Sulitkah menulis cerita anak? Pada tulisan sebelumnya, penulis telah mejelaskan tentang dua aspek penulisan cerita yang wajib diperhatikan. Bagian kedua ini, penulis akan menjelaskan tiga aspek lain dalam penulisan cerita.

Pertama, tema dan moral. Tema dalam sebuah cerita anak sebenarnya bagian dari moral. Tema merupakan makna dari cerita dan itu berarti berbicara tentang moral. Secara umum, tema selalu berkaitan dengan masalah kehidupan dan itu universal, menurut Nurgiyantoro. Lebih lanjut Nurgiyantoro menjelaskan bahwa apapun wujud tema yang diangkat dalam cerita merupakan kebenaran yang diperjuangkan lewat logika cerita. Masalahnya tema dan moral apa yang cocok untuk disajikan dalam cerita anak? Tema dan moral yang cocok adalah tentang kehidupan dan kema­nusiaan. Namun, cerita anak bukan hanya  tentang tema dan moral saja melainkan bagaimana tema dan moral tersebut disajikan. Oleh karena itu, tema dan moral tidak disajikan secara eksplisit, tetapi implisit dalam cerita. Satu hal lain yang perlu diingat ialah apa pun tema dan moral yang tersaji tidak boleh mengorbankan hiburan yang merupakan tujuan utama penulisan cerita. Tujuan pembelajaran moral tidak boleh mengalahkan cerita sehingga tema dan moral harus disajikan secara implisit lewat cerita, tokoh, alur, dan juga aspek lainnya.

Kedua, latar. Latar merupakan tempat kejadian atau peristiwa terjadi. Memang baik jika penulis menyajikan tempat yang dikenal oleh si anak. Namun, sebaiknya menyajikan tempat atau latar yang asing bagi anak karena mereka akan mendapat informasi baru tentang keadaan di tempat itu. Demikian juga mengenai kebiasaan hidup. Nurgiyantoro menambahkan bahwa hal ini penting untuk menambah pemahaman dan pengembangan wawasan multikultural.

Ketiga, stile. Stile (style) berkaitan dengan bahasa. Bahasa dalam cerita anak sangatlah penting apalagi hal tesebut dapat membantu perkembangan bahasa si anak. Bahasa dalam cerita anak haruslah bahasa yang sederhana. Kalimat dalam cerita anak janganlah yang kompleks atau simpleks-kompleks. Kalimat dalam cerita anak cukuplah menggunakan kalimat simpleks. Lebih jauh, Nurgiyantoro menjelaskan bahwa kosakata yang dipakai adalah kosakata yang mudah dipahami oleh anak seusianya, struktur tidak ruwet, masih berwujud kalimat-kalimat sederhana dan relatif pendek, koherensi dan kohesinya jelas, ungkapan sudah lazim dipergunakan, dan semuanya itu dipakai untuk membahasakan pikiran yang sederhana pula. Nurgiyantoro juga menambahkan bahwa bacaan cerita anak haruslah menggunakan bahasa sederhana sebab dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Mengapa? Karena dalam bahasa sederhana pun keindahan gaya bahasa masih terlihat melalui repetisi, pararelisme, citraan, ungkapan segar, dan lain-lain.

Selanjutnya, apakah sulit menerjemahkan cerita anak ke bahasa daerah? Seharusnya tidak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan sebagai berikut. Menerjemahkan bukan hanya tentang kegiatan mengalihbahasakan kata per kata atau kalimat per kalimat dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (Bsa), tetapi juga menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Jika penerjemahan hanya dilakukan dari kata per kata atau kalimat per kalimat, cerita itu tidak akan memiliki roh. Oleh karena itu, trik dan tips penerjemahan yang paling utama ialah penerjemah harus menguasai bahasa sumber. Jika cerita anak diterjemahkan dalam bahasa daerah, si penerjemah harus menguasai bahasa daerah yang disasar. Demikian halnya dengan bahasa asing atau bahasa Indonesia. Namun di sisi lain, penerjemahan yang baik juga dipengaruhi oleh bahasa sumber (BSu). Jika bahasa sumbernya kacau balau, kemungkinan besar bahasa sasarannya juga amburadul apalagi jika penerjemah dan penulisnya ialah orang yang berbeda. Oleh karena itu, kerja sama yang baik diperlukan antara penulis dan penerjemahnya.

Baca Juga: Mengukur Kemantapan Infrastruktur Jalan

Tahun ini Kantor Bahasa Maluku melatih 41 orang yang mau berproses dalam menulis dan menerjemahkan cerita anak berbasis Maluku. Akhirnya, 41 cerita anak tersebut berhasil diwujudkan untuk mendukung literasi anak Indonesia terutama Maluku. Harapan penulis, di tahun mendatang, akan ada wajah baru dari anak Maluku yang siap untuk menuliskan berbagai cerita dari Maluku.

Tidak ada yang sulit dalam menulis dan menerjemahkan cerita anak. Semua akan terasa mudah jika mau untuk memulainya. Menulis atau menerjemahkan merupakan kegiatan yang butuh proses. Tidak satupun penulis atau penerjemah hebat di dunia ini yang mengawali kariernya dengan kesempurnaan. Oleh: Evi Olivia Kumbangsila, S.Pd.(Staf Teknis Kantor Bahasa Provinsi Maluku).