AMBON, Siwalimanews – Diduga, ada pungutan liar yang dilakukan pihak SMPN 9 Ambon pada proses pendaftaran siswa kelas IX ke tingkat SMA/SMK.

Pasalnya, sekitar 418 siswa kelas IX lulusan tahun ajaran 2022/2023  diharuskan menyetor uang 100 ribu rupiah kepada pihak sekolah seba­gai biaya transportasi, konsumsi, administrasi, dan penulisan ijasah sebagaimana disampaikan langsung oleh Kepsek saat rapat bersama orang tua pada Jumat (8/6), bahkan ada orang tua murid yg sudah du­luan mendaftar ke SMK Kesehatan dan SMA Siwalima semuanya  diha­ruskan membayar uang 100 ribu namun faktanya, berkas dan formulir pendaftaran siswa dikembalikan kepada masing-masing siswa untuk mendaftar sendiri ke sekolah tujuan mereka.

Sebut saja, pada SMKN 3 Ambon, seluruh siswa berkasnya diserahkan kembali dan siswanya yang sendiri membawa berkas ke sekolah ter­sebut.

Salah satu orang tua siswa lulu­san kelas IX yang enggan namanya dikorankan menyesalkan tindakan sekolah yang secara sengaja mela­kukan pungutan liar dengan ber­topeng pada biaya administrasi pendaftaran siswa.

“Mereka hanya beralasan untuk membayar biaya administrasi pada­hal berkas anak kami dikembalikan untuk mendaftar sendiri ke sekolah tujuan. Lalu untuk apa, kami harus membayar uang 100 ribu itu ?,” ujarnya, dengan nada kesal, kepada wartawan, Rabu (5/7).

Baca Juga: Kelola Anggaran Triliun, Dikbud Gagal Tingkatkan Mutu Pendidikan

Tak hanya di tahun ajaran 2022/2023 namun pungli 100 ribu rupiah itu juga dipraktekan setiap tahun termasuk untuk lulusan tahun ajaran 2021/2022.

“Anak saya juga lulus di tahun ajaran 2021/2022 dan pungutan yang sama juga dilakukan, karena jika tidak diberikan uang 100 ribu itu maka para guru beralasan untuk anak kami tidak bisa diteruskan berkasnya ke SMA/SMK,” tandasnya.

Ia meminta agar siber pungli se­gera bertindak dan memeriksa Kepa­la SMPN 9 Ambon, Lona Parinussa karena aktivitas pungli ini marak terjadi di SMPN 9 Ambon.

“Siber Pungli harus segera periksa Kepala Sekolah karena aktivitas pungli sangat marak  dilakukan di sekolah, kepsek selalu melakukan pungutan yang tak jelas penggu­naan anggarannya padahal sudah ada dana BOS yang begitu besar,” tegasnya.

Senada dengan itu, salah satu orang tua siswa yang juga enggan namanya dipublish itu, meminta kepala sekolah mempertanggungja­wabkan pelaksanakan kegiatan Pa­gelaran Seni yang dilakukan di Au­ditorium Unpatti, beberapa waktu lalu.

“Hasil dari pelaksanaan kegiatan Pagelaran Seni itu, tidak membawa dampak positif bagi perkembangan pendidikan di SMPN 9 Ambon bahkan kepsek tidak pernah trans­paran terkait hasil dari pagelaran seni itu baik kepada para guru maupun pihak komite padahal anggaran yang diperoleh sangat besar apalagi penjualan tiket ke siswa masing-masing 10 ribu rupiah dan ke alumni 15 ribu rupiah,” cetusnya.

Ia mengaku, para orang tua sudah sangat apatis dengan kepemimpinan Parinussa  sehingga meminta penja­bat Walikota Ambon, Kadis Pendi­dikan dan Kepala BKD Kota Ambon agar segera mengevaluasi Parinussa dari jabatannya.

Para orang tua juga menyesal de­ngan kepemimpinan Ketua Komite, Stella Matitaputty, yang hanya ter­kesan diam dan tidak mempedulikan berbagai peristiwa yang terjadi di sekolah. Mestinya Matitaputty mem­perjuangkan keprihatinan orang tua terkait dengan kondisi Pendi­dikan di SMPN 9 Ambon.

Kepala SMPN 9 Ambon, Lona Parinussa, yang dikonfirmasi melalui telepon seluler, Rabu (5/7) mengaku, keputusan pembayaran 100 ribu untuk siswa kelas IX itu merupakan keputusan bersama orang tua yang merupakan hasil keputusan MKKS Kota Ambon.

“Saat rapat bersama orang tua siswa kelas IX pada tanggal 8 Juni itu, 99 persen orang tua setuju dan tidak ada komplein bahkan mereka setuju untuk membayar 100 ribu itu dan saya rasa itu tidak ada masalah karena kita sudah memberikan ke­sempatan kepada orang tua berbi­cara tetapi tidak ada sehingga saya rasa tidak ada yang komplein,” tandasnya.

Disinggung soal pengembalian berkas kepada siswa untuk mendaf­tar sendiri ke sekolah tujuan walau­pun sudah membayar 100 ribu, Pari­nussa membantahnya. “Itu tidak ada, pendaftaran siswa ke sekolah tujuan itu dilakukan secara kolektif. Pengembalian berkas ke siswa untuk agar siswa kembali ke sekolah tujuan melaporkan diri mereka, jadi tidak mendaftar lagi karena pendaftaran sudah dilakukan secara kolektif oleh pihak sekolah,” tegasnya.

Ia meminta kepada orang tua siswa yang keberatan agar bisa menemui dirinya di sekolah tanggal 11 Juli mendatang, setibanya di Ambon.

Terkait kegiatan pagelaran seni, Parinussa enggan menjelaskannya. Ia mengaku sementara berada di Cibubur, Jakarta Timur. “Nanti saja baru saya jelaskan, saya sementara berada di Cibubur,’ pintanya.

Sementara itu, Ketua Komite SMPN 9 Ambon, Stella Matitaputty, yang dikonfirmasi Siwalima, melalui telepon selulernya, tidak berhasil terhubung. (S-08)