BUPATI Maluku Tengah, Mu­hamat Marasabessy meng­apreasiasi positif tradisi pukul sapu di Negeri Mamala Kecamatan Leihitu Ka­bupaten Malteng.

Baginya acara pukul sapu 7 Syawal di Negeri Mamala itu adalah momentum persatuan serta meru­pakan kearifan lokal yang kini telah mendunia. Karenanya aganda itu perlu dan terus dilestarikan.

“Pukul sapu lidi adalah tradisi adat warisan para leluhur, yang merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Mamala, yang penuh dengan nilai-nilai luhur yang terus diwariskan dari generasi ke generasi melintasi waktu,” tandas Bupati.

Dikatakan, penyelenggaraan tradisi pukul sapu lidi merupakan wujud konsistensi masyarakat Mamala untuk melestarikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan ber­bangsa dan bernegara.

“Konsistensi penyelenggaraan acara pukul sapu lidi ini merupakan sebuah komitmen moral masyarakat Mamala untuk terus melestarikan dan menjaga nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan nyata mereka baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Tradisi adat ini meru­pakan simbol persatuan dan ke­bersamaan antarwarga Mamala, serta merupakan bentuk penghor­matan kepada leluhur kita yang telah menjaga, melestarikan dan me­wariskan tradisi pukul sapu lidi ini,” jelasnya.

Baca Juga: Sahubawa Jadi Irup Upacara Peringatan Harotda ke-27

Bupati menambahkan, transfor­masi ekonomi yang sedang dila­kukan pemerintah saat ini, men­jadikan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar strategis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Karenanya Pemerintah Daerah tentu mene­mukan kearifan lokal yang  dimiliki, yang mengandung nilai seni dan budaya, yang secara ekonomis bisa dikembangkan menjadi salah satu sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Kedepannya saya berharap, agar acara pesta adat pukul sapu lidi ini, bisa didesain dalam sebuah konsep kolaborasi antara Pemerintah Negeri Mamala, Pemerintah Maluku Tengah dan Pemerintah Maluku, serta dukungan sektor swasta terkait agar, tidak saja nilai-nilai luhur yang ada sebagai representasi jiwa anak-anak Negeri Mamala ini tersampaikan ke masyarakat, sebagai kontribusinya kepada bangsa dan negara, tapi lebih dari itu menghadirkan pesta adat ini ke pentas budaya nasional, bahkan regional dan global yang memiliki nilai ekonomis untuk dikelolah secara professional,” pintanya.

Dari sanalah, tambah Marasa­bessy, diharapkan terbuka peluang lahirnya kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif lainnya.

Lebih jauh Bupati menambahkan  acara pukul sapu diharapkan dapat menjadi media untuk mempererat tali silahturahim dan kebersamaan antar warga Negeri Negeri di Jazirah Leihitu dan sekitarnya.

“Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh ma­syarakat Mamala yang telah mem­persiapkan acara ini dengan baik dan menyambut kami dengan hangat. Menjadi tanggung jawab kita semua untuk melestarikan tradisi ini dan menjaganya dengan segenap jiwa dan raga kita, agar terus hidup di tengah derasnya arus perubahan zaman, sehingga dapat menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi yang akan datang. Saya memberikan apresiasi dan penghar­gaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Raja Mamala, Saniri dan Panitia Pelaksana yang mampu mengorganisir kegiatan tahunan ini dengan baik, sehingga dapat dilaksanakan dengan meriah dan sukses,” tutup Bupati. (S-17)