Aktivitas tambang emas ilegal di Gunung Botak Kabupaten Buru mulai terhenti setelah ditutup paksa sejak 15 Nopember 2015 lalu. Itu artinya tiga tahun tambang emas yang sempat menjadi sumber mata pencaharian bagi sekitar 50 ribu orang itu sepi dari penambang liar.

Gunung Botak bergeliat pada 2011, dihentikan setelah ditemukan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan bahan kimia lain yang memicu pencemaran aliran sungai Anahoni yang bermuara ke Teluk Kailey.

Penghentian aktivitas tambang emas ilegal itu buah dari tangan dingin eks Kapolda Maluku, Irjen Royke Lumowa. Kerja sama yang baik antara Polda Maluku dan  Pemprov Maluku termasuk Pemkab Buru, kawasan Gunung Botak dihentikan dari aktivitas penambangan.

Awal permasalahan ditutupnya tambang akibat kesalahan pengelolaan sehingga memicu kericuhan dan mengganggu keamanan serta ketertiban masyarakat. Tak bisa dipungkiri, tingkat kriminalitas di Gunung Botak sabang hari meningkat.

Tak mau masyarakat di sana terus menjadi korban, Irjen Royke Lumowa kerja sama dengan pemerintah daerah menutup aktivitas tambang tersebut hingga saat ini. Entah rindu atau ingin melihat secara langsung kondisi terkini tambang emas Gunung Botak, pada Sabtu (6/3), Irjen Royke Lumoa berkunjung ke tempat itu.

Baca Juga: Menanti Realisir 100 Hari Kerja Mukti-Idris

Dalam kunjungannya, Royke tidak sendiri, tapi didampingi peneliti dari Universitas Pattimura. Sejak diketahui keberadaan tambang emas di Gunung Botak, kawasan itu kerap dikunjungi petinggi baik dari pusat maupun daerah. Entah militer maupun sipil kawasan Gunung Botak seakan tidak henti-hentinya dikunjungi “pembesar”.

Royke tiba di Kota Namlea pada Jumat (5/3). Informasi Royke tidak sendiri tapi didampingi peneliti Unpatti, Yustinus Male, Wakapolres Buru, Backhrie Hehanussa dan dua perwira dari Direktorat Reskrimsus Polda Maluku

Kehadiran Royke membawa peneliti senior dari Unpatti dalam  rangka studi penelitian dampak aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di Gunung Botak  dan upaya menuju pertambangan emas yang berkelanjutan tanpa gunakan bahan merkuri.

Tiba di Gunung Botak, rombongan Royke bertemu Matatemun Yohanes  Nurlatu dan Kepala Soa Robo Nurlatu di rumahnya. Dari sana Royke dan rombongan menuju Pos Pengamanan di Sungai Anahoni dan bertemu sejumlah tokoh adat.

Pada kesempatan itu Yustinus Male dihadapan tokoh adat menjelaskan maksud kunjungan pihaknya dalam rangka studi penelitian. Ia sempat menyentil kalau di Indonesia terdapat kurang lebih 200 titik spot yang mengandung potensi kandungan emas dengan pengolahan serta  kendala berbeda pula .

Male berharap, penelitian ini akan menjadi holding, untuk mencapai hasil studi yang baik dan dijaring tentang dampak fisik maupun kimia, juga dampak sosial ekonomi dari kegiatkan PETI yang mulai marak sejak November 2012 lalu itu.

Kita berharap siapapun yang berkunjung ke Gunung Botak membawa dampak yang baik bagi keberlangsungan hidup masyarakat di Buru. Selama ini keberadaan tambang emas itu sudah cukup membawa masyarakat setempat hidup dalam ketidakpastian. Disatu sisi masyarakat takut dampak dari penggunaan bahan kimia saat mengelola tambang. Disisi lain, gangguan kamtibmas kerap terjadi di kawasan penambangan. Olehnya masyarakat Buru menginginkan pemerintah bersikap adil dan objektif mengelola tambang tersebut. (**)