AMBON, Siwalimanews – Sehari setelah melakukan aksi demonstrasi di Balai Kota Ambon, tepatnya Senin (7/6), Pemerintah Kota Ambon untuk segera mengusur pedagang kaki lima dari lapat mereka.

Rencana pengusuran pedagang yang berada di sekitar Gedung Putih Pasar Mardika karena revitalisasi segera dilakukan.

“Tanggal 10-24 Juni mendatang seluruh lapak yang berdiri tegak di Pasar Mardika Ambon dibongkar oleh Dinas Pekerjaan Umum,” tegas Kepala Bappekot-Litbang Kota Ambon, Enricho Matitaputty kepada wartawan di di Balai Kota Ambon, Selasa (8/6).

Mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini juga mengungkapkan, untuk manejemen konstruksi terkait revitalisasi Gedung Putih Pasar Mardika, proses pelelangan proyek telah dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2021 lalu.

“Lelang MK sudah dilakukan tanggal 4 Juni. Kalau untuk lelang fisik pekerjaan revitalisasi akan dilakukan pada pertengahan Juni 2021, atau lebih tepatnya tanggal 14,” ungkapnya.

Baca Juga: Pangkogabwilhan III Kunjungi Kodam Pattimura

Walaupun rencana lelang fisik telah dijadwalkan tanggal 14 Juni 2021 mendatang, dia mengaku, harus menunggu berbagai persetujuan dari pihak pemerintah pusat.

Untuk diketahui, proses pembongkaran atau pembersihan lokasi revitalisasi pasar Mardika ini akan ditangani langsung oleh dinas PUPR Kota Ambon, sedangkan untuk relokasi pedagang sendiri ditangani oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).

Tolak Relokasi

Sebelumnya diberitakan, ratusan PKL dan mahasiswa IMM ini sebelum mendatangi Balai Kota mereka melakukan long march dari Pasar Mardika menuju Balai Kota  sekitar pukul 09.00 WIT dengan membawa spanduk dan pamflet yang bertuliskan Kami Menolak Pemindahan Pasar di Passo #Save Pedagang Kaki Passo##.

Disepanjang jalan menuju Balai Kota, PKL dan IMM berorasi meminta Pemerintah  Kota Ambon untuk tidak melakukan relokasi pedagang dari Pasar Mardika ke Pasar Transit Passo, sebab pasar disana tidak strategis dibandingkan dengan Pasar Mardika.

Tiba di Balai Kota sekitar pukul 09.15 WIT, Koordinator lapangan Hasan Kubangun langsung berorasi dengan mempertanyakan mengapa para pedagang harus dipindahkan ke Passo, apakah tidak ada alternatif tempat yang lain, sehingga harus dipindahkan disana.

“Bukannya akan untung malah rugi. Kalau ditempatkan di Passo, mana kepedulian dari Pemerintah Kota Ambon, jangan hanya diam dan mengambil tindakan yang menyengsarakan rakyat kota ini,” tandasnya.

Menurutnya, jika para pedagang ditempatkan di Passo, berarti Pemkot Ambon menambah beban ke para pedagang. “Setiap harinya saja susah susah jualan di Pasar Mardika, apalagi mau ditempatkan di Pasar Passo, apakah tidak menyengsarakan masyarakat,” tanya Kubangun.

Orator lainnya Randy Latuconsina juga menegaskan, jika relokasi Pasar Mardika dilakukakan, apakah dari Pemerintah Kota Ambon tidak melihat jarak yang harus ditempuh para pedagang.

“Ongkos transportasi perhari saja mahal, apalagi untuk pedagang yang tinggal di Latuhalat, Soya, Hukurila kenapa tidak bisa berpikir secara logis,” ucapnya.

Narti perwakilan pedagang Pasar Mardika menegaskan, tetap akan menolak relokasi, karena jarak tempuh yang cukup jauh, sehingga ia dan rekan-rekan pedagang lainnya menolak untuk direlokasi.

“Kasihan ee, kalau katong dapa kasih pindah, katong mau dapa uang bagaimana lai, yang di Pasar Mardika saja susah apalai di Pasar Transit Passo,” tandas Narti dengan dialeg Ambon.

Ratusan PKL dan mahasiswa ini meminta untuk bertemu dengan walikota, mereka kemudian melemparkan sayuran busuk yang terdiri dari wortel, kangkung dan sawi ke halaman kantor tersebut.

Hal ini dilakukan sebagai wujud kekecewaan mereka lantaran dipaksakan harus meninggalkan lokasi pasar Mardika dan menempati pasar transi Passo.

Aksi yang diwarnai dengan pelemparan sayuran busuk ini, dihalau oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Ambon dan Polisi. Sempat terjadi aksi dorong pagar sebelum para demonstran berhasil memasuki lingkungan kantor Balai Kota Ambon itu.

Setelah melakukan aksi demonstrasi yang cukup sengit, serta mengeluarkan point tuntutan mereka yakni “Penolakan untuk dipindahkan ke pasar Transit Passo”.

Melihat aksi para pendemi, Sekot Ambon, AG Latuheru menemui para pendemo dan meminta lima perwakilan yang terdiri dari tiga pedagang pasar, koordinator lapangan, juga Ketua Umum IMM Maluku untuk menemui Walikota Ambon, Richard Louhenapessy.

Dalam pertemuan yang dipusatkan di ruangan walikota tersebut, Louhenapessy mengapresiasi langkah demonstrasi yang dilakukan PKL dan mahasiswa.

Kata orang nomor satu di Kota Ambon tersebut bahwa  dirinya akan melakukan koordinasi dengan Gubernur Maluku guna meminjam lahan taman Victoria untuk ditempati para pedagang. “Tapi kalau pak gubernur keberatan saya tidak dapat melakukan apa-apa karena itu asetnya pemerintah provinsi,” kata Louhenapessy di ruangannya, saat mediasi dengan lima perwakilan tersebut, Senin (7/6).

Walikota mengetahui adanya oknum-oknum pegawai yang dengan sengaja melakukan tindak tak bertanggung jawab termasuk dengan aksi yang dilakukan tersebut.

Louhenapessy mengakui, dirinya telah menerima data sejumlah oknum pegawai yang berada dibalik kejadian hari ini. Dirinya dengan tegas mengungkapkan, akan segera menindaki para petugas tersebut.

“Ada pegawai-pegawai Indag yang juga berkolaborasi dengan dong, saya akan panggil satu dua hari, saya sudah dapat berita ada yang atur lalu dua juta tiga juta saya sudah punya data itu,” tegas walikota .

Untuk diketahui, yang melakukan mediasi adalah Walikota Ambon, Richard Louhenapessy didampingi oleh Sekretaris Kota Ambon, AG Latuheru dengan beberapa pimpinan SKPD pemerintah kota. (S-52)