DEWAN dan Tim Pelaksana Ambon Smart City (ASC) melaksanakan Rapat Kordinasi (Rakor) secara virtual, Selasa (21/2).

Sekretaris Kota Ambon yang juga Ketua Dewan Pembina ASC, Agus Ririmasse mengatakan, tujuan Rakor ini selain untuk konsolidasi dan meningkatkan komitmen bersama juga untuk menggagas upaya-upaya inovatif satu ekosistem kota dalam mengatasi berbagai persoalan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan komunitas.

“Saya berharap, rakor ini dapat memberikan masukan terkait infrastruktur Smart City untuk dapat disampaikan kepada Kementrian Kominfo dalam hal ini Ditjen Aplikasi dan Informatika dalam Program Smart City Bussines Match Making guna mendukung percepatan digitaliasi di Indonesia,” ungkap Ririmasse, dalam arahannya.

Dikatakan, program Smart City Bussines Match Making adalah pertemuan antara Walikota/Bupati dengan calon investor infrastruktur Smart City dari berbagai negara melalui perantara kedutaan besar negara asing di Indonesia. Program ini difasilitasi Kementrian Kominfo RI.

“Dalam rapat ini, bagaimana dewan dan pelaksana ASC dapat menggagas dan menghubungkan infrastruktur sosial dan bisnis struktur dalam meningkatkan kecerdasan di kota ini,” katanya.

Baca Juga: Walikota Harap Kebijakan Gereja Bantu Pemerintah

Dengan demikian, Dewan Smart City berharap dapat memberikan masukan atau usul saran kepada tim teknis terkait pembangunan dan pengembangan ASC.

Menurut Sekot, hal itu tentunya tidak dapat dilakukan sendiri melainkan membutuhkan kerjasama dan koordinasi lintas sektoral dengan berbagai instansi baik vertikal muapun hirizontal serta dunia usaha.

“Saya berharap kita bergerak aktif, tidak tinggal diam tetapi dapat mengimplementasikan dan meng­integrasikan program kegiatan serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan program kegiat­an tersebut sekaligus menganalisis kebutuhan program,” tandasnya.

Sementara itu, Kadis Kominfo dan Persandian Kota Ambon, Joe Adriaanz dalam paparannya menjelaskan, Kota Ambon termasuk dari 191 kabupaten/kota yang masuk dalam gerakan kota cerdas (smart City) periode 2017-2022.

Adapun enam dimensi dalam pengembangan Smart City meliputi smart governance, smart branding, smart economy, smart living, smart society, dan smart environment.

Dikatakan, sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Smart City di kota ini adalah terkait dengan penganggaran, kualitas SDM yang masih rendah serta belum meratanya infrastruktur Teknomogi Informasi dan Komunikasi (TIK).

“Banyak yang menganggap Smart City adalah proyek TIK dan bukan budaya kerja padaha Smart City adalah merubah yang belum ada menjadi ada dan yang sudah ada menjadi lebih baik atau lebih berkualitas,” beber Adriansz.

Dirinya menegaskan, dalam pengemangan Smart City, komitmen kepala daerah menjadi penting guna suksesnya program dimaksud.

“Tidak semua kepada daerah punya komitmen tetapi kita bersyukur sejak kepemimpinan Walikota Richard Louhenapessy hingga Penjabat Walikota, Bodewin Wattimena serta Sekot Agus Ririmasse dsangat berkomitmen dalam ASC, ini menjadi modal dasar dalam pelaksanaan program,” ujarnya.  (S-25)