AMBON, Siwalimanews – Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi dari enam provinsi yang ada di Indonesia masuk sebagai daerah endemis kusta.

“Daerah kusta dapat dilihat dari status eliminasi, di Indonesia per Desember tahun 2021 ada enam daerah yang belum masuk elimi­nasi kusta yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan sulawesi Utara bahkan di kabu­paten/kota nya masih 90 persen masih endemis kusta,” ungkap Direktur Eksekutif NLR Indonesia, Asken Sinaga, kepada wartawan, di sela-sela acara Webinar Campus to Campus ini, yang berla­ngsung di Aula Fakultas Kedok­teran Unpatti, Selasa (30/8).

Dijelaskan, di Provinsi Maluku saja ada 11 kabupaten/kota, ada 10 kabupaten/kota yang masih en­demis dan hanya satu kabupaten yakni Kabupaten Maluku Tengah yang sudah eliminasi.

“Kita mendorong agar bupati/walikota memperhatikan daerah-daerah yang endemis dan butuh sen­tuhan dan komitmen peme­rintah memberantas kusta karena tanpa komitmen dari pemerintah maka tenaga kesehatan yang bera­da di garis depan tidak bisa ber­buat lebih khususnya menghilangkan stigma di tengah masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Pengelola Program Kusta pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Yohanis Pakaila mengaku jika berdasarkan data yang dimiliki­nya, penyebaran penyakit kusta per Desember 2021 tertinggi berada di Kabupaten Buru menyusul Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dan Maluku Tenggara.

Baca Juga: Walikota: Anjing Dilarang Berkeliaran

“Kami terus berupaya untuk bisa melakukan langkah-langkah untuk penanganan penyakit kusta ini agar Maluku bisa berada pada daerah eliminasi dan bukan endemis,” pintanya.

Gelar Webinar

NLR Indonesia bersama KBR dan Universitas Pattimura di Kota Ambon menunjukkan komitmen atas penanggulangan kusta melalui Webinar Kampus hybrid yang berte­ma “Peran Kampus dan Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Upaya Indonesia Bebas Kusta: Yang Muda Yang Berkarya.”

Acara akan menghadirkan beberapa penbicara yang memiliki pengalaman dalam hal penyakit kusta yaitu Angga Yanuar – Project Manager Inclusion and Disability NLR Indonesia, dr. Amanda G. Manuputty, Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura dan dr. Rosdiana Perau,  Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Provinsi Maluku.

“Diharapkan mahasiswa seba­-gai agent of change, cendikiawan dan lokomotif penggerak peru­bahan kearah yang lebih baik dapat me­ningkatkan motivasi dalam mem­berikan sumbangsih pada pena­nga­nan kusta di Indonesia melalui pengetahuan, penelitian, pengab­dian dan pengembangan pada isu kusta yang komprehensif dan inovatif di era digital,” ujar Direktur Eksekutif NLR Indonesia Asken Sinaga, dalam sambutannya.

Dalam acara ini akan dibahas hal seputar mitos-fakta tentang kusta, dan peran kampus dan inisiatif kampus dalam penanganan kusta, serta pengalaman konkrit pena­nganan kusta yang dilakukan individu maupun organisasi.

Webinar ini akan diikuti oleh lebih dari 50 mahasiswa. Diharap­kan mereka dapat berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan stigma.  Mahasiswa juga makin termotivasi untuk berpartisi­pasi aktif sebagai agen perubahan dalam penanganan kusta melalui cara-cara yang kreatif dan berke­sinambungan di era digital ini. Dan juga makin banyak mahasiswa ilmu kesehatan yang berminat bekerja untuk penyakit tropis terabaikan terutama kusta.

Kegiatan webinar campus to campus ini merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indo­-nesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk mengedukasi publik secara kontinyu tentang kusta dan konsekwensinya. Proyek ini menggandeng media, komunitas blogger, universitas, sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi penyandang disabilitas.

Dekan Fakultas Kedokteran Unpatti, dokter Bertha meng­apresiasi pelaksanaan kegiatan webinar ini dengan harapan akan ada kerja sama lanjutan yang dilakukan dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yakni Pendidikan, Penelitian dam Pengabdian kepada masyarakat.  (S-08)