AMBON, Siwalimanews – Sejumlah bangunan SMA Negeri 1 Kei Besar rusak ketika bentrok antara pemuda Desa Elat dan Bombay di Kecamatan Kei Besar pecah pada Sabtu 12 November lalu.

Ruangan IPA XII, ruangan kesiswaan, ruangan kepala sekolah, ruangan tata usaha, labolatorium komputer dan fisika yang semuanya dibangun dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dibakar massa.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Maluku, Rovik Afifuddin mendesak agar sekolah tersebut segera diperbaiki.

“Kalau tidak anak-anak mau mau sekolah dimana karena sangat berdampak pada proses belajar mengajar siswa-siswi,” kata Rovik kepada wartawan di ruang kerja komisi, Senin (21/11)

Untuk itu dirinya meminta kepada Dinas PK segera berkoor­dinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi agar segera dilakukan perbaikan. “Kita sudah bilang ke Dinas PK dan mereka sementara sampaikan ke pusat, agar sekolah ini bisa ada penanganan khusus dan segera dibangun,” ujarnya.

Baca Juga: Kasad: Kowad tak Hanya Menjadi Hiasan

Ia mengaku bangunan gedung sekolah ini sendiri memang baru di bangun namun ketika terjadi bentrok, bangunan tersebut terbakar. “Kami minta pemerintah pusat segera ambil langkah untuk menyelesaikan perbaikan sekolah itu,” harapnya.

Polisi Lemah

Sementara itu, Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Ambon, Johan Lefteuw menilai kinerja Polda Maluku dan Polres Maluku Tenggara lemah dalam menangani konflik antara Desa Bombai-Elat. “Polri sebagai  salah satu komponen penegak hukum, seharusnya berperan aktif dalam penanganan berbagai hal, karena akibat dari pertikaian itu, fasilitas umum seperti gedung sekolah dan rumah-rumah warga, ikut terbakar. Bahkan jatuhnya korban meninggal,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta harus ada evaluasi dari Kapolri terhadap pimpinan polri di daerah. “Saya berharap, ada upayah rekonsiliasi, sehingga konflik ini tidak berkepanjagan,” cetusnya. (S-20/S-25)