AMBON, Siwalimanews – Proyek pembangunan drainase dan rabat beton di Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, milik Dinas Perkerjaan Umum Maluku, dikerjakan tak sesuai bestek.

Proyek yang dibiayai dana pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) senilai Rp10,5 milyar dengan kode tender 14493288 tahun anggaran 2020, dikerjakan asal-asalan dan jauh dari proyek serupa yang sementara dikerja­kan di dalam kota.

Sesuai data yang dilansir lpse.go.id, kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut adalah PT Dewi Sakti Indah Utama, yang beralamat di Jalan Soa­bali Nomor 126, Ambon.

PT Dewi Sakti Indah Utama dinobatkan sebagai pemenang pada paket pekerjaan dimaksud, dengan penawaran sebesar Rp. 10.059.056.977,23

Dengan biaya sebesar itu, kontraktor hanya mempercantik trotoar lama yang sudah ada, kemudian mengecatnya, seperti yang terjadi di Jalan OT Pattimahu atau tepatnya di depan Kampus UKIM.

Baca Juga: Tiga Hari Warga Banda Tercebur ke Laut Belum Ditemukan

Sebagai kawasan yang sering jadi langganan banjir, seharusnya drainase dan trotoar diperlebar dari 30×35 centimeter, menjadi 70×75 centimer seperti sudah dibangun di kawasan pengeringan pantai Waihaong yang sudah selesai dikerjakan.

Namun kenyataan di lapangan, kontraktor yang menangani itu justru hanya mempercantik troroar dengan mengecetnya.

Tidak hanya itu tumpukan material bekas pekerjaan dibiarkan terlantar yang menganggu penguna jalan.

Direktur Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Maluku, Yan Sariwating mempertanyakan pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut.

Kepada Siwalima, Sabtu (10/4) Sariwating menduga pekerjaan proyek tersebut tidak sesuai dengan bestek, jika trotoar harus digunakan tegel sama seperti pada trotoar lainnya di Kota Ambon, maka seharusnya dilakukan demikian,

“Jika didalam LPSE atau kontrak harus trotoar harus dipakai tegel dan bukan dicat ini yang harus dipertanyakan, dan ini tidak sesuai,” ujarnya.

Menurutnya, seharusnya Dinas Pekerjaan Umum mengawasi pekerjaan proyek tersebut, karena sangat disayangkan itu terjadi.

“Jika demikian maka ini harus dipertanyakan karena tidak sesuai dengan bestek, ini Dinas PU harus bisa melakukan pengawasan. Ini ada sesuatu yang tidak beres,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah warga kawasan Talake, khususnya di lingkungan RT 03/02 mengeluhkan tumpukan material sisa proyek pembangunan trotoar yang dibiarkan berserakan di bahu jalan oleh pihak kontraktor.

Padahal proyek milik Dinas PUPR Provinsi Maluku ini, telah selesai dikerjakan hampir sepekan. Sayangnya sisa material yang dibiarkan begitu saja membuat keindahan trotoar yang baru dibuat itu terlihat kotor.

Kepada Siwalima, Lucky salah satu warga mengaku, proyek pembangunan trotoar ini sudah selesai, namun sangat disayangkan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas proyek ini, membiarkan sisa material di bahu jalan.

“Masih ada sisa sampah pada karung-karung semen, kebera­daannya cukup mengganggu, sehingga kita harapkan secepatya diangkat,” pintanya.

Ane pedagang bakso disamping Kampus UKIM juga mengeluh hal yang sama. Menurutnya, warna trotoarnya sudah bagus, tapi sisa material masih ada. Ia berharap, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas proyek ini dapat membersihkannya, sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat.

“Bukan hanya sisa material kerikil yang belum juga diangkat, sisa pasir dan batu yang diisi dalam karung semen juga masih dibiarkan begitu saja. Kita harap orang yang kerja proyek ini dapat bertanggung jawab,” cetusnya.

Warga Talake lainnya Lodewik juga mengeluh dengan hal ini, namun menurutnya, kemungkinan sisa material ini belum diangkat karena pekerjaan trotoar ini akan dilanjutkan pada bagian kiri jalan.

“Sisa Material ini belum diangkat, mungkin karena akan dilanjutkan pekerjaan untuk bagian kiri jalan, sebab bagian kiri belum direnovasi,” tandasnya.

Dihubungi terpisah, PPK proyek tersebut, Lenly Pattinama mengatakan,  drainase dan rabat Beton di Kecamatan Nusaniwe itu dikerjakan sudah sesuai dengan tahapan finishingnya cat.

Menurut Pattinama, untuk trotoar yang dikerjakan di sepanjang jalan OT Pattimahu itu dilakukan awal rabat beton dan finishing dicat.

“Untuk di Nusaniwe itu berbeda. Di jalan OT Pattimahu itu kita buat rabat beton selain itu jalannya dihotmix sampai di lingkungan kampus dan finishing terakhir itu dicat. Dan ini sudah sesuai,” ujarnya.

Ditanya apakah anggaran sebesar itu digunakan untuk mengerjakan trotoar yang tidak menggunakan keramik dan hanya cat dibiarkan begitu saja, lanjut Pattinama pihaknya akan melakukan evaluasi. “Kita akan evaluasi lagi. Karena memang untuk trotoarnya  itu tidak keramik. Finishing dicat dan berbeda de­-ngan di Mardika. Tetapi kita akan evaluasi,” katanya. (S-51/S-39)