang dijual apakah sanggup dilakukan ataukah itu hanya sebuah himpitan situasi yang harus dilakoni dan jalani untuk menyenangkan telinga rakyat Maluku.
Dari tiga pasangan yang ada akan bertarung dalam pilkada nanti, hanya calon gubernur nomor dua telah memiliki sebuah kesempatan emas untuk membuktikan gagasan-gagasan bagi pembangunan Maluku.
Namun faktanya apa yang dirasakan hari ini oleh rakyat Maluku sungguh jauh dari harapan dan ekspetasi masyarakat.
“Ada sedikit tingkat kerugian secara psikologi maupun dalam sistem politik yang dihadapi dan hantui pasangan nomor dua karena apapun gagasan baik dan cerdasnya itu bisa diakui tapi pengakuan itu terbantahkan oleh lima tahun belakangan ketika menjadi gubernur,” tegasnya.
Menurutnya pasangan calon gubernur nomor urut 2 sudah terlanjur memiliki kesempatan lima tahun dan profil Maluku hari ini merupakan kinerja dari yang bersangkutan artinya apa yang dapat dibanggakan pada situasi ini.
Fatalnya lagi, calon gubernur nomor urut 2 tidak mau menerima adanya penilaian Paslon lain jika Maluku hari ini tidak baik-baik saja.
Koritelu menegaskan sorang satria dan pemimpin yang gentleman harus berani mengatakan kekurangan-kekurangan yang ada padanya bukan sebaliknya membantah kekurangan tersebut.
“Mengakui kelemahan dan kekurangan bukan berarti bahwa kita merelakan diri untuk kalah tapi minimal ada nilai kemanusiaan seperti kejujuran yang kemudian dapat menaikan elektabilitas,” jelasnya.
Koritelu menambah apapun yang dikatakan memang agak sulit diingkari bahwa memang keterpurukan Maluku tidak bisa ditaruh pada pundak yang lain tetapi calgub nomor urut 2 yang harus memikul.
“Beliau adalah gubernur yang secara faktual dan yuridis dipercayakan untuk memimpin lima tahun yang lalu dan ketika dua pasangan calon lain merepresentasikan suara masyarakat Maluku yang lain untuk mengatakan bahwa ada begitupula banyak ketidakpuasan termasuk kemiskinan sehingga punya hubungan yang signifikan dengan ketidakpercayaan publik di Maluku terhadap pasangan yang terlanjur memiliki kesempatan untuk memimpin Maluku,” pungkasnya.
Kuasai Masalah
Tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur dinilai menguasai persoalan di Maluku.
Hal ini terlihat dari visi, misi dan program kerja dari masing-masing pasangan calon yang berorientasi pada perbaikan pembangunan Maluku.
“Kalau kita lihat dari hasil debat pertama ini memang ketiga pasangan calon ini sama-sama menguasai masalah yang ada di Maluku,” ujar Akademisi Fisip Unpatti, Wahab Tuanaya kepada wartawan usai debat, Sabtu (26/10).
Tuanaya yang juga tim perumus materi debat Gubernur dan Wakil Gubernur ini mengatakan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dalam debat disusun berdasarkan realitas kondisi Maluku terkini.
Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan komitmen dari pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk diperhatikan jika terpilih menjadi pemimpin Maluku kedepan.
Ditanya terkait pasangan calon yang unggul pada debat terbuka, Tuanaya mengaku sulit untuk menentukan paslon mana yang lebih unggul.
Pasalnya, ketiga pasangan calon ini memiliki ide dan gagasan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan Maluku saat ini.
“Kalau ditanya siapa yang unggul, jujur kami tidak bisa menilai sebab semuanya bagus dengan visi dan misi yang relevan dengan kondisi Maluku kekinian,” tegasnya.
Tuanaya pun menjamin semua materi dan pertanyaan debat bersifat rahasia dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun moralitas.
Dia pun berharap hasil debat terbuka pertama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk menentukan pilihan pada saat pencoblosan nanti.
Untuk diketahui, tema dalam debat terbuka pertama calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yaitu, ‘Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Maluku yang Berdaya Saing dan Berbudaya Berbasis Kearifan Lokal’
Dengan tim perumus yaitu, Djufry Raya Pattilouw, Wahab Tuanaya, Jemmy Pietresz, Toto Sugiarto, Amir Faisal Kotarumalos, Ruslan Tawari, Engelberth Johannes Rohi.
Rantai Birokrasi
Calon Gubernur Maluku, Jeffry Apoly Rahawarin menyentil tata kelola pemerintahan Provinsi Maluku buruk.
Karenanya mantan Pangdam XVI Pattimura ini berjanji kedepannya akan melakukan perbaikan jika terpilih menjadi Gubernur Maluku.
Mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III ini mengungkapkan, masalah tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif merupakan salah satu fokus jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku kedepan.
“Memang tata kelola pemerintahan daerah ini masih menjadi persoalan utama di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku, makanya sudah masukan dalam misi kami yakni mewujudkan sistem tata kelola pemerintahan daerah yang baik,” ungkapnya.
Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik, lanjut Jeffry, dimulai dengan membangun sistem perekrutan dan promosi jabatan yang efektif dan transparan.
Penempatan pejabat eselon dil ingkungan Pemerintah Provinsi menurut Jeffry, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kompetensi manajerial yang mumpuni.
“Kalau pejabat eselon punya kemampuan maka dia akan mampu berinovatif guna memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya pejabat eselon, tata kelola pemerintahan yang baik akan sangat tergantung pada sikap pimpinan daerah yang harus dapat menerima kritik dan saran dari bawahan.
