Bupati SBT Mukti Keliobas menyambut positif terseleng­garanya kegiatan festival literasi ini sebagai sebuah langkah awal yang baik bagi terbangunnya sinegritas seluruh elemen dalam rangka menghidupkan semangat literasi yang mulai dari lingkungan keluarga, satuan pendidikan maupun masyarakat.

“Pelaksanaan festival literasi ini merupakan wujud dan amanat UU nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, dimana pemberdayaan kegemaran membaca mulai dari lingkungan keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat secara luas. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan dan pembelajaran sebanyak hajat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM Menuju generasi emas Indonesia  tahun 2045,” ungkap bupati, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten I Sekda Kabupaten Seram Bagian Timur, Ambo Wokanubun, saat pembukaan kegiatan Festival Literasi di Aula Gedung Serbaguna Dinas Kesehatan Kabupaten SBT, Selasa (12/8).

Kegiatan yang digagas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan setempat mengandeng Kementerian Agama dan Pengiat Literasi di daerah ini.

Kata bupati, festival literasi dan juga akan dilanjutkan dengan pengukuhan bunda literasi kecamatan yang dilakukan pada hari ini, hendaknya dimaknai sebagai sebuah kebutuhan daerah agar arah program dan kebijakan pembangunan dapat terwujud secara efektif dan efisien sehingga dapat bermuara pada meningkatnya indeks kegemaran membaca.

“Hal ini tentu sejalan dengan visi misi Pemda SBT. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen bersama antara pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat melalui OPD teknis untuk menyusun program kerja dalam mendukung kegiatan gerakan literasi dan budaya baca di Kabupaten yang bertajuk Ita Wotu Nusa,” ujarnya

Baca Juga: Pertama Kali MBD akan Kibarkan Duplikat Bendera Pusaka

Bupati berharap kegiatan literasi festival Kabupaten Seram Bagian Timur yang didalamnya diisi dengan diskusi publik dan  lomba lomba literasi ini tidak hanya dipandang secara eforia semata. Akan tetapi rangkaian kegiatan ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan minat dan budaya baca bagi siswa- siswi, pemuda, dan pemudi serta masyarakat tak sebatas pada seremonial belaka dan ajang perlombaan saja.

“Saya menyampaikan selamat bertugas dan berkarya kepada para ibu camat yang akan dikukuhkan sebagai bunda literasi masa bakti 2024-2028. Besar harapan saya agar para bunda bunda literasi dapat menggairahkan gerakan literasi pada kecamatan masing-masing,” harap bupati.

Sebelumnya Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Seram Bagian Timur, Murad Wokas mengatakan, perpustakaan harus dirubah dari sistem dan dianggap sebagai gudang buku ilmu dan tranformasi.

“Perpustakaan harus menjadi perpustakaan yang dapat memperbudayakan masyarakat dengan meningkatkan teknologi informasi dan memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya meningkatkan kemampu­an masyarakat yaitu dapat merubah kualitas hidup menjadi lebih baik  menuju kesejahteraan dengan slogan generasi kesehtraaan,” tandasnya.

Dikatakan Wokas, generasi tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan baca dan tulis tetapi kalau digunakan untuk mengawasi persoalan lingkungan sosial kemasyarakatan. Dan literasi telah diadopsi sebagai salah satu indikator penting dalan pembangunan sosial teknologi.

“Berkaitan dengan itu, Dinas Perpustakaan dan kearsipan Seram Bagian Timur bekerja sama dengan berbagai pihak antara lain Kementerian Agama setempat dan para penggiat literasi lainnya untuk dilaksanakan kegiatan festival literasi di kabupaten yang bertajuk Ita Wotu Nusa. Ini merupakan upaya  untuk memudahkan pemahaman kepada masyarakat,” ujarnya.

Ketua TP PKK sekaligus bunda literasi SBT, Ny Misa Keliobas mengharapkan, literasi adalah mampu meningkatkan pemaha­man pengetahuan dan wawasan seseorang yang memuaskan memiliki hubungan yang berjalan lurus terhadap kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

“Data dari Badan pusat statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mengalami penurunan di Tahun 2023 sebanyak 273,69 total jiwa. Namun sangat disayangkan hal ini baranding terbalik dengan jumlah minat membaca di lansir dari data UNESCO hanya banyak orang 0,100 persen masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca. Hal itu berarti bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya satu orang yang hidup membaca,” ungkapnya. (S-27)