SEBAGAI birokrat murni, masuk dunia perguruan tinggi untuk so­sialisasi program pemerintah dan edukasi mahasiswa untuk mendu­kung kerja-kerja memajukan kota adalah hal lazim dilakukan.

Namun yang tak lazim jika harus duduk sebagai “penguji” saat ujian skripsi, padahal bukan dalam kapasitas sebagai tenaga pengajar atau dosen. Yah, itulah yang terjadi dengan seorang Agus Ririmasse.

Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon itu didapuk sebagai “dosen istimewa” oleh pimpinan salah satu perguruan tinggi di Ambon, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Trinitas, Sabtu (27/8).

Ririmasse diundang pihak kampus untuk menjadi penguji eksternal pada ujian skripsi mahasiswa calon sarjana strata satu (S1).

Tak tanggung-tanggung bukan satu, tapi empat orang mahasiswa program studi Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis tahun 2022 sekaligus.

Baca Juga: KPK Apresiasi Pemkot dalam Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan

Bagi lulusan STPDN angkatan 05 itu, menjadi penguji skripsi calon sarjana merupakan pengalaman baru pertama kali dan cukup menye­nangkan sekaligus menantang. Sebab basic jelas bukan dosen atau akademisi, tapi birokrat murni.

“Sebuah pengalaman baru. Apalagi yang diuji ini bukan satu mahasiswa saja, tapi empat orang. Dan ini saya bersanding dengan tiga dosen lain. Jelas harus nothing to lose saja, percaya diri,” sebutnya.

Namun begitu, kata mantan Asisten I Setda Kota Kupang itu, pengalaman panjang di Pemerintah Kota Kupang dan kini dipercaya sebagai Sekretaris Kota Ambon yang jelas bersentuhan dengan soal-soal administrasi pemerinta­han, sangat tepat dan langsung tune in, karena yang diuji juga mahasiswa administrasi.

“Apresiasi dan terima kasih kepada Ketua STIA Trinitas Ambon, jajaran pimpinan serta para dosen yang sudah memberi kesempatan kepada saya selaku penguji skripsi eksternal,” tukasnya.

“Semoga apa yang sudah dibagi, bermanfaat kedepan khususnya bagi keempat mahasiswa dalam aplika­sikan ilmu yang telah didapat di masyarakat,” katanya. (S-25)