“Kedepan kita harus berani memotong rantai-rantai birokrat yang begitu panjang termasuk mau menerima masukan dan kritik agar ada perbaikan dalam tata kelola pemerintahan,” tegasnya.
Jeffry menegaskan pemimpin yang baik pasti akan menurunkan arahan yang baik juga kepada anak buah, bukan sebaliknya tidak memberikan ruang kepada anak buah untuk berinovasi sesuai dengan aturan.
“Kalau pemimpinnya baik pasti dihargai dan dihormati bawahan. Jadi jika kita terpilih maka pasti ada perubahan dalam pengelolaan birokrasi pemerintahan daerah,” ujarnya.
Jeffy menambahkan, banyak masalah yang terjadi di Maluku, karenanya dirinya bersama dengan calon Wakil Gubernur, Abdul Mukti Keliobas akan membuat peta kerawanan sosial sebagai sistim peringatan dini. “Karena itu kami komitmen beta janji beta jaga,” sebutnya.
Harus Jadi Teladan
Sementara Calon Wakil Gubernur Maluku, Abdul Mukti Keliobas dalam debat pertama itu mengungkapkan, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan Pemerintah Maluku sangat tergantung dari keteladanan seorang pemimpin daerah.
Mukti sapaan akrab Abdul Mukti Keliobas ini mengatakan, persoalan KKN dalam birokrasi menjadi faktor penghambat pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat.
Untuk memberantas persoalan KKN, lanjut dia, maka sangat diperlukan pemimpin yang mampu menjadi teladan bagi bawahan ataupun masyarakat secara umum.
“Untuk memberantas persoalan KKN sesungguhnya harus diawali dipimpin. Istilah yang paling kasar orang katakan bahwa pemimpin itu kalau guru kincing berdiri muridnya kencing berlari, jadi kalau pemimpinnya yang teladannya tidak betul itu pasti diikuti oleh bawahan yang dipimpin,” ucapnya.
Katanya, pasangan JAR-AMK memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadi teladan bagi bawahan, sehingga pemberantasan KKN dilingkungan Pemerintah Provinsi Maluku dapat dilakukan.
Mukti mengingatkan ASN yang berkerja di Pemerintah Provinsi Maluku agar wajib menjaga integritas sebagai ASN dengan tidak melakukan perbuatan yang merusak nama pimpinan dan daerah.
“Perlu diingat juga kadang pemimpin sudah bikin yang baik, tetapi kadang anak buahnya juga melakukan KKN dan itu sering terjadi di mana-mana. Ini yang harus diingat semua ASN,” tegasnya.
Dia pun berharap semua stakeholder untuk bergandengan tangan dan bersama-sama memberantas persoalan KKN, sebab tanpa dukungan semua stakeholder, pimpinan daerah tidak akan mampu menghapus persoalan KKN.
MI tak Terima
Sedangkan calon Gubernur Maluku Murad Ismail tidak terima tudingan paslon nomor urut tiga terkait kondisi Maluku tidak baik-baik saja.
Hal itu bermula saat Murad Ismail diberikan kesempatan oleh moderator debat terbuka untuk menyampaikan pertanyaan kepada paslon nomor urut 3 Hendrik Lewerissa.
Kesempatan itu digunakan Murad untuk mempertanyakan langsung pernyataan paslon nomor urut 3 dalam berbagai kesempatan, dimana Lewerissa mengatakan jika tidak baik-baik saja.
“Dalam berbagai kesempatan pasangan bapak, menyampaikan Maluku tidak baik-baik saja, tolong dijelaskan apa maksud dari pernyataan tersebut,” tanya Murad kepada Lewerissa.
Sontak Lewerissa pun menjawab pertanyaan mantan Gubernur Maluku itu dengan menyodorkan sejumlah fakta.
Hendrik menjelaskan pernyataan Maluku tidak baik-baik saja tersebut tidak berdiri sendiri tetapi didasarkan dengan data yang cukup valid.
“Kita punya data yang jelas kenapa sampai pernyataan Maluku tidak baik-baik saja itu kami sampaikan,” ujar Lewerissa.
Menurutnya beberapa indikator seperti Maluku masih menjadi provinsi termiskin keempat, pengangguran tertinggi hingga prestasi olahraga yang anjlok menjadi alasan Maluku tidak baik-baik saja.
Bandingan dengan Papua Pegunungan yang baru mekar 1.9 tahun lalu dapat menempati urutan ke 21 dengan torehan enam medali emas, sedangkan Maluku hanya dua medali.
Tak hanya itu, kekurangan obat-obatan di RSUD Haulussy juga menjadi indikator begitu banyak masalah di Maluku saat ini.
“Jadi memang Maluku tidak baik-baik saja ini memang benar. Kita bukan tuduh siapa-siapa. Kita tidak menyerang siapapun. Kita tidak punya pretensi terhadap kandidat manapun,” tegasnya.
Penjelasan Lewerissa tersebut tak diterima Murad dan langsung dibantah dengan sejumlah data yang dimiliki Murad Ismail.
“Jadi kalau bilang Maluku dalam kondisi tidak baik-baik saja, itu tidak benar sama sekali,” kesal Murad.
Menurutnya, selama dirinya menjadi gubernur terdapat capaian luar biasa, mulai dari angka kemiskinan yang turun, angka pengangguran terbuka yang juga ikut turun.
“Pengangguran turun hingga 6 persen, kemiskinan menurun di angka 16.5 persen dari 18 persen di tahun 2018. Jadi menurut saya Maluku baik-baik saja,” terangnya. (S-20/S-05)
Tinggalkan Balasan