AMBON, Siwalimanews – Prostitusi terselubung saat ini mulai marak di Ambon, baik secara off line maupun online melalui aplikasi.

Ironisnya, tidak hanya melibatkan orang dewasa, baik itu yang memiliki pekerjaan tetap, maupun tidak bekerja, tetapi juga melibatkan kalangan pelajar atau mahasiswa.

Terkait hal ini, Ketua Komisi I DPRD Kota Ambon Jafri Taihuttu meminta, orang tua selalu mengontrol pergerakan anaknya, terutama terkait barang-barang apa yang digunakan, dan dengan siapa dia bergaul.

Pasalnya, ada hal-hal yang dianggap bukan menjadi kebutuhan anak, yang oleh orang tua, itu tidak dipenuhi/dibeli, lalu tiba-tiba, anak justru memiliki itu.

Terkait persoalan ini menurut Taihuttu, kebanyakan orang tua terlihat lebih cuek, sehingga tidak ada pertanyaan, dari mana anak mendapatkan itu.

Baca Juga: Sindikat Copet Resahkan Warga, Kapolda Instruksikan “Basmi”

“Teman-teman media bisa lihat kalau ke Amplas, itu banyak secara kasat mata. Dengan Rp200-300 ribu, mereka menjadi penjajah seks. Selain itu di Pattimura Park kalau malam, kemudian ada sindikat-sindikat tertentu di hotel dan penginapan, itu ada dan ada segmentasinya itu siswa, mahasiswa. Belum lagi lewat aplikasi me chat. Ini merupakan problem utama yang ada di kota ini, yang akibatnya, penyakit Aids meningkat,” ujar Jafri.

Taihuttu mengaku, keberhasilan Pemkota Ambon dalam menutup lokasi prostitusi di Tanjung Batu Merah, ternyata tidak sepenuhnya menyelesaikan persoalan prostitusi. Justru muncul prostitusi terselubung yang kini banyak ditemui.

Akar persoalan dari munculnya penyakit-penyakit sosial ini, adalah soal masalah ekonomi. Himpitan ekonomi membuat sebagian masyarakat harus melakukan itu. Disisi lain, karena lapangan kerja pada sektor formal yang susah, dan angka pengangguran terus bertambah, belum lagi soal life style, ini menjadi pemicu utama orang melakukan itu. Bahkan itu juga melibatkan mereka-mereka yang juga justru telah memiliki pekerjaan tetap. Baik itu pegawai negeri dan juga swasta.

“Mau pake baju sesuai dengan perkembangan zaman, tapi karena himpitan ekonomi, itu cara yang ditempuh, jalan pintas, jual diri dan ini problem terbesar kita, maka ini harus menjadi pekerjaan rumah terberat oleh Pemkot Ambon dan tokoh agama dalam esukasi rohani melalui media apapun. Jika itu dapat menurunkan angkanya, maka itu suatu capaian,” tutur Jafri.

Dia mengaku, bahwa saat ini tidak hanya masalah prostitusi, begitu banyak problem yang dialami dan yang terjadi di kota ini, baik KDRT, narkoba, perkelahian, perceraian yang juga meningkat, maka itu, dibutuhkan peran semua pihak, terutama edukasi rohani itu.

Menurutnya, orientasi dakwah itu jangan dilihat atau jangan diformulasikan dalam bentuk seberapa jauh, atau seberapa banyak gereja, masjid, Pura atau Biara yang dibangun, namun orientasi itu harus berubah, sehingga membangun manusia itu bukan hanya badannya, tetapi membangun jiwanya secara bersamaan.

“Karena jiwa itu soal mindset, jadi prostitusi itu mindsetnya eror, sehingga diambil jalan pintas. Dimana tidak ada etos kerja yang tinggi, tidak gigih dalam bekerja, sehingga jalan yang diambil adalah jadi penjajah seks terselubung, itu intinya,” tandas Jafri. (S-25)