AMBON, Siwalimanews – Direncanakan pada bulan Oktober nanti, empat film tentang Budaya Maluku yang saat ini sementara digarap akan ditayangkan. Empat film tersebut masing-masing berjudul, Tampa Garam, Lemon Nipis dan Kewang Kecil merupakan program Kementrian Pendidikan melalui Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Maluku, yang sistem penggarapannya, melibatkan PH dari Jakarta.

Komisaris PT Tara Sinergy Multimedia Yopi Izaac yang akan menggarap film itu menjelaskan, syuting film ini akan dilakukan pada beberapa lokasi di Pulau Ambon dan Maluku Tengah. Lokasi-lokasi ini, semuanya ditentukan oleh Kementrian Pendidikan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh konsultan mereka.

“Kenapa tentang budaya, karena dilihat bahwa kebiasaan di Maluku, saat ini hampir punah seiring dengan perkembangan zaman. Untuk itu kementerian melalui BPNB Maluku, mengangkat hal tersebut, agar orang di luar tahu budaya orang Maluku, dan orang Maluku sendiri tidak lupa akan kebiasaan sendiri,” jelas Yopi dalam keterangan Pers, di Ambon, pekan kemarin.

Pada film itu juga, seluruhnya akan menggunakan dialeg Ambon, dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Sementara terkait pemerannya, pihaknya akan melibatkan beberapa artis ibu kota dan juga lokal dari  Maluku yang sudah pernah terlibat dalam film-film lain.

“Jadi dalam penggarapannya, kita kerja sesuai juknis dari kementrian. Jadi karena ini film seri, ada sekitar 12 menit, yang akan digarap kurang lebih selama 10 hari kedepan, saat ini sudah sekitar seminggu kita jalan,” jelasnya.

Baca Juga: Pelatih Silat Sesali Keputusan IPSI Maluku

Sementara itu Direktur Moluccas Entertainment Icha Anggraeni yang dilibatkan dalam penggarapan empat film tersebut, menyampaikan terima kasihnya, karena telah dilibatkan dalam pembuatan film tersebut.

Ditanya soal anggaran yang terkuras dalam penggarapan film tersebut, Icha mengaku, soal anggaran tak perlu dilihat, sebab yang harus dilihat adalah, bagaimana budaya Maluku, dapat dilestarikan dalam sebuah cerita film.

“Karena kita melihat banyak budaya-budaya yang hilang di era modern ini, sehingga harapan kami, kedepan tidak hanya menggarap film ini saja,” tuturnya.

Pada kesempatan itu dua artis lokal yang terlibat dalam film ini yakni Muhammad Haickal Reniurwarin dan Aufa Dien Assagaf menjelaskan, cerita yang diangkat bernilai baik bagi Maluku, apalagi dengan cerita lokal tentang budaya, ini yang membuat keduanya tertarik untuk turut terlibat.(S-25)