AMBON, Siwalimanews – Upaya Balai Pelaksana Jalan Nasional untuk pema­sangan bailey jembatan Wai Kawa Noa, Kecamatan Te­horu yang putus akibat hujan deras beberapa hari di wilayah tersebut, belum dapat dilakukan karena terkendala air sungai yang belum surut.

Kepala Satuan Kerja Wilayah II BPJN Maluku, Toce Leuwol menjelaskan Jembatan Kawanua terletak di lintas penghubung Jalan Nasional Tehoru-Laimu di Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah dan Pulau Seram bagian timur.

Akibatnya, akses trans­portasi di Kabupaten Malu­ku Tengah-Pulau Seram Bagian Timur lumpuh total, karena tidak ada jalur alter­natif lain yang dapat dilalui transportasi dan masya­rakat.

“Jadi Jembatan Wai Kawa Noa Bentang total 520 meter, jembatan 120 meter hanyut di ruas jalan nasional terjadi bencana alam rubuh akibat banjir bandang. Sehingga pagi ini kami langsung meluncur ke lokasi,” kata Leuwol kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Rabu (12/7)

Satu cara yang dapat dilakukan BPJN Maluku untuk mengatasi persoalan ini dengan pemasangan Jembatan Bailey untuk sementara.

Baca Juga: Sentil Dana SMI, Dewan Minta Kejagung Monitoring

Langkah ini dilakukan agar masyarakat dapat kembali melewati akses jembatan, sekaligus agar distribusi bahan pokok tidak menjadi kendala.

“Memang penanganannya harus dengan jembatan Bailey, tetapi belum dapat dilakukan karena kita masih tunggu banjir surut,” ujarnya.

Leuwol menegaskan, pihaknya telah memerintahkan jajarannya untuk bersiap agar saat air surut maka pemasangan jembatan Bailey dengan bentang 150 meter segera dilakukan, sehingga akses masya­rakat dapat kembali normal

Gunakan Angkutan Laut

Warga Kecamatan Tehoru dan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah  mulai menggunakan angkutan laut tradisional untuk melakukan akti­vitas penyeberangan dari dan ke Tehoru atau bahkan sebaliknya.

Kepala Kecamatan Tehoru, Rus­man Angkotasan yang dikonfirmasi Siwalima mengakui hal itu. Mantan Kepala Kelurahan Namaelo Keca­matan Kota Masohi itu menjelaskan, pihaknya telah mencoba moda transportasi itu bersama dengan masyarakat.

“Iya benar,saat ini warga meng­gunakan moda transportasi tradi­sional, diantaranya longboat atau perahu nelayan Tuna,” tandas Ang­kotasan, melalui telepon selulernya, Selasa (11/7).

Rusman yang langsung menun­jukan vidio sedang bersama masya­rakat Tehoru saat sedang bersama warga ke Kecamatan Telutih meng­harapkan, armada laut longboat yang saat ini digunakan warga dapat membantu kelancaran trans­portasi.

“Saat ini saya sedang bersama warga menyeberang ke wilayah Kecamatan Telutih pasca di jem­batan Wai-Kawa Noa rusak dua bentangan oleh luapan air sungai kemarin. Semoga dengan perahu ini dapat membantu aktivitas warga untuk sementara waktu,” tandas­nya.

Kata dia, pemerintah kecamatan bersama dengan warga pemilik longboat telah sama-sama berse­pakat untuk tidak mamasang tarif tinggi bagi warga yang hendak mengunakan jasa penyeberangan longboat.

“Kita bersama warga pemilik longboat telah bersepakat untuk tidak memasang tarif yang mem­berangkatkan. Untuk sekali me­nyeberang disepakati dengan harga 35 ribu rupiah. Sementara untuk barang seperti motor di patok dengan harga 100 ribu rupiah,” tandasnya.

Dirinya berharap, penyediaan transportasi yang sementara dise­diakan warga atas kesepakan ber­sama dengan pemerintah kecamatan itu dapat dimanfaatkan dengan baik dan bisa membantu aktivitas warga saat ini.

“Intinya ketersediaan longboat milik warga saat ini membantu kelancaran transportasi pulang pergi warga dari Tehoru ke Kecamatan Telutih. Kami berharap semoga ini membantu,”harapnya.

Selain itu Rusman mengharapkan, pula upaya perbaikan jembatan pasca terjadi  banjir dapat segera disikapi agar kelancaran aktivitas warga dapat kembali normal seperti sedia kala.

“Saat ini memang air Wai Kawanoa masib belum surut. Meski demikian, kami semua berharap banjir dapat mereda agar upaya penanganan dapat pula dilakukan. Tentu kami sangat berharap pihak BPJN nantinya dapat bergerak cepat setelah  air surut, apakah dengan menyediakan jembatan darurat atau apapun bentuk teknisnya. Tentu harapan ini agar masyarakat dapat kembali beraktivitas normal meskipun dalam kondisi darurat,” katanya.(S-20/S-17)