AMBON, Siwalimanews – Asosiasi angkutan kota (Angkot) keluhkan keberadaan angkutan online, yang akhir-akhir ini cenderung diminati warga Kota Ambon.

Pasalnya, tarif angkutan online seperti Maxim yang menentukan harga dibawah standar itu turut merugikan angkutan konvesional.

Keluhan itu disampaikan Asosiasi Angkot ini saat menyambangi Komisi III DPRD Provinsi Maluku, Rabu (18/1).

Wakil Ketua Komisi III DPRD Provinsi Maluku, Saodah Tethool kepada wartawan di ruang kerjanya mengatakan, Asosiasi Angkot merasa resah dengan kehadiran angkutan online Maxim yang menentukan harga dibawah standar dan merugikan angkutan konvensional.

Terhadap keluhan asosiasi angkutan kota tersebut, kata Saodah, harus ada solusi yang dicari antara DPRD dengan Dinas Perhubungan Provinsi dan Kota untuk menjamin semua usaha angkutan konvensional maupun online di Kota Ambon.

Baca Juga: Unlesa siap Bantu Pemda Atasi Kekerasan Perempuan & Anak

“Kita harus duduk bersama dinas Perhubungan Provinsi dan kota untuk menyetarakan satu harga sehingga usaha online tidak mematikan usaha konvensional,” tegas Saodah.

Sebagai wakil rakyat, pihaknya tidak menginginkan masyarakat tergiur dengan promosi harga rendah yang diterapkan maxim dan pada akhirnya semua konsumen beralih ke usaha online dan meninggalkan angkutan umum tetapi pada satu ketika justru usaha online akan menaikan harga.

Kata dia, ketakutan inilah yang harus diantisipasi oleh Pemerintah dan DPRD termasuk dengan  mengestimasikan harga teratas dan terbawah angkutan umum online maupun konvensional sesuai dengan jarak tempuh agar menjadi patokan bagi seluruh pengusaha angkutan.

“Nanti kita tanya ke Maxim pakai aturan dari mana dan hitungan seperti apa tapi kita harus menyamaratakan harga tinggal konsumen yang menentukan artinya tidak boleh  monopoli usaha,” cetus politisi Gerindra Maluku ini.(S-20)