AMBON, Siwalimanews – Warga Negeri Hulaliu, Kecamatan Pulau Ha­ruku, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), ber­komitmen menolak ke­beradaan Front Kedau­latan Maluku Republik Maluku Selatan (FKM RMS) di Negeri Hulaliu, melalui deklarasi NKRI harga mati, yang dilaksanakan di Kantor Negeri Hulaliu, Selasa (21/4).

Deklarasi tersebut diramu de­ngan tagline melalui kebersamaan katong wujudkan Negeri Hulaliu yang aman dan damai demi ke­utuhan Indonesia.

Penolakan terhadap kebera­daan FKM RMS didasarkan kepada pengalaman kehidupan sosial masyarakat di negeri itu, yang mana sudah hidup dengan aman, tentram dan damai, saling berdam­pingan antar satu dengan yang lain. Bukan hidup untuk saling bertikai dan mengorbankan yang satu de­ngan yang lain, yang hanya me­rupakan kepentingan orang ter­tentu, sehingga keluarga maupun hidup orang basudara dikorban­kan.

Kehidupan masyarakat dalam bingkai NKRI, jauh lebih baik dan harmonis, dibanding harus men­dukung pergerakan FKM RMS, yang tidak sejalan dengan idiologi bangsa maupun falsafah Panca­sila dan UUD.

Turut hadir dalam deklarasi tersebut, Raja Negeri Hulaliu Dolvinus Siahaya, para Kepala Soa, serta tokoh agama.

Baca Juga: Penerima Bansos Capai 116.000 KPM

Salah satu eks pengikut FKM RMS di Negeri Hulaliu, Fredy Saiya mengaku jika selama ini dirinya hanya ditipu.

“FKM RMS itu penipu, parlente, hanya menipu rakyat, kita tertindas, sekarang katong komitmen ùntuk berbalik kepada NKRI.  NKRI harga mati, FKM RMS itu hanya menipu katong sebagai rakyat kecil, katong ditindas dan menderita. Katong hanya diberikan janji-janji akan merdeka tapi itu hanya janji omong kosong,” tandasnya.

Selain itu, Gispert Siahaya yang juga eks simpatisan FKM RMS mengatakan, sejak tahun 1999, dirinya bergabung dengan FKM RMS. Dari tahun ke tahun janji ke­merdekaan itu tetap dikuman­dangkan dan janji kemerdekaan itu biasanya pada bulan April dan Oktober, bahkan dikatakan bahwa Pimpinan Eksekutif FKM RMS, Alex Manuputty sudah ada di Maluku Tenggara dan sebagainya, tinggal beliau masuk saja, melalui inter­vensi.

“Katong ini hanya diberikan janji merdeka melalui intervensi, kata­nya kalau sudah intervensi maka dokter Alex Manuputty langsung masuk tapi sampai sekarang tidak pernah terealisasi,” tandas Siahaya.

Ia mengaku, alasan menjadi sim­patisan FKM RMS karena saat tahun 1999 pasca konflik so­sial, kondisi ekonomi mulai terpu­ruk, sehingga dirinya mulai terpe­ngaruh dengan adanya FKM RMS.

“Waktu itu bulan Desember 1999, rumah terbakar, katong mulai stress dan karena ada ajakan-ajakan sehingga kami mulai ter­pengaruh dan terlibat sebagai simpatisan FKM RMS,” terangnya.

Ia mengaku menyesal karena sudah terlibat bersama FKM RMS walaupun hanya sebagai simpa­tisan.

“Beta merasa menyesal karena katong hanya ditipu, kami juga tidak pernah menerima apa-apa dari janji manis mereka, sehingga mu­lai hari ini beta telah berkomitmen untuk keluar dari FKM RMS dan kembali ke NKRI karena NKRI harga mati,” tegasnya.

Sementara salah satu warga Hulaliu, Simon Noya, menegaskan jika selama ini tidak terlibat dalan aktivitas FKM RMS di Negeri Hulaliu atau dimanapun namun namanya dicatut sebagai simpatisan.

“Saya tidak pernah terlibat dalam aksi atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan FKM RMS tetapi nama saya selalu dicatat sebagai simpatisan,” tandasnya.

Kata Noya, NKRI harga mati, dan tidak bisa ditawar-tawar. “NKRI harga mati dan saya berjanji untuk tetap ada bersama NKRI,” ujarnya.

Raja Negeri Hulaliu, Dolvinus Siahaya bersyukur kepada Tuhan karena warganya yang selama ini mengikuti FKM RMS sudah sadar.

“Sebagai kepala pemerintahan di Negeri Hulaliu, saya merasa kecewa terhadap perbuatan-perbuatan segelintir orang itu namun syukur pada Tuhan kalau mereka sudah menyatakan sikap hari ini untuk menolak FKM RMS dan bergabung kembali bersama NKRI karena NKRI harga mati,” tandasnya.(S-16)