AMBON, Siwalimanews – Kembali empat guru besar Universitas Pattimura kembali dikukuhkan oleh Rektor MJ Sapteno, Selasa (7/2) dalam Rapat Senat Terbuka Luar Bia­sa yang berlangsung di Audiotorium Unpatti Ambon.

Mereka yang dikukuhkan yaitu, Prof Zainal Abidin Re­ngi­furwarin, Prof Patrisius Rahabav, Prof Steven Siaila dan Prof Hendry Izaac Elim.

Prof Zainal Abidin Rengi­furwarin, Guru Besar dalam bidang Ilmu Administrasi Pub­lik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Un­patti, dalam orasi ilmiahnya tentang Peran Administrasi Publik terkait ‘Dinamika Per­geseran Makna, Paradigma, Profil, peran dan Isu Admi­nistrasi Kepulauan’ menutur­kan, bahwa sebagai sebuah wahana untuk bisa mendesi­minasi pikiran-pikiran tentang apa administrasi publik dan peranannya dalam membawa bangsa ini untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Hal ini sekaligus bisa meru­bah image, karena sebagian orang menganggap admini­stra­si sebagai hal yang sifatnya administratif saja, padahal administrasi publik itu mencakup hal-hal yang fundamental dan luas serta kom­pleks. Karena itu berkaitan dengan urusan pengelolaan negara. Dimana semua lembaga negara dikelola dengan itu. Dan itu semua meru­pakan pemahaman yang luas ten­tang administrasi publik itu sendiri.

“Didalamnya saya juga akan membeberkan tentang isu admini­strasi kepulauan yang kita di Ma­luku juga 7 Provinsi lainnya punya obsesi untuk mendorong pember­lakuan otonomi kepulauan yang sampai hari ini belum terjadi. Tapi dari sisi konsep sebenarnya tidak kalah. Dimana para ahli mencoba untuk mendorong bahwa admini­strasi negara itu harus punya komit­men dan esensibilitas terhadap ling­kungan, dalam hal ini lingkungan kepulauan. Oleh karena itu, isu ini adalah sesuatu yang ril dan tinggal ba­gaimana perjuangan oleh Peme­rin­tah dan rakyat Maluku,”jelasnya.

Baca Juga: DPRD Janji Awasi Realisasi DAK Pendidikan

Pendidikan Jadi Linding Sektor 

Sementara, Prof Patrisius Rahabav Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unpatti Ambon, dalam pidatonya tentang ‘Im­plementasi Good Governance dan Sound Governance Dalam Mening­katkan Mutu dan Saing Pendidikan di Indonesia’ yang menurutnya, pendidikan itu menjadi liding sektor dan memiliki manfaat yang cukup besar bagi peningkatan ekonomi dan kemakmuran suatu bangsa, dalam artian mikro dan makro bahwa sebenarnya investasi pendidikan itu dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Dengan itu, Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu terus ber­benah diri untuk memperbaiki mutu dan daya saing. Tetapi mutu dan daya saing pendidikan di Indonesia masih berada dalam posisi yang tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.

Kenapa, demikian, faktor penye­babnya adalah soal tata kelola pen­didikan di Indonesia tidak berbasis pada sistem, tapi pada pada rezim. Maka setiap kali pergantian menteri, akan ada kebijakan baru. Disini para guru dibuat bingung dengan itu.

Selain itu, kebijakan pendidikan di Indonesia bersifat makro orientik, artinya Indonesia sudah ada di era otonomi pendidikan, tetapi fakta­nya, segala kebijakan pendidikan sa­ngat sentral. Artinya, apa yang dija­lankan di Jakarta harus juga diimple­mentasikan diseluruh wilayah di Indonesia.

Misalkan, delapan standar pendi­dikan dimana disuatu daerah terda­pat 20 guru dengan kualifikasi pen­didikan beragam, S1 dan S2, dan kata­kanlah di luar negeri member­lakukan itu. Sementara di Maluku, jangan bicara dari sisi kompetensi, tetapi dari sisi kualifikasi dan jumlah itu sangat tidak merata. Itu artinya, kebijakan-kebijakan itu sangat merugikan daerah.

Termasuk soal proses rekrutmen guru dan kepala sekolah di Maluku itu masih berbaur politis. Artinya siapa yang punya afiliasi dengan guber­nur, bupati, walikota atau DPRD, maka akan mendapatkan tempat terhormat untuk bisa men­dapatkan posisi strategis itu.

Jadi, afiliasi politik, itu akan menentukan posisi mereka tetap atau bergeser. Dan ini menjadi masalah besar sebenarnya, karena tidak pernah mempertimbangkan secara objektif kondisi ril dari sekolah-sekolah, sehingga terjadi kelebihan guru disuatu tempat, tetapi dibagian lain justtu terjadi minus.

Selain itu, soal mis managemen dalam distribusi dan penyebaran guru. Yang terjadi sebagai akibat dari proses tadi. Artinya dengan adanya mis managemen ini maka penem­patan guru dan kepsek tidak lagi dilakukan melalui analisis kebutu­han yang tepat, tetapi didasarkan pada selera penguasa.

Terkait hal itu, sehingga tema dalam pidato itu diangkat. Karena inti dari Good Governance, adalah tata kelola yang betul-betul taat asas, partisipatif, transparan, ob­jektif. Itu yang harus masuk didunia pendidikan.

