AMBON, Siwalimanews – Sempat mengalami penurunan kasus prevalensi stunting dalam dua tahun terakhir di Kota Ambon, kasus ini kembali naik di tahun 2024.

Di tahun 2021, angka prevalensi stunting mencapai 798 kasus. Tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 472 kasus dan di tahun 2023 menurun menjadi 364 kasus.

Terjadi kenaikan pada tahun 2024 menjadi 435 kasus,” jelas Penjabat Walikota Ambon Dominggus Kaya saat membuka  rakor Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota, di Balai Kota, Kamis (3/10).

Untuk itu ia berharap dalam rakor ini tim dapat membangun koordinasi dengan kerja sama antar OPD dan TP-PKK guna penanganan bahaya stunting di Kota Ambon.

“Stunting bukan sekedar menjadi permasalahan nasional tetapi masalah global. Dalam rangka pembangunan kualitas SDM, permasalah stunting, mempunyai banyak dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun sisi ekonomis dalam jangka pendek dan jangka panjang,” ujar kaya.

Baca Juga: KLHK: Kebakaran Lahan Menimbulkan Kerugian Multidimensi

Oleh sebab itu, dirinya berharap melalui kegiatan ini, terjadi penurunan angka stunting di Kota Ambon yang signifikan.

Yang terpenting, pintanya semua pihak mampu bekerja sama dalam hal memberantas pertumbuhannya agar dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang.

“Saya harap kegiatan ini percepat penurunan stunting dan dapat memberikan pemahaman, menyatukan komitmen kita semua baik TPPK, kecamatan dan desa serta merumuskan langkah strategis membangun kerjasama lintas sektor,” tandasnya.

Untuk diketahui data Dinas Kesehatan mencatat, kasus stunting di Ambon mengalami fluktuatif. Angka stunting tahun 2021 mencapai 798 kasus, di tahun 2022 mengalami penurunan 472 kasus, di tahun 2023 menurun sebanyak 364 kasus. Kemudian terjadi kenaikan di tahun 2024 menjadi 435 kasus. (S-29)