Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel-sel tubuh tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini terjadi ketika sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup, sementara pembentukan sel-sel baru terus terjadi.

Tumor dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun dan bisa bersifat jinak atau ganas. Tumor jinak sendiri adalah tumor yang tidak menyerang sel normal di sekitarnya dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Sementara tumor ganas, atau disebut juga dengan kanker, bersifat sebaliknya.

Kanker merupakan penyakit yang berbahaya dan penting didiagnosis sejak dini. Penyakit ini dapat membuat sel di dalam tubuh menjadi tidak terkendali, sel terus membelah dan dapat menimbulkan tumpukan jaringan padat yang disebut tumor. Salah satu prosedur yang dapat mendiagnosis penyakit kanker adalah biopsi.

Biopsi adalah salah satu tes yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi dan memantapkan diagnosis penyakit kanker. Biopsi dilakukan sebagai prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh Anda. Kemudian, sampel sel tersebut akan diuji dalam sebuah laboratorium dan dilihat bentuknya di bawah mikroskop. Sederhananya, dengan melakukan tindakan ini, tim medis Anda jadi mengetahui bagaimana kondisi jaringan atau sel pada suatu bagian tubuh yang dicurigai mengalami gangguan. Walaupun dilakukan untuk mendeteksi masalah kesehatan lain, biopsi adalah tindakan medis yang lebih dikenal untuk mendiagnosis penyakit kanker. Biopsi digunakan untuk membantu membedakan tumor jinak dengan kanker. Selain itu, tindakan ini juga diandalkan untuk mengetahui stadium dan jenis kanker yang dialami. Jika diagnosis kanker sudah ditegakkan dan stadiumnya sudah diketahui, ini akan mempermudah dokter memilih pengobatan kanker yang tepat. Pengobatannya meliputi operasi pengangkatan kanker, kemoterapi, atau radioterapi.

Selain penyakit kanker, masalah kesehatan lain yang juga direkomendasikan menjalani biopsi adalah:

Baca Juga: Subsidi: Di Kala Harus Memilih
  1. Membantu dokter untuk menentukan apakah terdapat luka pada usus atau tidak.
  2. Membantu dokter menegakkan diagnosis apakah ada gangguan hati seperti sirosis atau kanker hati.
  3. Mengidentifikasi apakah terjadi infeksi atau tidak dan mikroorganisme yang menyebabkannya.

Banyak orang merasakan gejala kanker atau berisiko terkena kanker tidak mau menjalani biopsi karena takut akan membuat pertumbuhan sel kanker semakin parah. Padahal, prosedur ini justru memudahkan tim medis untuk menentukan langkah pengobatan yang harus dilakukan selanjutnya. Selain itu belum ada penelitian yang menyatakan dan membuktikan jika tindakan medis ini dapat memperparah kondisi kanker yang dialami oleh seseorang.

Prosedur medis tersebut pasti dilakukan sesuai dengan standar dan tim medis akan melakukan berbagai cara untuk mencegah penyebaran sel kanker (metastasis). Prosedur medis ini biasanya disertai dengan tindakan anestesi alias bius, sehingga Anda tak perlu takut untuk merasakan sakit. Selain itu, prosedur tersebut termasuk prosedur medis yang ringan.

Lama waktu biopsi tumor tersebut bisa bervariasi dan tidak selalu sama antara jenis yang satu dan lainnya. Pada operasi biopsi biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Begitu pula dengan jenis biopsi lainnya yang memakan waktu berbeda-beda tergantung tingkat kesulitannya. Hasil biopsi umumnya bisa Anda dapatkan dalam 2-3 hari setelah prosedur dilakukan. Hasil yang memerlukan analisis yang lebih rumit dapat memakan waktu 7 hingga 10 hari.

Tumor yang bersifat jinak dapat berkembang menjadi ganas atau kanker. Jika sudah menjadi kanker, maka penderitanya berisiko mengalami kematian. Oleh sebab itu, risiko timbulnya kanker harus dikurangi, antara lain dengan

  1. Cek kesehatan secara berkal
  2. Hindari asap rokok
  3. Rajin aktivitas fisik
  4. Diet sehat dengan kalori seimbang
  5. Istirahat yang cukup
  6. Kelola stres.

Dalam melawan dan menjalani pengobatan, pasien kanker perlu mencukupi asupan nutrisi. Rata-rata pasien kanker kehilangan nafsu makan. Selain menghadapi kondisi psikologis, pasien kanker juga harus berjuang secara fisik untuk tetap mendapat nutrisi yang optimal. Oleh: dr. Elvira Yunet Palonda, dokter umum.