Ambon –  Hari Ulang Tahun (HUT) ke-444 Kota Ambon tahun ini  sangat kental dengan nilai budaya. Olehnya itu, perayaan penuh dengan cinta dan kasih sa­yang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan HUT Kota Ambon disaksikan ribuan warga Kota Ambon.

Bahkan yang dirantau pun jauh-jauh hari sudah tiba di Ambon hanya mau menyaksikan serimonial peringatan ulang tahun Kota Ambon yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Sabtu (7/9).

Pantauan Siwalima, kemeriahan HUT Kota Ambon semakin terasa tatkala ratusan pelajar tampil dengan atraksi flashmob yang diiringi lagu-lagu Ambon tempo doloe oleh mu­sisi lokal.

Suatu pemandangan menarik, semua undangan yang hadir menggunakan baju adat Ambon. Bahkan bahasa yang digunakan dalam prosesi upacara mengguna­kan bahasa asli Ambon.

HUT ke-444 dihadiri Gubernur Maluku, Mural Ismail, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy dan sejumlah kepala daerah serta pejabat pemerintah daerah lainnya.

Baca Juga: Kebakaran Hutan, Nyaris Merembet ke Rumah Warga

Turut hadir Forkopimda Provinsi Maluku, anggota DPR RI dan DPD asal Maluku. Hadir juga Kepala BNPB, Doni Munardo yang didaulat sebagai warga kehormatan Kota Ambon, termasuk Konsul Jenderal Amerika Serikat dan rombongan.

Sejumlah walikota di koordinator wilayah Apeksi VI yakni, Walikota Tanggerang, Arief R Wismansyah, Walikota Bitung Max J Lomban, Walikota Tidore Ali Ibrahim, Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu dan Walikota Ken­dari Sulkarnain Kadir.

Menariknya, acara tersebut dime­riahkan penampilan Wakil Walikota Palu, Sigit Purnomo yang akrab disa­pa Pasha Ungu itu. Pasha memba­wakan tembang berjudul “Beta Mati Rasa”.

Wali Kota Ambon selaku upula­tu upacara HUT kota Ambon me­nya­takan, HUT ke-444 Kota Ambon pono dengan musik (penuh dengan musik Red) yang bersifat melankolis dengan simbol cinta dan kasih sa­yang.

“Ambon pono dengan musik, cinta dan kasih sayang supaya satu dengan lainnya tidak marah-marah, seng (tidak) bicara hanya karena hal mongo-mongo (tidak penting), karena itu mari hidup baku kele jang baku pele, jang baku kuku tapi baku keku (hidup bergandengan tangan tanpa saling menjatuhkan untuk kemajuan bersama),” ujar Luhena­pessy.

Dikatakan,  hidup orang Ambon, harus baku sayang satu dengan lainnya, saling menghormati antara anak dan orang tua, saudara teman dan tetangga.

Lingkungan sekolah harus pono dengan cinta bukan dengan jualan, kantor pono dengan pegawai yang cinta pekerjaan, senang di meja kerja bukan di rumah kopi.

Puskemas pono dengn cinta ka­rena banyak masyarakat yang ber­obat, datang dengan sukacita ka­rena melihat pelayanan dokter dan suster yang penuh senyuman bu­kan dengan babengkeng (mar­ah-marah).

“Kalau Ambon pono dengan cinta orang akan bangga untuk biking bae jangan bikin yang tarbae, supaya hubungan orang basudara selalu manis tidak ada yang bakalai (berke­lahi) ini harus terus dipelihara,” tandasnya.

Louhenapessy menjelaskan, HUT tahun ini difokuskan pada musik sebagai tanda kesiapan pemerintah dan warga Kota Ambon untuk menyambut pengakuan UNESCO Ambon sebagai kota musik dunia.

“Seluruh aktifitas dan orientasi kita diarahkan ke musik untuk membuktikan bahwa musik adalah jati diri dan DNA masyarakat Ambon. Jika ada kurang mohon dima­afkan, ini akan menjadi catatan untuk diperbaiki terus di tahun yang akan datang,” ujarnya.

Upacara HUT juga dilakukan penyerahan bantuan dari Kepala Donny Monardo kepada desa dan negeri perwakilan yang menerima bantuan anakan pohon. Serta ban­tuan tanggung jawab sosial peru­sahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dari BNI Cabang Ambon kepada TK Adhiyaksa dan SDN Rutong.

Selain itu ada juga penyerahan santunan jaminan kecelakaan kerja bagi ahli waris korban meninggal dunia dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Ambon, serta penyerahan surat penghargaan ucapan terima kasih kepada perwakilan ASN Ambon yang memasuki masa pensiun.

