AMBON, Siwalimanews – Sebanyak 13.108 panatua dan diaken di Gereja Protestan Maluku, akan ditahbiskan pada, Minggu (12/1).

13.108 pelayanan khusus tersebut terdiri dari 6.554 penatua dan 6.554 diaken yang tersebar di 769 jemaat pada 34 Klasis di Maluku dan Maluku Utara.

Ketua MPH Sinode GPM Pendeta Elifas Maspaitella menjelaskan, pelayan khusus yang akan ditahbiskan adalah, mereka yang dipilih dari tengah-tengah semua warga gereja di masing-masing jemaat sebagai penatua dan diaken untuk masa pelayanan 2025-2030.

“Keterpilihan mereka sudah melewati seluruh proses gerejawi dan penggembalaan, karena intinya mereka akan melayani sebagai gembala-gembala umat, para pemberita injil dan pelayanan kasih bersama semua pendeta di GPM,” tulis Maspaitella dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Sabtu (11/1).

Maspaitella mengaku, proses pemilihan dan penggembalaan terhadap penatua dan diaken, dilaksanakan secara mandiri di masing-masing jemaat sesuai petunjuk teknis yang diturunkan dari MPH Sinode GPM, dan hingga pentahbisannya semuanya berlangsung baik.

Baca Juga: Tiga Tersangka Korupsi Alkes Buru Diserahkan ke JPU

Bahkan ada Jemaat-jemaat yang secara cepat sudah menyusun komposisi pimpinan harian majelis jemaat (PHMJ) dan pembagian tugas majelis jemaat ke dalam seksi dan sub seksi sesuai bidang pelayanan gereja di GPM.

“Semua itu menjadi bukti, bahwa tugas menanam dan menyiram sebagaimana moto GPM, berlangsung secara berkesinambungan sebagai wujud dari misi damai sejahtera Allah yang tidak pernah terputus atau berhenti,” tulis Maspaitella.

Dengan adanya pengembalaan lanjut Maspaitella, semua penatua dan diaken masa pelayanan 2025-2030 akan menjadi hamba-hamba Kristus yang setia dan rendah hati, menjalankan tugas dengan rajin, takut Tuhan dan terbuka pada pimpinan Roh Kudus.

Hal ini bertujuan untuk menggerakkan partisipasi seluruh warga gereja guna menopang tugas gereja secara nyata, termasuk dalam relasi antar-umat beragama, pelestarian lingkungan hidup, keadilan dan kesetaraan gender serta perlindungan terhadap anak-anak dan kaum marginal.

“Tentu semua tugas utama gereja, yakni pemberitaan injil, persekutuan dan pelayanan kasih menjadi hal penting yang tidak bisa dielak,” tandas Maspaitella.

Maspaitella juga mengucapakan terima kasih kepada penatua dan diaken masa bhakti 2020-2025 yang telah menjalankan tugas dengan baik, hingga penghujung periodesasi. Mereka memiliki keistimewaan tertentu, sebab melayani tepat di saat seluruh dunia dimaklumkan mengalami pandemic covid-19, artinya ada hal yang luar biasa di waktu itu, seiring dilarangnya aktivitas bersama dan dalam satu ruangan, karena pertemuan orang bisa menjadi cluster baru pandemi.

Gereja-gereja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan GPM, mengambil langkah yang sebenarnya turut mengubah pandangan teologi gereja, yakni melaksanakan ibadah di rumah.

Walaupun dalam teologi GPM, rumah adalah juga Bait Allah atau Jemaat pertama dan “gereja kecil”, tetapi harus jujur bahwa umumnya umat menghendaki ibadah dilaksanakan di dalam rumah gereja, sebagai rumah Tuhan.

“Tantangan teologinya bukan di situ, tetapi pada tahun 2020 itu, keputusan gereja untuk beribadah di rumah dekat dengan waktu perayaan Jumat Agung (Maret 2020) dan dalam tradisi GPM, itu ditandai dengan perjamuan kudus yang aktanya sakral, bahkan disakralkan, dan itu harus berlangsung di Gedung Gereja, makan roti dan minum anggur dari satu cawan secara bergantian,” jelas Maspaitella.

Namun oleh hikmat Roh Kudus, GPM memutuskan melaksanakan perjamuan kudus dengan pelayanan ke setiap rumah warga gereja, dimana saat itu pelayan khusus menjadi pelaksananya, dan GPM dapat merayakan perjamuan kudus di Jumat Agung dalam masa pandemi dan itu menjadi model sampai saat ini.

Dalam syukur itu, Maspaitella mendoakan agar semua jemaat terus bertumbuh dalam iman dan melalui pelayanan penatua dan diaken baru, iman itu semakin hidup.(S-20)