AMBON, Siwalimanews – Menyadari rawannya hubungan di kalangan umat beragama di Indonesia khususnya pemuda Kristen sebagai bagian integral dalam organisasi gereja, pemerintah terus menerus berupaya untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan umat beragama dalam hal ini pemuda Kristen sebagai pilar utama sumber daya manusia gerejawi.

Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Maluku, Yamin, dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemeterian Agama Provinsi Maluku, M Rusydi Latuconsina, pada pembukaan Orientansi Pelopor Penguatan Moderasi Pemuda Kristen, yang berlangsung di Hotel Elizabeth, Selasa (2/3) hingga Jumat (5/3).

Dijelaskan, sebagaimana tugas, tanggung jawab dan fungsi untuk selalu memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib maka ditetapkan program prioritas Kementerian Agama, salah satunya yaitu memperkuat moderasi beragama bahkan oleh Menteri Agama telah dicanangkan tahun 2023 sebagai tahun kerukunan.

“Kegiatan Orientansi Pelopor Penguatan Moderasi Pemuda Kristen, yang diselenggarakan saat ini adalah upaya mendukung program pemerintah dengan harapan output yang didapat dari generasi alpha ialah generasi yang memiliki pengetahuan serta mampu mengaktualisasikan dirinya didalam pencerminan semangat bermoderasi,” pintanya.

Dikatakan, moderasi beragama relative bisa dipahami bahwa yang dimoderasi itu cara beragamanya bukan agamanya, jadi bukanlah Upaya memoderasi agama melainkan memoderasi pemehaman dan pengamalan dalam beragama.

Baca Juga: BPTD: Sarana Transportasi di Maluku Siap Layani Mudik Lebaran

“Moderasi beragama itu bukanlah hal baru melainkan warisan para pendahulu yang berupaya dikontekstualisasi dengan kenyataan zaman ini,” ujarnya.

Moderasi itu, kata dia, diperlukan karena ada fenomena melampaui batas atau ekstrim maka kita harus mengetahui mana kutub ekstrim itu harus dinamis tidak boleh statis dan bukan sesuatu yang given, karena ia adalah adalah Upaya terus menerus untuk menjaga diri agar tidak jatuh di kutub ekstrim.

“Moderasi beragama tidak bicara pada tataran individual tapi dalam kehidupan bersama melindungi kemanusiaan dan membangun kemaslahatan bersama dengan prinsip keadilan dan menaati konstitusi,” katanya.

Kakanwil pun mengapreasi pelaksanaan kegiatan ini bagi para pemuda Kristen karena pemuda Kristen saat ini sebagai generasi alpha yang juga dapat berperan sebagai detector dini kemunculan pemahaman keagamaan radikal di wilayah masing-masing.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemimpin gereja untuk kerja sama yang telah dibangun bersama selama ini dengan Kementerian Agama di Provinsi Maluku,” terangnya.

Sebelumnya, Ketua Panitia, Carl Herman Thenu dalam laporannya mengatakan, tujuan dari pelaksanaan kegiatan Orientansi Pelopor Penguatan Moderasi Pemuda Kristen adalah untuk menciptakan agen-agen pemuda Kristen berwawasan moderasi serta dapat menggarami dan menyinari lingkungannya dengan nilai-nilai kebaikan sebagai representasi warga negara Indonesia dan gereja serta mampu menjadi pelopor keteladanan dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama dan intern agama Kristen.

Adapun peserta yang dihadirkan sebanyak 80 orang, dengan narasumbernya dari Pokja Moderasi Beragama dari pusat dan Indonesia Timur, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku serta pihak-pihak terkait.(S-08)