AMBON, Siwalimanews – Kepala Bank Indonesia Perwakilan Maluku Noviarsano Manullang menegaskan, aktivitas perekonomian akan kembali normal, jika pandemi Covid-19 ini berlalu.

“Pemulihan ekonomi global berlanjut ditandai dengan beberapa faktor. Pertumbuhan ekomoni di negara maju didorong oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sementara di negara berkembang pertumbuhan ekonomi di dorong oleh Tiongkok dan India,” ujar Manullang dalam arahannya dalam rakor TPID  Kabupaten Kepulauan Aru bersama BI yang dipusatkan di di lantai dua Kantor Bupati Aru, Kamis (25/3).

Menurutnya, perbaikan tersebut sejalan dengan implementasi vaksinasi Covid-19 di banyak negara untuk membangun HERD imunity dan mendorong mobilitas serta berlanjutnya stimulus kebijakan fiskal dan moneter.

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 di perkirakan mencapai 5.1 persen sedikit meningkat di bandingkan prakiraan awal sebesar 5 persen.

Pada triwulan IV 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi 2,19 persen, karena masih lemahnya konsumsi swasta dan investasi bangunan, sebagai dampak terbatasnya mobilitas akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Wamenkumham Kunjungi Lapas Ambon

“Meskipun lebih rendah dari perkiraan ekonomi pada triwulan IV 2020, kini membaik dengan kontraksi yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 3,49 persen. Secara keseluruhan tahun 2020, ekonomi terkontraksi 2,07 persen,” tuturnya.

Menurutnya, sebagian lapangan usaha mulai membaik, terutama terkait dengan kesehatan, aktivitas work from home dan school from home, serta pertanian, sehingga perbaikan ekonomi domestik diperkirakan berlanjut.

Perbaikan ini sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan akselerasi program vaksin nasional oleh pemerintah untuk keseluruhan tahun 2021. BI memperkirakan, 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3 -5,3 persen lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 4,8-5,8 persen sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020.

Respon kebijakan pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran), peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM.

“Menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0 – 5,0 persen. Upaya ini dilakukan dengan memperkuat empat pilar strategi yang mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif dimasa pandemi Covid-19,” tabdasnya.

Selain itu, dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama dalam mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) seperti Hari Raya Idul Fitri dan Natal serta Tahun Baru.

Implementasi strategi difokuskan untuk menjaga kesinambungan pasokan sepanjang waktu dan kelancaran distribusi antar daerah, antara lain melalui pemanfaatan teknologi informasi dan penguatan kerjasama antar daerah.

“Inflasi Maluku tercatat rendah dan terkendali selama 4 tahun terakhir. Karakteristik bahan pokok di Maluku sebagian besar didatangkan dari luar Maluku,” ucapnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok di Maluku kata Mnaullang, adalah melalui kejasama antar daerah (KAD). Pasalnya, perekonomian Maluku ditopang oleh 3 pilar utama, yaitu pertanian, administrasi pemerintah, dan perdagangan.

Pertanian, kehutanan dan perikanan, mengalami penurunan meski tercatat masih tumbuh positif.  Perdagangan mengalami kontraksi cukup dalam, utamanya disebabkan karena terbatasnya daya beli masyarakat, terutama untuk komoditas sekunder dan tersier.

“Sementara, administrasi pemerintahan terbatas akibat terbatasnya realisasi penerimaan APBN dan realisasi belanja APBD pemda,” pungkasnya. (S-25)