Gubernur Minta Warga Sawai, Rumaolat dan Masihulan tak Terprovokasi

AMBON, Siwalimanews – Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa meminta masyarakat Negeri Sawai, Rumaolat dan Masihulan, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah agar tidak terprovokasi.
Permintaan ini diungkapkan Gubernur merespon insiden bentrok yang terjadi antara tiga negeri di Maluku Tengah, Kamis (3/4). Gubernur mengaku menyesalkan terjadinya pertikaian antar tiga negeri yang telah memakan korban jiwa dan harta benda.
“Menyikapi situasi keamanan dan ketertiban di Negeri Sawai, Rumaolat dan Masihulan Kecamatan Seram Utara, sebagai Gubernur Maluku, saya menyesalkan terjadinya peristiwa pertikaian antar kelompok masyarakat dalam wilayah ketiga desa tersebut,” ucap Gubernur dalam video singkat yang dikirim kepada Siwalimanews.
Atas kejadian yang telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, korban luka-luka dan kerugian harta benda, Gubernur pun meminta warga masyarakat di tiga negeri ini menahan diri.
Masyarakat kata Gubernur, tidak boleh terhasut atau bahkan terprovokasi dari siapapun dan dari pihak manapun yang bertujuan untuk mengganggu situasi kamtibmas.
Baca Juga: Gubernur Ajak Masyarakat Rawat Perdamaian“Mari kita mempercayai aparatur keamanan baik Polri dan TNI untuk mengambil semua langkah yang dipandang perlu guna memulihkan dengan segera situasi Kamtibmas di daerah itu,” jelasnya.
Gubernur juga secara tegas meminta aparat keamanan untuk mengambil langkah cepat sesuai aturan hukum guna memulihkan kondisi di tiga negeri ini.
Sebagai Gubernur, pihaknya akan Intensif membangun koordinasi dengan Bupati Maluku Tengah agar segera menangani dengan baik dan cepat para korban luka-luka dan meninggal dunia akibat insiden tersebut.
“Saya juga meminta peran aktif dari semua tokoh masyarakat, tokoh agama tokoh adat dan tokoh pemuda untuk membantu melakukan upaya-upaya untuk memulihkan situasi agar kembali kondusif,” harapnya.
Sikap Gereja
MPH Sinode GPM meminta negara dalam berbagai instrumennya tetap melindungi warga negara dari berbagai masalah.
Hal ini diungkapkan Ketua MPH Sinode GPM Pendeta Elifas Maspaitella dalam rilisnya, Kamis (3/4) merespon insiden penyerangan terhadap warga Masihulan dan Rumaolat di Seram Utara Barat.
Maspaitella mengungkapkan seruan “Mari kita mewujudkan perdamaian” bukan sekadar nasihat kosong namun hal itu merupakan cita-cita tertinggi dari semua umat manusia di dunia apalagi umat beragama.
Kejadian ini kata Maspaitella patut disesali, sebab semua pihak sudah berusaha keras membangun perdamaian bahkan sudah membuka diri untuk saling menerima satu dengan yang lain.
“Kalau ada masalah, mari dibicarakan sebagai orang basudara. Kalau ada kasus tertentu seperti sengketa batas tanah dan apalagi jika sudah diproses sesuai hukum yang berlaku, biar mekanisme hukum yang menyelesaikannya,” tulis Maspaitella.
Masyarakat kata Maspaitella jangan diadu dan dijadikan sasaran dari aksi penolakan sebuah keputusan hukum yang masih dalam proses, artinya hal ini harus disadari dan diarifi sehingga Hanan saling melukai dan dijadikan objek aduan.
Maspaitella pun meminta negara hadir untuk melindungi warganya dan menengahi semua konflik yang terjadi, apalagi titik api konflik antara warga di Maluku Tengah telah teridentifikasi.
Diakuinya perdamaian harus terjadi dari level bawah dan terjadi sebagai proses kesadaran warga, tetapi ada penyebab-penyebab latent seperti batas tanah antar negeri yang juga harus diseriusi untuk diselesaikan oleh negara.
“Tidak elok jika karena masalah-masalah itu, masyarakat terus menjadi korban dan energi kita habis untuk merenovasi rumah yang terbakar, mengobati luka tembak, pemarangan tanpa menyelesaikan penyebab-penyebab masalah itu,” tegasnya.
Maspaitella menegaskan GPM tetap harus menyampaikan nasehat dan anjuran kepada semua warga masyarakat di Maluku Tengah untuk terus mewujudkan perdamaian.
Mantan Ketua Umum AMGPM ini pun meminta semua pihak untuk menghentikan konflik sebab tidak ada gunanya bagi persaudaraan dan bagi generasi ke depan. (S-20)
Tinggalkan Balasan