PENYELENGGARAAN pendidikan di setiap negara menjadi kepedulian hampir setiap anggota masyarakatnya. Mereka berharap keluaran pendidikan memiliki kompetensi yang sesuai atau bahkan melampaui harapan mereka. Dalam upaya memenuhi harapan itu, banyak negara belajar atau mencontoh praktik pendidikan yang dipandang baik dari negara lain. Finlandia adalah salah satu negara yang berdasarkan penilaian berbagai lembaga internasional, banyak aspek pendidikannya patut dipelajari. Selain itu, dapat diterapkan dan relevan dengan kondisi negara kita. Republik Finlandia adalah sebuah negara dengan luas daratan 338.455 km2 dengan jumlah penduduk 5,5 juta jiwa. Pendidikan di negeri ini dalam buku Miracle of Education: The Principles and Practices of Teaching and Learning in Finnish Schools (Niemi, H., Toom, A. & Kallioniemi, A., 2016) digambarkan menunjukkan keajaiban.

Masyarakat internasional kagum terhadap keberhasilan pendidikan di Finlandia yang ditunjukkan oleh kesuksesan peserta didik dalam berbagai pemeringkatan. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), misalnya, melaporkan hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) dalam matematika, sains, dan membaca menunjukkan Finlandia selalu pada peringkat teratas. World Economic Forum (2013) melaporkan pendidikan tinggi di negara tersebut juga berada pada posisi teratas. Meskipun pada tahun-tahun berikutnya disusul oleh beberapa negara lain, secara konsisten Finlandia tetap berada di antara negara-negara dengan peringkat pendidikan terbaik. Pada 2019, UNDP menerbitkan laporan bahwa indeks pendidikan Finlandia menunjukkan rata-rata tahun bersekolah penduduk dewasa dan tahun harapan bersekolah anak-anak berada di urutan keempat. Meskipun masyarakat internasional menujukkan kekaguman terhadap keberhasilan pendidikan di Finlandia, masyarakat negeri itu memandangnya sebagai sesuatu yang biasa. Mengapa? Karena masyarakat di sana menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang melekat dalam kehidupan mereka. Pemering­katan dan kompetisi tidak lazim dalam sistem sosial mereka. Baru pada satu dekade terakhir ini Finlandia melakukan exporting education untuk memasarkan pendidikannya.

Keberhasilan pendidikan Finlandia ditopang oleh penghormatan kepada guru sebagai profesi bergengsi. Pendapatan guru setara dengan dokter sehingga pilihan profesi guru melampaui pilihan profesi-profesi lain. Tidak mengherankan jika seleksi mengikuti pendidikannya pun sangat ketat. Titik awal keberhasilan pendidikan di Finlandia ialah reformasi pendidikan yang visioner, kurikulum nasional pendidikan dasar yang hanya berupa kerangka kerja yang secara fleksibel dikembangkan guru sebagai kurikulum berbasis sekolah, juga pembelajaran yang menjadikan peserta didik dan sekolah sebagai komunitas belajar.  Pendidikan di sana juga sangat memperhatikan proses, materi, dan riset pembelajaran. Peman­faatan teknologi digital, terutama internet, sangat masif dan intensif.

Sistem pendidikan  Struktur sistem pendidikan di Finlandia tidak jauh berbeda dengan di negara-negara lain. Di sana terdapat program pendidikan permulaan bagi bayi dan balita (semacam daycare), disusul pendidikan prasekolah sampai usia 6 tahun. Dalam 9 tahun berikutnya, setiap anak mengikuti pendidi­kan dasar (SD dan SMP) dalam sistem sekolah komprehensif, dan 3 tahun berikutnya ialah sekolah menengah atas. Saat ini, pendidikan tinggi dan pendidikan orang dewasa termasuk kategori wajib.

