Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kasus campak meningkat tajam di seluruh dunia hingga tiga kali lipat bila dibandingkan tahun lalu. Penolakan vaksin Measles dan Rubella (MR) yang terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia, disebut menjadi penyebab meningkatnya jumlah kasus campak.

Perwakilan WHO Kate O’Brien menyebut, sistem kesehatan yang lemah dan informasi yang salah tentang vaksin merupakan penyebab campak merebak.

“Kita mengalami kemunduran, kita berada di jalur yang salah. Kami memiliki tren yang mengkhawatirkan bahwa semua wilayah mengalami peningkatan campak kecuali untuk wilayah Amerika, yang mengalami sedikit penurunan,” kata O’Brien, dikutip dari Reuters.

Kasus campak di dunia pada periode Januari hingga Juli tahun ini meningkat tiga kali lipat ketimbang periode yang sama pada 2018.

Hampir 365 ribu kasus campak yang dilaporkan terjadi secara global tahun ini, rekor tertinggi sejak 2006. Angka ini disebut mewakili 6,7 juta kasus yang tak dilaporkan di seluruh dunia. Pada 2017, campak menyebabkan sekitar 109 ribu kematian. Wabah terbesar terjadi di Republik Demokratik Kongo sebanyak 155.460 kasus, Madagaskar 127.454 kasus, dan Ukraina 54.246. Selain itu, empat negara di Eropa yakni Albania, Republik Ceko, Yunani, dan Inggris kehilangan status bebas campak.

Baca Juga: 4 Cara Menghilangkan Jerawat Tanpa Obat

WHO menyebut virus ini menyebar di antara anak-anak usia sekolah yang orang tuanya menolak memberikan vaksin MR. Padahal, campak yang bisa berujung ke­matian serta kelumpuhan itu dapat dice­gah dengan pemberian vaksin MR. (*)