(S-40) Ambon, Siwalima 

Hari Ulang Tahun (HUT) ke-444 Kota Ambon tahun ini  sangat kental dengan nilai budaya. Olehnya itu, perayaan penuh dengan cinta dan kasih sa­yang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan HUT Kota Ambon disaksikan ribuan warga Kota Ambon.

Bahkan yang dirantau pun jauh-jauh hari sudah tiba di Ambon hanya mau menyaksikan serimonial peringatan ulang tahun Kota Ambon yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Sabtu (7/9).

Pantauan Siwalima, kemeriahan HUT Kota Ambon semakin terasa tatkala ratusan pelajar tampil dengan atraksi flashmob yang diiringi lagu-lagu Ambon tempo doloe oleh mu­sisi lokal.

Suatu pemandangan menarik, semua undangan yang hadir menggunakan baju adat Ambon. Bahkan bahasa yang digunakan dalam prosesi upacara mengguna­kan bahasa asli Ambon.

HUT ke-444 dihadiri Gubernur Maluku, Mural Ismail, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy dan sejumlah kepala daerah serta pejabat pemerintah daerah lainnya.

Turut hadir Forkopimda Provinsi Maluku, anggota DPR RI dan DPD asal Maluku. Hadir juga Kepala BNPB, Doni Munardo yang didaulat sebagai warga kehormatan Kota Ambon, termasuk Konsul Jenderal Amerika Serikat dan rombongan.

Sejumlah walikota di koordinator wilayah Apeksi VI yakni, Walikota Tanggerang, Arief R Wismansyah, Walikota Bitung Max J Lomban, Walikota Tidore Ali Ibrahim, Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu dan Walikota Ken­dari Sulkarnain Kadir.

Menariknya, acara tersebut dime­riahkan penampilan Wakil Walikota Palu, Sigit Purnomo yang akrab disa­pa Pasha Ungu itu. Pasha memba­wakan tembang berjudul “Beta Mati Rasa”.

Wali Kota Ambon selaku upula­tu upacara HUT kota Ambon me­nya­takan, HUT ke-444 Kota Ambon pono dengan musik (penuh dengan musik Red) yang bersifat melankolis dengan simbol cinta dan kasih sa­yang.

“Ambon pono dengan musik, cinta dan kasih sayang supaya satu dengan lainnya tidak marah-marah, seng (tidak) bicara hanya karena hal mongo-mongo (tidak penting), karena itu mari hidup baku kele jang baku pele, jang baku kuku tapi baku keku (hidup bergandengan tangan tanpa saling menjatuhkan untuk kemajuan bersama),” ujar Luhena­pessy.

Dikatakan,  hidup orang Ambon, harus baku sayang satu dengan lainnya, saling menghormati antara anak dan orang tua, saudara teman dan tetangga.

Lingkungan sekolah harus pono dengan cinta bukan dengan jualan, kantor pono dengan pegawai yang cinta pekerjaan, senang di meja kerja bukan di rumah kopi.

Puskemas pono dengn cinta ka­rena banyak masyarakat yang ber­obat, datang dengan sukacita ka­rena melihat pelayanan dokter dan suster yang penuh senyuman bu­kan dengan babengkeng (mar­ah-marah).

“Kalau Ambon pono dengan cinta orang akan bangga untuk biking bae jangan bikin yang tarbae, supaya hubungan orang basudara selalu manis tidak ada yang bakalai (berke­lahi) ini harus terus dipelihara,” tandasnya.

Louhenapessy menjelaskan, HUT tahun ini difokuskan pada musik sebagai tanda kesiapan pemerintah dan warga Kota Ambon untuk menyambut pengakuan UNESCO Ambon sebagai kota musik dunia.

“Seluruh aktifitas dan orientasi kita diarahkan ke musik untuk membuktikan bahwa musik adalah jati diri dan DNA masyarakat Ambon. Jika ada kurang mohon dima­afkan, ini akan menjadi catatan untuk diperbaiki terus di tahun yang akan datang,” ujarnya.

Upacara HUT juga dilakukan penyerahan bantuan dari Kepala Donny Monardo kepada desa dan negeri perwakilan yang menerima bantuan anakan pohon. Serta ban­tuan tanggung jawab sosial peru­sahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dari BNI Cabang Ambon kepada TK Adhiyaksa dan SDN Rutong.

Selain itu ada juga penyerahan santunan jaminan kecelakaan kerja bagi ahli waris korban meninggal dunia dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Ambon, serta penyerahan surat penghargaan ucapan terima kasih kepada perwakilan ASN Ambon yang memasuki masa pensiun.(S-40)