Maluku Hebat

Sementara Prof Steven Siaila, guru besar dalam Ilmu Ekonomi, dengan pidatonya tentang ‘Prospek Usaha Perikanan Tangkap Atas Realitas Fully-Exploited Pada Tiga Wikayah Pengelolaan Perikanan di Provinsi Maluku’ menuturkan bah­wa, Maluku hebat dengan memiliki tiga wilayah perikanan tangkap.

Namun adanya situasi yang cen­derung stagnan atas kesejahteraan para nelayan pelaku usaha perika­nan tangkap sejak berada dalam tingkat pengelolaan sumber daya ikan moderate, hingga mencapai fully eksploited.

Dan setelah didalami, lanjutnya, ketika fully exploited itu terjadi, maka nelayan akan mengalami kesulitan saat hendak melakukan penang­ka­pan ikan dalam jumlah yang banyak, karena ikannya sudah berkurang.

Dengan itu, maka jarak untuk nelayan menuju tempat penang­kapan lainnya, akan semakin jauh, yang mengakibatkan terjadi pening­katan pada bahan bakar minyak, yang tentu akan memperbesar biaya dan akhirnya, keuntungan yang di­dapat dari usaha perikanan tang­kap akan semakin turun.

Dari hasil penelitiannya 2011-2022 menunjukkan, tingkat capaian yang cukup tinggi, tetapi ada banyak biaya yang terabaikan. Seperti ketika nelayan melaut maka sistemnya adalah bagi hasil yang dianggap cukup untuk konpensasi waktu. Padahal mestinya, itu harus dihitung sebagai biaya kerja nelayan.

Selain itu, ada ketergantungan. Artinya bahwa, tidak ada nelayan di Maluku ini yang bisa lakukan akti­vitas melautnya dengan tidak terikat pada pengusaha tertentu.

“Karena misalnya, BBM, es dan lainnya, akan diambil dari peng­usaha tertentu, maka dia pun akan menjual kembali hasilnya pada pengusaha itu, dengan harga yang ditentukan oleh mereka sebagai pedagang pengumpul. Dan posisi nelayan sangat tidak mengun­tung­kan. Yang jadi pertanyaan, dari po­sisi moderate sampai fully exploited itu, siapa yang menikmati, ya tentu orang-orang yang punya usaha yang lebih besar. Sementara kita di daerah hanya menikmati sisa saja,” ujarnya.

Alam Semesta

Dan dari Prof. Hendry Izaac Elim, Ph.D, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fisika Nanosains dan Nanotekno­logi, dalam pidatonya tentang “Fi­sika Multitasking Dalam Nanosains, Nanoteknologi dan Nanomedis” menuturkan, bahwa alam semesta (universe) tidak semuanya dapat dijangkau oleh manusia di bumi yang sangat terbatas secara penge­tahuan, pemahaman, dan teknologi buatannya. Untuk menjadi sempurna seperti Allah, maka manusia perlu beriman dan tunduk pada seluruh kebenaran Allah.

Salah satu pendekatan untuk memperoleh kesempurnaan hikmat Allah, adalah ilmu fisika.

Fisika merupakan ilmu dasar yang dibangun atas dasar hukum-hukum kekekalan mulai dari Allah mencipta partikel yang paling fundamental atau terkecil (jauh lebih kecil dari partikel nuklir) dengan muatan listriknya masing-masing, hingga adanya saling interaksi yang me­nimbulkan kekekalan momentum sampai terjadi dipercepatnya per­gerakan mereka menjadi kekekalan energi.

Secara singkat dan terstruktur, dalam pemikiran fisika, alam semesta tentang bagaimana kemampuan ilmuan di bumi berpikir, menyelidiki dan memahami isi dari alam semesta. Dimana manusia di bumi berada di galaksi Milky Way (Bima Sakti) yang hanya salah satu galaksi kecil di antara lebih dari 4 triliun galaksi lainnya di alam semesta.  Seberapa jauh kemampuan satelit James Webb yang terbaik sekarang buatan ilmuan Amerika yaitu, 1,5 juta kilometer orbit dari bumi.

“Jika kita membandingkan jarak planet terdekat Merkurius dengan bumi, yaitu -77 juta km. Sedangkan ukuran diameter solar sistem, yaitu 33 kali lebih kecil dari 1 Tahun cahaya atau “0.2875 triliun km. Dan untuk menyelidiki kehidupan diluar angkasa (aliens life), contohnya yang berjarak 50 Tahun

Cahaya dari bumi, maka manusia masih belum mampu didukung oleh teknologi abad 21 sekarang ini. Sehingga satu-satunya harapan manusia dalam abad 21 ini adalah nanoteknologi yang berdiri diatas nanosains dengan dukungan ilmu fisika, dan berbagai bidang interdisciplinary lainnya,”tuturnya.

Nanoteknologi merupakan tekno­logi yang berukuran nanometer atau (10 m) atau 1000 kali jauh lebih kecil dari tebal rambut manusia. Dimana  seluruh nanochips dibuat dari sekitar kumpulan 100 sampai 1000 atom. Dalam fisika ilmu nanosains ini, sangat ditunjang oleh mekanika kuantum yang telah berkembang sejak ditemukannya persamaan gelombang partikel oleh Prof. Erwin Schrodinger di Tahun ~1926.

Pada pidato ini, lanjutnya, juga disajikan hal -hal fisis lain yang berkaitan dengan herbal medicine yang berasal dari buah galoba, daun insulin dan sebagainya. Sehingga untuk membangun Maluku atau daerah Indonesia Timur, sangat diperlukan kepintaran ilmu fisika untuk menjelaskan bertbagai produk local yang bijaksana (local wisdom). (S-25)