NAMLEA, Siwalimanews – Aliansi Pemuda Bupolo Bangkit dipastikan akan turun ke jalan melakukan aksi demontrasi saat kunjungan kerja Gubernur Maluku Murad Ismail di Kota Namlea, Kabupaten Buru pada, Rabu (27/9).

Aksi demonstrasi yang dilakukan para pemuda ini guna menyikapi janji Murad Isamail untuk membangun infrastruktur jalan dan jembatan di poros jalan provinsi Mako menuju Kayeli dan Kayeli menuju Ilath (Batabual) yang tidak kunjung terealisasikan.

Mereka juga akan menagih janji Murad Ismail saat kampanye pilgub lima tahun lalu di Waenetat (Mako), soal izin pertambangan rakyat ( IPR) yang juga belum terealisasikan sampai hari ini.

Untuk itu, gubernur dan aparat kepolisian diminta tidak menutup paksa tambang gunung botak bila IPR belum turun, karena di lokasi tersebut menjadi tempat ribuan orang mengais rejeki guna menafkahi keluarga dan nembiayai anak mereka di bangku pendidikan.

Hal itu disampaikan Aliansi Pemuda Bupolo Bangkit dalam keterangan pers yang berlangsung di salah satu rumah makan di Kota Namlea, Senin (25/) malam.

Baca Juga: Wabup Lepas Para Kades Ikut Pelatihan P3PD

Para pemuda yang tergabung dalam aliansi itu terdiri dari organisasi mahasiswa  dan Pemuda Adat Buru Bersatu, Forum Komunikasi Mahasiswa Kayeli, Gerakan Mahasiswa Kecamatan Batabual, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah dan KNPI.

Jumpa pers dikoordinir DPD KNPI Buru ini bertujuan untuk menangkis informasi hoax yang beredar dari mulut ke mulut soal tudingan miring kalau aliansi akan menolak kunjungan Gubernur Maluku Murad Ismail yang akan mengikuti Maulid Akbar di Kota Namlea pada, Rabu (27/9) malam.

Ketua DPD KNPI Kabupaten Buru Taher Fua menjelaskan, masyarakat di semenanjung Kecamatan Batabual sangat merindukan terkait dengan infrastruktur jalan pada  ruas jalan Mako-Kayeli, kayeli- Ilath, yang sejak tahun 2011 lalu berstatus jalan provinsi dan menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi Maluku.

“Namun faktanya, pemerintah provinsi terkesan tidak serius menangani poros jalan tersebut, sehingga ini menjadi salah satu masalah yang memotivasi Aliansi Pemuda Bupolo Bangkit turun ke jalan pada saat kunjungan gubernur dan rombongan selama dua hari di Namlea,” ucap Taher.

Apalagi kata Taher, pada saat pengresmian sejumlah proyek oleh MI di Dermaga Merah Putih Namlea pada 9 Juli 2022 lalu,  terucap dari mulutnya akan merampungkan poros jalan di Batabual di tahun 2023, namun sampai kini jalan poros tersebut belum ada tanda-tanda kegiatan.

Bahkan pihaknya telah mendapatkan informasi, kalau sejak tahun 2020 lalu, Murad Ismail selaku gubenrur telah mengusulkan peralihan status jalan provinsi itu menjadi jalan nasional.  Namun peralihan status jalan itu juga belum terealisasi, karena masih ada masalah.

“Untuk itu Murad Ismail selaku gubernur diminta untuk harus mampu menyelesaikan peralihan status jalan tersebut sebelum mengakhiri masa jabatannya di penghujung tahun 2023 nanti,” tandas Taher.

Taher juga menyentil soal rencana penyisiran di Gunung Botak agar ditunda dahulu sebelum ada kepastian turunnya IPR maupun IUP.

Pasalnya, jika penyisiran itu dilakukan, sudah barang tentu angka pengangguran akan besar, sehingga menurut hemat kami, bila ada rencana pemda untuk menertibkan dan melakukan penyisiran terhadap lokasi Gunung Botak, maka  ini perlu dipertimbangkan,” tandas Taher.

“Kami juga ingin sampaikan kepada gubernur yang kami hormati, bahwa kami sangat merindukan pembangunan jalan Batabual. Sudah lama kami merindukan jalan ini segera dibangun,” ucap Taher.

Atas nama Aliansi Pemuda Bupolo Bangkit, Taher menghimbau saat kunjungan gubernur dalam agenda Mahabbah Rasulullah, agar supaya ada perhatian yang serius dari pemerintah provinsi untuk dapat menyelesaikan apa yang menjadi keinginan masyarakat Batabual.

Senada dengan Taher, perwakilan Pemuda Muhammadiyah Firman juga menyampaikan permasalahan poros jalan provinsi di Batabual dan masalah Gunung Botak. Kedua masalah ini yang menjadi isue sentral aliansi turun ke jalan menyambut kedatangan Murad Ismail di Kota Namlea.

Ditempat yang sama, Ketua Forum Mahasiswa dan Pemuda Adat Buru Fandi Nacikit juga mempermasalahkan kehadiran PT Ormat Gethermal Indonesia yang sedang mengeksplorasi energi panas bumi di Desa Wapsalit, Kecamatan Lolongquba.

“Kami minta agar Murad Ismail serius menyikapi permasalahan yang sempat timbul disana dan dihentikan kegiatan eksplorasi,’ cetusnya.

Ditanya apakah aliansi tidak harus turun ke jalan dan lebih baik bertemu dan berdialog dengan gubernur guna menyampaikan tuntutan mereka? Taher menegaskan, jumpa pers bersama wartawan dan aksi demonstrasi yang dilakukan ini, bertujuan agar aspirasi mereka bisa didengar oleh Murad Ismail selaku gubernur.

“Namun bila Murad Ismail mau membuka pintu untuk dapat berdialog langsung, maka saya dan kawan-kawan lebih bersyukur lagi. Kalau kita diberikan ruang untuk bertemu langsung pak gubernur, itu lebih baik lagi,” jelas Taher.(S-15)