PEMERINTAH kabupaten Maluku Tengah mengapresiasi terselenggaranya acara adat Panas Gandong Negeri Tamilouw Hutumuri, Siri Sori, Bakarbessy (Waai) dan Manuhutu (Haria).

Ritual adat yang Iima negeri kakak beradik yang berlangsung di Tamilouw kecamatan Amahai Malteng, Selasa (10/10) itu bermakna sangat penting tidak hanya sebagai bentuk tradisi adat istiadat,namun lebih dari itu adalah bentuk revitalisasi kearifan lokal untuk mentransformasi nilai budaya agar dapat diterus dipertahankan.

“Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah, saya sangat menyambut baik dan mengapresiasi terselenggaranya tradisi Panas Gandong ini, karena sangat penting dalam upaya revitalisasi kearifan lokal untuk mentransformasikan nilai-nilai budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat di Maluku,” tandas Penjabat Bupati Malteng, Rakib Sahubawa dalam sambutannya yang dibacakan, Asisten Bupati Bidang Ekonomi Pembangunan, Julius Boro saat mewakilinya di acara itu.

Dikatakan,  Panas Gandong bukan hanya sebuah tradisi, tetapi merupakan simbol persaudaraan yang kokoh antara Negeri Tamilouw, Negeri Hutumuri, Negeri Sirisori, Bakarbessy (Waai) dan Manuhutu (Haria), yang telah terjalin sejak lama dan diwariskan dari generasi ke generasi.

“Tradisi ini adalah cermin dari kekayaan budaya Maluku yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati. Sebagai bagian dari masyarakat adat, kita semua patut berbangga karena masih dapat melestarikan dan merayakan tradisi seperti Panas Gandong ini. Ikatan kekerabatan Gandong sebagai identitas masyarakat Maluku, sesungguhnya telah menyuguhkan sebuah tingkat keadaban yang tinggi dalam pertalian sejati hidup orang basudara, sebagaimana ungkapan luhur yakni potong di kuku rasa di daging, ale rasa beta rasa dan sagu salempeng dibagi dua,” katanya.

Baca Juga: Rovik Minta Masalah Mandala Karpan Diselesaikan secara Humanis

Sahubawa berharap melalui Panas Gandong dapat terus memupuk dan semakin mempererat tali persau­daraan, memperkuat rasa kebersa­maan, dan membangun masa depan yang lebih harmonis dan sejahtera bagi seluruh masyarakat di Negeri Tamilouw, Negeri Hutumuri, Negeri Sirisori, Bakarbessy (Waai) dan Manuhutu (Haria), dan masyarakat Maluku Tengah pada umumnya.

“Saya juga sangat berharap agar Budaya Panas Gandong yang merupakan warisan para leluhur, perlu terus dilakukan sehingga berdampak menumbuhkan kesadaran hidup orang basudara, terutama di kalangan generasi muda agar tidak melupakan sejarah dan kebudayaan terutama dalam menghadapi dinamika masyarakat yang makin multikultural dewasa ini,” tutupnya.(S-17)