AMBON, Siwalimanews – Puluhan pedagang dan mahasiswa IAIN, kembali mendatangi Balai Kota, Selasa (16/6). Pada aksi kali ini tuntutan mahasiswa dan pedagang masih sama dengan aksi pertama yang dilakukan pada Jumat (12/6) lalu yakni, membatalkan Perwali Nomor 16 tahun 2020.

“Aksi kami ini bukan karena kepentingan politik, tetapi satu aksi untuk mencabut Perwali nomor 16, karena menyengsarakan para pedagang dan sopir angkot yang adalah masyarakat kecil,” teriak Kamaludin Rery dalam orasinya di halaman Balai Kota.

Mahasiswa dan pedagang hari ini kembali melakukan aksi yang sama untuk menagih janji atas tuntutan mereka, karena tuntutan tersebut telah diserahkan kepada pihak pemkot melalui Satpol PP sejak Jumat (12/6) namun, kenyataannya apa yang menjadi tuntutan mahasiswa dan para pedagang ini belum diterima.

“Katong suda kasih surat tuntutan par Satpol PP dan hari ini katong tuntut apa yang menjadi keinginan katong,” ucap Rery dalam orasinya lagi.

Suasana semakin memanas setelah hampir 1 jam mereka melakukan orasi namun belum ada walikota maupun satu pejabat pemkot yang temui mereka. Alhasilnya aksi lempar sayur-sayuran pun dilakukan oleh mahasiswa di Balai Kota.

Baca Juga: PPDB di SMAN 3 Gunakan Sistem Online

“Katong masih tetap tunggu walikota, sehingga apa yang menjadu tuntutan kami diterima, kalau tidak, kami akan menutup secara paksa Indomaret dan Alfamidi,” tutupnya.

Para pendemo juga mengancam, jika walikota tidak datang menemui mereka, maka jangan salahkan mahasiswa dan pedagang.

Pada saat itu salah satu mahasiswa berusah masuk bertemu walikota dengan meminta ijin dari petugas, namun ditolak oleh Satpol PP dan anggota kepolisian dari Polsek Sirimau dan PRC Polresta Ambon yang berjaga didepan pintu masuk ke dalam Balai Kota.

“Beta mau tagih janji, hari ini beta mau sandiri dulu, tanggung jawab antua bahasa bilang hari Senin (15/6) supaya jelas akang hasil bagamaina,” teriaknya.

Lantaran tak dijinkan, maka aksi saling dorong didepan pintu masuk gedung Balai Kota tak terhindarkan, namun kesigapan dari aparat keamanan dan Stapol PP yang menjaga pintu masuk tersebut, sehingga mahasiswa tak dapat masuk.

Aksi saling dorongpun akhirnya terhenti, namun para mahasiswa dan pedagang kembali melakukan aksi membuang ratusan tomat busuk di halaman Balai Kota. Mereka juga mengancam tidak akan keluar dari halaman Balai Kota sampai walikota menemui mereka.

Namun ada juga sebagian mahasiswa dan pedagang ingin tinggalkan Balai Kota, namun karena hujan yang turun semakin deras, maka mereka masih menahan diri untuk berteduh.

Sampai dengan berita ini dipublikasikan, para pedagang dan mahasiswa masih terus melakukan aksi mereka dengan melakukan orasi secara bergantian. (Mg-5)