AMBON, Siwalimanews – Pandemi Covid-19 menekan pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III-2020.

Pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan III 2020 tercatat negatif 2,38%  lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan II 2020 yang juga tercatat negatif 1,26% (yoy).

” Perkembangan ini tidak terlepas dari menurunnya aktivitas ekonomi di Provinsi Maluku sebagai dampak kebijakan PSBB transisi untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Norviasano Manullang dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews Selasa(10/11).

Kondisi ekonomi Maluku pada triwulan III 2020 masih lebih baik dibandingkan dengan kontraksi ekonomi nasional yang tumbuh negatif sebesar 3,49%.

Dari sisi pengeluaran, kontraksi ekonomi Maluku utamanya disebabkan oleh kontraksi konsumsi rumah tangga dan kontraksi PMTDB. Konsumsi RT pada triwulan III 2020 mengalami kontraksi negatif sebesar 1,58% , membaik dibandingkan dengan kinerja triwulan II 2020 yang terkontraksi negatif 2,06%.

Baca Juga: BI: Agustus, Inflasi Maluku Masih Terkendali

“Kontraksi tersebut utamanya disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang masih terbatas. Kota Ambon masih menerapkan PSBB transisi sepanjang triwulan III 2020,” ujar Manullang.

Ia mengaku, kontraksi kinerja konsumsi RT juga tercermin dari kontraksi lapangan usaha perdagangan sejalan dengan masih terbatasnya daya beli masyarakat.

Berdasarkan hasil survey konsumen yang dilakukan oleh BI Maluku, terjadi penurunan indeks penghasilan saat ini, dan indeks ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan III 2020 dibandingkan triwulan II 2020. Terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat yang berdampak pada turunnya daya beli dan konsumsi masyarakat.

“Kinerja PMTDB juga tercatat kontraksi negatif 3,85% pada triwulan III 2020,” ungkapnya.

Terbatasnya kinerja PMTDB (investasi) di Maluku juga tercermin dari terbatasnya realisasi belanja modal APBD Maluku. Berdasarkan informasi dari pihak BPKAD Maluku, belanja modal APBD hingga triwulan III 2020 terealisasi hanya 27,17%.

Hal tersebut utamanya disebabkan oleh terbatasnya aktivitas akibat Covid-19. Namun demikian, kinerja ekspor luar negeri Maluku masih mencatatkan kinerja positif, yaitu tumbuh sebesar 32,38%. Tumbuhnya kinerja ekspor luar negeri Maluku pada triwulan III 2020 ditopang oleh tingginya ekspor hasil laut Maluku, yaitu komoditas udang dan ikan olahan.

“Ekspor udang dari Maluku terpantau terus mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya permintaan dari Tiongkok,” tuturnya.

Dari sisi lapangan usaha (LU), kontraksi ekonomi Maluku utamanya disebabkan oleh kontraksi pada LU transportasi dan pergudangan, LU penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman serta LU perdagangan. LU transportasi dan pergudangan tercatat mengalami kontraksi negatif 18,68%, sejalan dengan masih rendahnya permintaan masyarakat terhadap jasa transportasi akibat pemberlakukan pembatasan sosial di Maluku dan Jakarta sebagai salah satu kota tujuan penerbangan dari Maluku.

Selanjutnya, pembatasan sosial juga menyebabkan turunnya jumlah wisatawan asing dan wisatawan domestik ke Maluku, dan menyebabkan LU penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman mengalami kontraksi negatif sebesar 13,19%.

“Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi pada triwulan IV 2020, BI memandang upaya realisasi belanja pemerintah dan bantuan sosial perlu dioptimalkan,” pungkasnya. (Cr-5)