MASOHI, Siwalimanews – Memalukan! Dipicu rasa tersing­gung, beberapa wakil rakyat nyaris baku pukul di ruang sidang utama DPRD Maluku Tengah.

Aksi memalukan itu terjadi pada paripurna DPRD Ka­bupa­ten Maluku Tengah, dengan agenda penyam­pai­an kata akhir fraksi atas Laporan Pertanggung­ja­wa­b­an Anggaran dan Nota Keuangan APBD 2020, Ka­mis (12/8) siang.

Kericuhan terjadi sekitar pukul 14.58 WIT, gegara Sukri Wailissa, Anggota Fraksi PKB mengamuk lan­taran sedang berbicara, na­mun Demianus Hattu yang memimpin jalannya pari­purna, tiba-tiba menge­tok palu dan menskors sidang.

Sontak Wailissa yang tidak terima perlakuan Hattu, langsung berdiri dari tempat duduknya dan mem­protes keras aksi Hattu yang dinilai arogan.

Tidak itu saja, Wailissa bahkan ber­lari ke arah Hattu dan mencekik dan berusaha menghantam Ang­gota Fraksi PDIP itu dengan bogem men­tah.

Baca Juga: Koramil 1506-02/Leksula dan Pemkab Bursel Kerja Bakti Massal

“Saya punya hak bicara. Pimpinan tidak tahu etika, tidak menghargai kami. Ini hak saya, kalian pimpinan sidang biadab samua,” tegas Wai­lissa, sambil mengarahkan tangan mencekik Hattu.

Suasana persidangan sontak tegang!

Selain Wailissa, anggota DPRD lain seperti Hasan Alkatiri dari Fraksi Golkar, Kudus Tehuayo dari Fraksi Gabuangan PKS, PAN, PPP juga ikut berontak dan sempat menunjukan aksi tak pantas terhadap Wakil Ketua DPRD Malteng itu.

“Ini orang punya hak bicara. Pimpinan harusnya mendengar saja, jangan seenaknya,” teriak mereka di tengah kericuhan.

Keributan berawal saat Sukri Wailissa sedang menyampaikan pendapatnya yang bernada protes kepada pimpinan DPRD dan Pe­merintah Kabupaten Malteng yang adalah mitra dewan.

Menurutnya, paripurna yang di­laksanakan melanggar tata tertib, karena tidak mau mendengar aspi­rasi anggota. Dia bahkan menye­but­kan, banyak aspirasi yang disam­paikan anggota, tidak terakomodir.

‘“Saya ingin tegaskan, paripurna ini ilegal, pimpinan DPRD telah melanggar tata tertib. Aspirasi anggota hanya jadi angin lalu saja. Banyak aspirasi yang disampaikan anggota tidak satupun terakomodir. Patut diduga marwah lembaga ini telah dijual pimpinan DPRD,” tandasnya sebelum kemudian tiba-tiba dihentikan pimpinan sidang.

Entah apa alasannya, Hattu tiba-tiba mengetok palu dan menskorsing sidang dan memotong pembicaraan Wailissa.

Amukan Wailissa memprovokasi anggota yang lain, yang kemudian rame-rame menyerang Hattu.

Beruntung keributan itu mampu dilerai anggota DPRD lain yang hadir dalam rapat paripurna itu. Sehingga paripurna itu kembali berlanjut Pukul 15.15 WIT hingga tuntas.

Demianus Hattu yang dikonfirmasi wartawan tidak menjelaskan apa yang menyebabkan dia mengambil skorsing sidang kala anggota sedang menyampaikan pendapat.

Hattu dengan nada singkat menyebut apa yang dialaminya itu sebagai dinamika biasa.

“Sudahlah tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Ini hanya dinamika, apalagi kita kan sudah selesai dengan damai,” cetusnya sambil berlalu.

Jaga Martabat

Staf pengajar Fisip Unpatti Said Lestaluhu menilai, kericuhan yang terjadi dalam rapat Paripurna DPRD Maluku Tengah, menunjukkan adanya ketidak beresan dalam dinamika komunikasi pimpinan DPRD.

Karenanya, Lestaluhu meminta DPRD harus tetap menjaga bartabat lembaga rakyat. Sebab bagaimanapun DPRD adalah lembaga rakyat yang mestinya mampu menjaga etika di hadapan publik.

“Saya kira pimpinan DPRD juga mestinya mampu menjaga etika komunikasi. Pimpinan DPRD harusnya bisa melihat pola komunikasi politik dengan baik. Jangan sampai kemudian ada arogansi pimpinan yang melanggar tata tertib DPRD,” tandas kepada Siwalima melalui sambungan telpon, Kamis (12/8).

Dia menilai setiap anggota DPRD memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dalam setiap agenda sidang sidang dewan, namun juga harus mampu menjaga etika dan integritas diri yang merupakan representatif dari masyarakat Maluku tengah.

“Intinya itu, bahwa pimpinan DPRD harus mampu menjaga etika komunikasi politik dengan baik serta tidak arogan dalam setiap tindakannya. Disisi lain,setiap anggota DPRD juga mestinya mampu menjaga etika dan integritasnya sebagai wakil rakyat,agar kemudian keluar dari real dan mengakibatkan terjadinya kericuhan seperti siang tadi dalam rapat Paripurna DPRD di Kabupaten Maluku Tengah,” harapnya.(S-36)