AMBON, Siwalimanews – Pengguna minyak tanah (mitan) untuk kebutuhan harian binggung karena sejak dua pekan lalu menghilang ditingkat pengecer.

Sejumlah pengecer mitan juga binggung karena pasokan dari agen mengecer minyak juga lambat tidak seperti biasanya.

“Saya ini sudah cari dari Waihaong, Pasar Lama, Skip, Batu Meja Batu Gajah tidak ada minyak tanah,” ujar Denny warga Gunung Nona kepada Siwalima, Selasa (2/8).

Kalau pun ada minyak di tingkat pengecer, menurutnya ketika dibongkar, langsung diserbu warga dan saat itu pun habis.

“Ini tidak seperti biasanya, mitan didapat dengan mudah tapi sekarang, kita cari keliling syukur kalau dapat bisa memasak, kalau seng, terpaksa beli makanan jadi,” kesalnya.

Baca Juga: Jatuh dari Kapal, Tim SAR Cari ABK KM Makin Sukses

Hal senada juga data dari Pedro warga Kudamati yang mengaku kalau bersama dengan tetangga membawa masing-masing dua gen tapi tidak mendapatkan minyak tanah.

“Kita sudah bajalan cari kiri kanan, sama saja, tidak dapat, kami menduga jatah kepada pengecer di kurangi dari pihak agen sehingga terjadi kelangkaan,” katanya.

Untuk itu dirinya berharap pemerintah maupun DPRD segera memanggil agen pengecer untuk mempertanyakan kenapa terjadi kelangkaan.

“Kami berharap kondisi ini segera diatasi pemerintah, agen pengecer harus dipertanyakan karena mereka yang menyalurkan mitan ke pengecer paling bawah dan pengawasan itu langsung dari Disperindag, tapi buktinya, mitan langkah tidak ada tindak lanjut dari pemerintah,” ungkapnya.

Selain itu dirinya berharap Dinas Perindag lebih intens melakukan pengawasan di lapangan. Mitan diduga lebih banyak dijual kepada pengusaha rumah makan ketimbang ke masyarakat.

“Pengusaha harusnya membeli mitan dengan harga non subsidi bukan subsidi, karena tidak ada pengawasan, mereka sekali membeli mita dalam jumlah banyak, sisanya baru dijual ke warga, ini harus menjadi perhatian,” pintahnya.

Dirinya juga berharap dalam waktu beberapa hari kedepan masalah ini sudah harus bisa teratasi agar masyarakat dengan mudah mendapatkan minyak tanah. “Kalau sudah langka siapa yang harus disalahkan, kami berharap pemerintah segera mencarikan solusi,” tandasnya. (S-09)