Dalam proses pendidikan tidak ada pemaksaan belajar, seperti memaksa anak belajar membaca-menulis-berhitung pada usia dini, atau menghukum anak bila tidak belajar. Untuk mengikuti pendidikan dasar 9 tahun tidak ada seleksi masuk yang dikaitkan dengan kemampuan akademik (tracking), atau pengelompokan peserta didik berdasarkan prestasi (streaming). Sebaliknya, setiap kelas dike­lola berdasarkan prinsip inklusi dengan memfasilitasi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, peserta didik dapat memilih jalur akademis atau lukio (semacam SMA) atau jalur kejuruan atau ammattioppilaitos (semacam SMK) selama 3 tahun. Setelah menye­lesaikan pendidikan mene­ngah, mereka dapat memasuki pendidikan tinggi yang berbentuk universitas atau politeknik atau ammattikorkeakoulu (perguruan tinggi sains terapan).

Baca Juga: Manajemen Talenta Riset dan Inovasi

Pembiayaan pendidikan Pada dasarnya sekolah didirikan dan dibiayai oleh negara atau pemerintah setempat, tetapi ada juga lembaga pendidikan swasta. Sekolah swasta yang mendapat izin dari pemerintah dibiayai oleh pemerintah dengan besaran biaya yang setara dengan sekolah-sekolah negeri. Dengan begitu, sekolah baik negeri maupun swasta tidak dibolehkan mengenakan pungutan apa pun. Untuk memasuki sekolah juga tidak ada proses seleksi. Prosedur penerimaan peserta didik baru pada semua sekolah pun, baik negeri maupun swasta, adalah sama. Jumlah peserta didik per kelas tidak lebih dari 20 orang, dan mereka harus belajar bahasa asing selain bahasa Finlandia atau Swedia. Bagi peserta didik pendidikan dasar 9 tahun, sekitar 4-11 jam per minggu didedikasikan untuk kelas seni, musik, memasak, pertukangan kayu, perbeng­kelan, dan tekstil. Atmosfer kelas dan sekolah adalah rileks dan informal.

Gedung sekolah dan ruang-ruang di dalamnya bersih sehingga peserta didik bisa hanya mengenakan kaus kaki tanpa sepatu. Kegiatan di luar ruangan sangat ditekankan, meskipun cuaca ekstrem seperti dingin atau hujan. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti seni musik dan lainnya yang bersifat hobi, difasilitasi sekolah. Membaca adalah kegiatan yang dirangsang dan umum dilakukan sejak masa kanak-kanak (bukan dipaksa). Perlu dicatat, Finlandia adalah negara dengan penerbitan buku anak-anak terbesar di dunia. Demikian pula program-program televisi berbahasa asing tidak boleh di-dubbing, tapi dilengkapi dengan teks. Ujian nasional untuk mengukur kecakapan perorangan setiap peserta didik tidak ada. Penilaian pendidikan hanya bertujuan untuk kepentingan pengembangan proses belajar dan ini merupakan kewenangan sekolah yang dimandatkan kepada tiap-tiap guru. Skala penilaian menggunakan rentangan 4-10. Pada tahun-tahun pertama pendidikan dasar, banyak sekolah tidak menerapkan penilaian formal.

Sekolah memberikan laporan kepada orangtua (rapor) sebanyak 2 kali dalam setahun, yakni pada akhir musim gugur dan akhir musim semi. Dalam menangani peserta didik yang mengalami kesu­litan belajar, sekolah menerapkan penanganan bertahap. Pertama, peserta didik diberi kesempatan mengulang berkali-kali. Jika belum berhasil mencapai target ketuntasan, sekolah memfasilitasinya dengan pendampingan khusus. Sangat jarang guru atau manajemen sekolah memanggil dan mewawancarai peserta didik dan/atau orangtua karena persoalan pencapaian akademik yang buruk. Selain itu, setiap sekolah memiliki klinik kesehatan, setiap peserta didik disediakan makan siang gratis dan bergizi, serta disediakan pula buku-buku dan bahan pembela­jaran. Sekolah juga melaksanakan karyawisata secara periodik dan gratis. Bila dalam melakukan suatu kegiatan peserta didik maupun guru kesulitan untuk pulang-pergi, sekolah menye­diakan penginapan secara gratis. (Mohammad Ali Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)