AMBON, Siwalimanews – Pemerintah Provinsi Maluku diminta segera menuntaskan honor perawat Covid-19 RSUD Haulussy, dimana sudah dua bulan belum dibayarkan.

“Kami minta pemprov segera selesaikan honor perawat Covid-19 di RSUD Haulussy yang belum dibayar,” tandas anggota DPRD Maluku, Eddyson Sarimanella kepada Siwalima di gedung DPRD Maluku, Jumat (19/6).

Dikatakan, salah satu hal yang wajib diperhatikan oleh pemerintah terhadap para perawat yang bekerja melayani pasien Covid-19 yakni kesejahteraan para medis, sebab keberadaan tenaga medis menjadi tulang punggung ditengah pandemi Covid-19 di Maluku.

“Tunggakan honor-honor perawat perlu diselesaikan secepatnya oleh pemerintah provinsi, karena mungkin saja dengan honor yang dijanjikan dapat diberikan kepeda keluarga yang selama berbulan-bulan ditinggalkan demi menyelamatkan nyawa warga Maluku. Selain itu, dengan memperhatikan kesejahteraan perawat dapat menjadi angin segar dan motivasi bagi mereka yang sementara berhadapan dengan bahaya maut untuk tetap bersemangat serta membangun ketahanan tubuh sehingga mereka bekerja dengan separuh hati,” kata Sarimanella.

Hal senada juga dikemukakan anggota DPRD Maluku lainnya, Jantje Wenno yang menurutnya prihatin dengan manajemen RSUD Haulussy. Ditengah upaya semua elemen anak bangsa bahu-membahu memutus mata rantai Covid-19, peme¬rintah daerah belum meme¬nuhi hak para tenaga kesehatan yang berjuang digaris terdepan penanganan Covid-19.

Baca Juga: Warga Kamariang Blokir Jalan

Olehnya itu Wenno sangat mengharapkan pemerintah daerah untuk menjamin semua hak perawat dengan membayar honor mereka, sehingga moral mereka terangkat untuk berjuang memutus mata rantai Covid-19.
Seperti diberitakan, honor puluhan perawat di RSUD dr M Haulussy Ambon yang menangani pasien Covid-19 selama bulan April dan Mei belum dibayar.

Setiap perawat dibayar Rp 250 per hari. Kerja dilakukan dengan sistim shift. Dalam sebulan, satu orang masuk kerja sekitar 15 hari. Sehingga jumlah honor yang diterima setiap perawat sebesar Rp 3.750.000. Kalau dua bulan, berarti Rp 7.500.000.

“Jadi kami sejak bulan April belum dibayarkan honor,” kata salah satu perawat kepada wartawan, di Ambon, Kamis (18/6).

Dia mengungkapkan, sebanyak 29 perawat yang belum menerima honor dua bulan. “Jumlah honor yang dibayarkan itu sama dan dihitung sesuai shift. Kalau hari ini masuk berarti besok off, begitu seterusnya,” jelasnya.

Menurutnya, dalam sebulan se­tiap perawat masuk kerja sekitar 15 hari. Dokter juga kerja pakai shift. “Jadi kalau 1 bulan masuk kerja 15 kali, dikalikan dengan Rp 250 ribu maka sebulan kami diterima sekitar Rp.3.750.000 per orang,” ujarnya.

Dia bersama dengan teman-temannya tidak tahu kapan hak meraka dibayar, padahal mereka sekali kerja 24 jam.
“Sekali shift itu 24 jam, tetapi honor sejak April tidak dibayar, padahal kita harus meninggalkan keluarga sehari penuh, kami berharap ini menjadi per¬hatian pihak rumah sakit,” tandasnya.

Sementara Plt Direktur RSUD dr M Haulussy Ritha Tahitu yang dikonfirmasi wartawan di Kantor Gubernur Maluku, membenarkan, kalau pihaknya belum mencairkan uang honor bagi tenaga medis, karena sementara proses klaim ke Kementerian Kesehatan.

“Kita belum bayar karena lagi proses klaim. Kita proses kita kirim ke Dinas Kesehatan, baru diteruskan ke Kementerian Kesehatan, baru uangnya bisa dicairkan, jadi lama,” ujar Tahitu.

Usai menjelaskan, Tahitu buru-buru masuk ke mobil dinasnya dan meninggalkan halaman parkir kantor gubernur.
(Mg-4)