AMBON, Siwalimanews – Plt Direktur RSUD dr M Haulussy Novita Nikijuluw mengaku, tidak pernah menerbitkan surat pembayaran sisa anggaran proyek gedung E.

Penegasan ini disampaikan Nikijuluw, merespon beredarnya surat bodong ditujukan kepada wakil gubernur dan sekda Maluku perihal permintaan pembayaran sisa anggaran proyek gedung E.

Nikijuluw mengungkapkan, dirinya baru mengetahui adanya surat tersebut pada tanggal 21 Maret saat dihubungi Direktur CV Keisha Barokah, Iqbal Banda.

Direktur CV Keisha Barokah menelpon saat dirinya berada di Kantor Gubernur untuk pengurusan beberapa hal dan diminta agar dapat menandatangani sebuah surat.

“Kejadian itu bermula hari kamis dalam perjalanan balik ke kantor UKPPJ Kantor Gubernur pak Iqbal ini telepon bilang Ibu tolong tanda tangan surat dulu biar satu lembar saja, tapi saya tanya surat apa, lagi pula saya harus baca dulu,” beber Nikijuluw kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Jumat (28/3).

Baca Juga: Jaga Kamtibmas Kondusif, Satgas Ops ketupat Diminta Tingkatkan Deteksi Dini

Setibanya di Kantor Gubernur, Nikijuluw mengaku, langsung membaca surat yang dikirim Iqbal yang berisikan permintaan pembayaran sisa anggaran pekerjaan gedung E.

Namun yang buat Nikijuluw bingung, tujuan surat tersebut bukan ditujukan kepada gubernur tetapi hanya ke wagub dan sekda.

“Setelah baca surat itu saya komunikasi saya bilang ke pak Iqbal kenapa pak Iqbal tulis ini ke wakil gubernur dan pak sekda, kenapa tidak ke gubernur langsung. Sudah pakai kop surat rumah sakit seolah-olah kita yang bikin, jadi aya bilang tidak mau tanda tangan surat ini,” ucap Nikijuluw.

Bahkan Nikijuluw menantang Iqbal Banda, agar membuat satu surat yang ditujukan langsung kepada Gubernur Maluku dan tidak boleh menggunakan tembusan.

“Saat itu saya bilang kalau pak Iqbal mau bikin surat satu lagi ke gubernur tidak ada tembusan, tapi saya tahu dia tidak akan berani. Saya juga bilang ke dia semua uang yang ada di Pemda Maluku itu milik gubernur, sebab gubernur yang akan bertanggung jawab, makanya sesuatu harus ke pak gubernur,” tandas Nikijuluw.

Lagi pula kata Nikijuluw, pihkan rumah sakit dan kontraktor saat dipanggil kejaksaan, telah bersepakat bahwa pembayaran sisa anggaran pekerjaan akan dilakukan setelah hasil review Inspektorat keluar.

Rumah sakit menurut Nikijuluw, telah membuat surat pengakuan hutan dan dikirim ke pemda, bahkan SPM telah keluar, artinya jika hasil review telah keluar, maka rumah sakit akan membayar.

“Saya bilang kan sisa anggaran pekerjaan itu kan sudah menjadi utang daerah, artinya pembayaran sekarang atau nanti yang jelas sudah diakui oleh daerah lalu kenapa mesti buru-buru seperti ini baru tidak ada,” jelas Nikijuluw.

Tak sampai disitu lanjut Nikijuluw, keesokan harinya Iqbal Banda mengirim salah satu staf untuk menemui dirinya di RS dan meminta menandatangani surat tersebut, tapi ditolak.

Seharusnya, surat permintaan pembayaran tersebut dibuat oleh rumah sakit dengan dasar hasil review inspektorat, tapi sampai saat ini hasil review belum juga keluar.

“Saya bilang mestinya rumah sakit yang buat surat. Ini sudah pakai kop rumah sakit, pakai nama saya baru mau memaksa. Jadi saya tidak tanda tangan. Saya sudah sampaikan persoalan ini ke pak gubernur,” cetus Nikujuluw.(S-20)