NAMLEA, Siwalimanews – Dua perempuan berjalan dari ru­mah ke rumah mengaku sebagai konsultan kesehatan. Salah satunya menyampaikan khabar hoax bahwa air di Kota Namlea, Kabupaten Buru sudah tercemar merkuri.

Hal itu disampaikan saat bertamu di rumah salah seorang warga di Nametek Tanjung, Desa Namlea, Rabu siang (5/4).

Dipersilahkan tuan rumah untuk masuk, salah seorang perempuan dari dua wanita yang mengenakan batik berwarna merah itu terlebih dahulu menyebut kalau mereka dari salah satu perusahan yang baru dibuka cabangnya di Kota Namlea, Kabupaten Buru.

Setelah berbasa-basi sebentar, rekannya yang satu lagi menanya­kan umur kepada penghuni yang ada di dalam rumah, termasuk kepa­da wartawan media ini yang kebe­tulan lagi datang bertamu di sana.

Dengan semangat nerapi-api, pe­rem­puan yang mengenakan masker untuk menutup wajahnya itu mulai membual, kalau mereka adalah konsultan kesehatan.  Di kantornya, ada peralatan kese­hatan dan warga boleh datang mela­ku­kan cek up ke­sehatan secara gratis.

Baca Juga: Berbagi Kebahagiaan YBM PLN Santuni Kaum Dhuafa

Dia juga membual, kalau  mereka ada punya peralatan kesehatan canggih yang namanya CT Scan. Lalu dengan nada sombong dia bertanya kepada penghuni rumah tau apa itu CT Scan.

Menanggapi pertanyaan itu, penghuni rumah yang sedang bekerja menggunakan laptop yang sehari-harInya berprofesi sebagai guru ini berpura-pura tidak tahu dan balik bertanya CT Scan itu apa.

Kemudian dengan nada antusias, perempuan yang tidak pernah mengenalkan identitas diri keduanya membual nanti mereka akan perkenalkan apa itu CT Scan.

Namun tanpa diduga-duga, perempuan ini latah menyebutkan, kalau air di Kota Namlea telah tercemar merkuri.

Sontak penghuni rumah dibuat kaget dan sempat menegurnya agar jangan menyampaikan khabar berita tanpa didukung fakta karena nanti dapat bikin panik masyarakat.

Bukannya dia  menerima teguran ini. tapi dengan nada keras, dia balik menantang beradu mulut. “Nanti katong datangkan dokter ilmiah. Bapak bisa baku adu deng beta, ayoo,” tantang perempuan ini.

Ketika ditegur agar bicara sesuai fakta saja. Kalau bilang air sudah tercemar merkuri, lalu mana buktinya, dan dimana lokasi air yang sudah tercemar, perempuan ini masih saja ngotot dengan menanyakan jadi diri awak media, mulai dari kerja di mana, orang Namlea atau warga pendatang, lalu lahir di mana.

Ia juga ngotot dan terus sesumbar kalau air di Kota Namlea telah tercemar merkuri. “Katong punya alat. Kalau beta bawa alat, bisa tunjukan kepada bapak, “ ujar perempuan ini.

Saat diminta kearifaannya agar jangan mengada-ada menyampaikan informasi ke masyarakat yang belum tentu benar, perempuan ini masih saja ngotot dengan berdalih kalau mereka konsultan kesehatan dan bukan mau menakuti masyarakat dengan khabar air telah tercemar merkuri.

Tidak bisa menunjukan bukti kalau air sudah tercemar merkuri, perempuan ini tambah lagi membual menyebutkan kalau udara di Kota Namlea  juga sudah tercemar merkuri. “Kita punya ahli, kita punya dokter yang bisa tunjukan udara di sini sudah tercemar bagaimana, “ lagi tantang perempuan ini.

Karena terus membual awak media ini meminta agar kedua perempuan itu sebaiknya pergi saja, karena sudah tidak butuh penjelasan dari mereka soal air dan udara yang tercemar merkuri.

Tapi dia balik menantang kalau sekarang dia mampu datangkan dokter untuk membuktikan. Lalu dia terus nyerocor kenapa pemerintah suruh tutup tambang emas karena apa.

Ia berdalih kalau tidak memvonis air kota Namlea telah tercemar merkuri. Namun hal itu ia sampaikan kepada masyarakat yang belum tahu soal kesehatan.

Mendengar ucapan perempuan ini, awak media ini sempat menegurnya lagi kalau semua di dalam rumah ini sudah berumur dan tahu tentang kesehatan diri. “Bapak dari kesehatan, bukan dari wartawan?, “tetap ngotot perempuan ini.

Ia juga sesumbar sudah ke mana-mana ketemu dengan tentara, polisi, orang kesehatan . “Katong ini bukan di Namlea saja. Katong su jalan di mana-mana kota. Katong punya cabang di mana-mana, katong punya pusat di Kalimantan, “ akui dia.

Perempuan ini akhirnya mengajak rekannya pergi. Dia beralasan masih mau lanjut dengan tuan rumah, tapi tidak mau baku malawang karena bulan puasa. Sambil berlalu ia masih melontarkan kata-kata yang tidak sedap didengar. (S-15)