FENOMENA bahasa dan komunikasi terus meng­alami perkembangan setiap zamannya. Bahasa meru­pakan alat komunikasi untuk mencapai sarana dan tujuan yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti halnya dalam bahasa lisan dan tulisan yang dipergunakan manusia harus memiliki kaidah dan struktur bahasa yang dapat dipahami antara penutur dan petutur. Begitu pula halnya dengan komunikasi harus memiliki unsur-unsur dan aspek-aspek yang mendukung dalam berkomunikasi.

Adanya suatu kolaborasi antara bahasa dan komu­nikasi pada era sekarang ini merupakan suatu pende­katan ilmiah yang dipergunakan untuk menemukan arah dan tujuan berbahasa dalam berkomunikasi. Ini mengandung suatu proses kinerja dalam berbahasa dan berkomunikasi bahwa untuk memperoleh kebenaran dalam berbahasa maka dibutuhkan suatu proses yang dapat dikatakan rekonstruksi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata re-kon-truksi-si/ rékonstruksi/n. 1. Pengembalian seperti semula, 2. Penyusunan (pengambaran) Kembali. Secara terminology rekonstruksi dapat diketahui dan secara epistimologi dapat ditelusuri oleh berbagai pakar dan praktisi yang relevan dibidangnya dari dalam maupun dari luar negeri.

Mengutip pendapat Harold Laswell (1902-1978) mengatakan bahwa model komunikasi tersebut terdiri dari lima unsur antara lain: komunikator, pesan, media atau sarana, komunikan dan terakhir adalah pengaruh atau akibat.

Baca Juga: Poligami antara Keinginan dan Kebutuhan

Untuk mewujudkan rekonstruksi bahasa dan komu­nikasi yang terjadi di masyarakat maka, pendekatan budaya merupakan suatu simbol dalam menelaah bahasa dan komunikasi. Elfiandri Adjus (2004) dalam makalahnya menyebutkan realita sosial dapat dilakukan pendekatan symbol tersebut antara lain; 1. Simbol sebagai lambang perjuangan, 2. Simbol sebagai lambang pengharapan dan terakhir 3. Simbol sebagai standar nilai.

Jaduk Gilang Pembayun (2017) menyebutkan bahwa dalam era digital sekarang ini dalam beragamnya media komunikasi dan interaksi melalui perangkat inter­net memberikan peluang baru terciptanya ruang virtual dengan topik bahasan yang beragam bentuk dan fungsi yang ditujukan. Simbol-simbol budaya yang terbangun di masyarakat memiliki kekuatan dalam menjalin interaksi sosial dan kearifan lokal yang akan menjadi suatu kekayaan pada masyarakat.

Hoaks yang semakin meresahkan

Untuk menemukan suatu kebenaran dan kejujuran dalam berbahasa di masyarakat dalam dunia internet yang semakin canggih dan modern pada era sekarang ini maka, dilakukan rekonstruksi bahasa dan komunikasi dari ahlinya. Untuk itu, “laboratorium rekonstruksi bahasa dan komunikasi” untuk dunia akademis sangat dibutuhkan untuk sekarang dan akan datang.

Ini dilatarbelakangi oleh begitu maraknya hoaks atau berita bohong yang ditemukan di media online. Seperti contohnya seruan Gubernur Sumatera Utara tentang jihad dan revolusi dengan judul Berita Info Hoax Terkait Bapak Gubernur Sumatera Utara (2020). Bahkan melalui media sosial dalam whatsapp yang terjadi sebelumnya tentang merebaknya isu tentang virus Corona dengan dampak sosial, budaya, politik dan lainnya dengan berita ataupun narasi Istana Negara ditutup (lockdown).

Bahkan ia menyebutnya beberapa menteri dan istrinya positif terkena virus Corona, (kasus sudah ditangani oleh pihak kepolisian daerah sumatera utara). Membaca kedua peristiwa tersebut di atas maka, pihak yang berwenang dan berkepentingan terus melakukan strategis untuk tidak meluasnya berita kehobongan yang selalu meresahkan masyarakat.

Hal ini dilakukan oleh pemerintah dalam kementerian komunikasi dan informasi (2017) memberikan penjelasan untuk mengetahui berita hoax antara lain: 1. Hati-hati dengan judul provokatif, 2. Cermati alamat situs, 3. Periksa fakta, 4. Cek keaslian photo, 5. Ikut serta group diskusi anti-hoaks.

Ketika kita mendapatkan informasi yang masuk ke perangkat seluler kita maka, kita harus menseleksi informasi tersebut dengan segera dan secepatnya, agar berita tersebut dapat diketahui benar atau tidaknya. Jangan pernah gampang untuk melakukan share (berbagi) kepada perorangan/masyarakat informasi yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat.

Adapun strategi pendek dan jangka Panjang yang dilakukan menurut Nukman Luthfie (2017) adalah sebagai berikut: 1. Penegakan hukum, 2. Melibatkan penyelenggaraan platform, 3. Edukasi masyarakat. Menjawab berbagai problematika di masyarakat dalam bahasa dan komunikasi maka, peranan pemerintah selalu mensosialisasikan untuk berhati-hati dalam menerima dan berbagi informasi yang tidak diketahui siapa pengirimnya (baik itu personal ataupun group).

Akademisi dengan Tri Dharma Perguruan tinggi dapat menjawab problematika bahasa dan komunikasi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Wacana Hoaks yang terjadi di masyarakat kemungkinan merupakan suatu kepentingan yang tidak bertanggung jawab akan keadaan sekarang yang penuh dengan lika-liku kehidupan.

Simpulan

Manusia yang cerdas selalu cermat dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Melalui akal dan pemikiran yang dimilikinya berita tentang hoaks tidak mempan masuk kepadanya.

Hal ini dikarenakan, manusia tersebut memiliki pondasi dalam kehidupan yaitu memegang erat ajaran dan keyakinan dalam beragama, menjunjung tinggi adat dan kebudayaan asal sebagai nilai-nilai dalam beradabtasi dengan masyarakat dan terakhir melalui pendidikan formal dan juga pendidikan non formal. (Sabriandi Erdian dan Arianda Tanjung, Mahasiswa Program Doktor Linguistik FIB USU dan Dosen STIK-P Medan)