Pemprov Maluku berencana bangun rel kereta api di Pulau Seram. Adapun lokasi proyek tersebut dimulai dari Kabupaten Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah.

Tidak mengapa, karena rencana tersebut merupakan jangka panjang. Kalau sekarang pemprov sudah mulai berencana feasibility study, sangat tidak relevan, disebabkan kondisi Maluku dan Pulau Seram khususnya sedang dalam situasi pandemic Covid-19.

Saat ini anggaran baik di daerah maupun pusat lebih difokuskan untuk pemulihan ekonomi masyarakat dan bukan berencana membangun proyek. Membangun proyek pun kalau itu mendesak dan strategis. Nilai feasibility study tak tanggung-tanggung, menelan dana hampir setengah miliar rupiah.

Lebih baik dana sebesar itu dipergunakan untuk pemberdayaan masyarakat di Seram atau memulihkan ekonomi masyarakat di sana. Toh, kereta api belum menjadi kebutuhan masyarakat Seram saat ini. Disisi lain, rencana feasibility study  pembangunan rel kereta api bertolak belakang dengan kondisi infrastruktur seperti jalan dan jembatan di Seram.

Ada banyak jembatan yang putus dan rusak, begitupun dengan jalan. Sampai sekarang pun ada masyarakat di Seram yang belum menikmati jalan atau jembatan. Masyarakat ada yang menantang maut menyeberangi sungai.

Baca Juga: Komitmen DPRD Maluku Awasi Proyek APBN & APBD

Di kawasan pegunungan Seram, masyarakat rela berjalan kaki berminggu-minggu baru bisa menjangkau tempat tujuan mereka. Intinya, akses masyarakat dalam hal konektivitas masih terbatas. Pemprov Maluku seharusnya memprogramkan kebutuhan yang berskala prioritas dibanding sesuatu yang tidak mendesak untuk masyarakat.

Daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi seperti Sulawesi Selatan saja, masih belum bisa menghadirkan kereta api kepada warganya. Padahal, kondisi alam di sana, relatif lebih datar dibanding di Maluku yang banyak perbukitan.

Saat ini masyarakat Pulau Seram sama sekali tidak bermimpi apalagi sampai membutuhkan moda transportasi kereta api. Orang Seram butuh peningkatan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Orang Seram masih terisolasi. Olehnya masyarakat butuh akses. Sebab persoalan yang paling utama itu aksesbilitas.

Transportasi itu  harapan orang Seram supaya membuat akses itu lebih baik. Tapi ternyata belum karena jJalan dan jembatan saja belum mampu untuk diperbaiki. Memang masyarakat tidak  menolak kebijakan kereta api, toh itu untuk waktu jangka panjang.

Yang masyarakat takutkan jangan sampai rencana pembangunan rel kereta api “pemanis bibir” untuk kepentingan lain, lantaran hal tersebut masih abstrak dan jauh.

Kita berharap studi kelayakan itu jangan dijadikan proyek asal-asalan sebab bukan  kebutuhan, tapi harus dilakukan dengan baik dan benar demi masa depan dan kesejahteraan rakyat Seram kedepan nantinya. (**)