PEMERINTAH Seram Bagian Timur (SBT) mendorong rencana pengembangan kawasan mangrove di Desa Banggoi sebagai lokasi budidaya Kepiting Bakau, Penghijauan Mangrove dan rencana pengembangan spot wisata.

Hal ini dikatakan oleh Kadis Perikanan SBT Ramli Sibualamo, pada saat menggelar pertemuan bersama Tenaga Ahli Investor PT Samudra Biru Khatulistiwa, Camat Bula Barat Ridwan Rumonin, Pemerintah Negeri Banggoi bersama Saniri, Lima marga yang memiliki kawasan tersebut, serta Pemangku Adat Tupilus Henlauw, sekretaris Negeri Buce Atlewam, dan Juga Imam Negeri Banggoi Ilham Ehleklam beberapa hari lalu

Dikatakan, pemerintah kabupaten mendorong adanya pengembangan mangrove, Budidaya Kepiting Bakau, dan rencana pembangunan Spot Wisata.

Dorongan ini, kata Sibualamo, karena tentu adanya pelestarian mangrove, serta meningkatkan pendapatan asli desa pada budidaya kepiting bakau maupun spot wisata.

Ia menyadari, dalam upaya untuk adanya penghijauan mangrove, budidaya kepiting bakau, dan rencana pembangunan spot wisata di Negeri Banggoi ini harus adanya tiga komponenm yakni keterlibatan pemerintah, warga dan pemerintah negeri, serta investor.

Baca Juga: Markas Kodim SBT akan Dibangun

“Tiga komponen ini yang paling mendukung yakni keterlibatan Pemerintah, Warga dan Pemerintah Negeri, serta Investor. Karena pemda tidak bisa berdiri sendiri karena memiliki anggaran yang besar,” ujarnya.

Sebagai pemerintah sekaligus merupakan bagian dari warga Banggoi, Sibualamo berharap agar masyarakat bisa menyetujui adanya rencana pengembangan kawasan mangrove Desa Banggoi sebagai lokasi budidaya kepiting bakau, penghijauan mangrove dan rencana pengembangan spot wisata

“Saya harap agar masyarakat bisa menyetujui adanya rencana Pengembangan kawasan Manggrove desa banggoi sebagai lokasi budidaya kepiting Bakau, Penghijauan Mangrove dan rencana pengembangan spot Wisata. Karena ini merupakan kesempatan baik yang harus di jemput oleh warga masyarakat,” ungkapnya.

Usai Kadis Perikanan SBT Ramli Sibualamo memberikan sambutan singkat pada pertemuan tersebut. Pihak perusahan yang merupakan tenaga Ahli PT Samudra Biru Khatulistiwa Amrullah Usemahu menyampaikan tujuan dan program yang akan di laksanakan di Negeri Banggoi.

Dikatakan, pihak PT Samudra Biru Khatulistiwa tidak memaksa, tidak membeli lahan warga untuk budidaya kepiting bakau, maupun pemanfaatan hutan mangrove.

“Kami sebagai pihak perusahan tidak membeli hutan, tidak menggusur Kuburan maupun keramat, bahkan dalam pengembangan kepiting bakau ini memperoleh persetujuan masyarakat yang memiliki kawasan tersebut serta pihak pemerintah negeri banggoi,” ungkapnya.

Dijelaskan, pemanfaatan hutan mangrove merupakan hak masyarakat yang dijamin dalam Undang-Undang, yang memerlukan pemberdayaan masyarakat. Pemanfaatan ekosistem mangrove telah lama dilakukan oleh masyarakat, Mangrove berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dan perubahan lingkungan utama dan sebagai sumber makanan bagi biota laut dan biota baru, ekosistem ini juga berfungsi dalam mengolah limbah melalui penyerapan kelebihan nitrat dan phospat sehingga dapat mencegah pencemaran dan kontaminasi di perairan sekitarnya.

“Hutan mangrove penting kebe­-radaannya karena memberikan fungsi ekologis dan ekonomi bagi kehidupan masyarakat pesisir. Pemberdayaan masya­rakat dalam pelestarian ekosis­tem hutan mangrove merupakan upaya penanggulangan dan pen­-cegahan terjadinya kerusa­kan ekosistem mangrove,” katanya.

Dikatakan, pelestarian ekosis­tem hutan mangrove berbasis pemberdayaan masyarakat akan dilakukan melalui program stra­tegis untuk meningkatkan penda­patan dan kesejahteraan masya­ra­kat, peningkatan PAD desa dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang diberdayakan dalam kelompok nelayan Kepiting Bakau Desa Banggoi pengem­bangan budidaya kepiting bakau dan ekowisata pada kawasan pesisir dan laut di Desa Banggoi.

“Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan potensi wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan. Saat ini, potensi wilayah pesisir dan laut yang sangat besar masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal,” cetusnya. (S-47)