AMBON, Siwalimanews – Mahasiswa Seram Bagian Timur yang tergabung dalam Ikatan Anak Eseriun (IKAESU) menggelar aksi demonstrasi di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Maluku, Rabu (11/3).

Dalam aksi itu puluhan mahasiswa ini membawa pamflet, poster dan spanduk yang tertulis Perbaikan bangunan sekolah, Penyediaan fasilitas dan Copot kepala sekolah.

Aksi demonstrasi ini dilakukan karena para mahasiswa ini mengaku prihatin terhadap kondisi Gedung SMAN 9 SBT di Desa Rumfakar, Kecamatan Kiandarat  yang kondisinya sudah sangat tak layak dipakai sebagai tempat untuk proses belajar mengajar.

Zulkarnain Kella dalam orasinya mengatakan, Dinas Pendidikan Provinsi Maluku harus memperhatikan dengan serius semua SMA yang ada di SBT, terutama SMAN 9. Pasalnya gedung sekolah ini kondisinya sangat memprihatinkan, sebab disaat musim hujan semua siswanya harus belajar dengan tidak nyaman, dikarenakan atap pada gedung sekolah itu sebagian besar telah bocor, karena termakan usia.

Ditegaskan, Maluku mendapat predikat tingkat pendidikan nomor paling terakhir dikarenakan perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan di daerah ini sangat minim.

Baca Juga: KPUD: Pilkada 2020 TPS di Bursel Berkurang

“Waktu Hirosima dan Nagasaki di Bom oleh sekutu pemimpin Jepang tidak tanya berapa jumlah korban dari masyarakat yang berjatuhan tetapi dia tanya berapa jumlah guru yang selamat dari ancaman Bom itu,” teriak Kella dalam orasinya.

Kenapa demikian, kata Kella, ini dikerenakan pendidikan adalah hal yang paling utama untuk memajukan sebuah bangsa. Hla ini juga sama dengan pernyataan mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandella  yang menyatakan bahwa, senjata yang paling ampuh adalah pendidikan.

Orator lainnya Zulkifri Kelrey menambahkan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 menyatakan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan oleh negara, sehingga pendidikan di Maluku perlu dipertahankan.

Untuk itu, Dinas Pendidikan Maluku harus bertanggung jawab melihat masalah yang terjadi di SMAN 9 SBT. Pada sekolah ini, selain kondisi bangunannya yang sudah tak layak, juga terjadi kekurangan tenaga guru serta tak miliki ruang laboratorium. Bahkan akibat kekurangan guru seorang guru mata pelajaran Pnejas harus mengajar mata pelajaran matematika.

“Inikan tidak sesuai aturan, bagaimana sumberdaya siswa itu ada, sedangkan terjadi hal seperti ini, seorang guru olahraga mengajar matematika,” cetusnya.

Selain itu ia juga prihatin dengan gaji guru honorer yang hanya dibayar Rp 75 ribu/ bulan ini sangat disayangkan, padahal para guru honorer inilah yang menjadi garda terdepan di SBT untuk menutupi kekurangan tenaga guru disana.

Usai berorasi, para perwakilan pendemo ditemui Sekretaris Dinas Pendidikan Hussein dan Kabid SMA Sirhan Pellu di ruang rapat dinas tersebut.

Dalam pertemuan itu, Hussein menjelaskan, tanggung jawab untuk melihat masalah pendidikan di Maluku, bukan saja pemerintah dalam hal ini Dikbud, namun semua elemen dan lapisan Masyarakat termasuk mahasiswa sendiri.

“Saya sangat senang dengar langsung aspirasi adik-adik mahasiswa, karena kita tidak turun ke lapangan sudah ada penjelasannya,” ujar Hussein

Pada kesmepatan itu, Hussein minta agar para mahasiswa SBT setelah lulus dari perguruan tinggi harus kembali untuk mengajar di sekolah-sekolah disana terutama bagi mahasiswa yang memiliki skil untuk mengajar.

Kabid SMA Sirhan Pellu menambahkan, pihak Dikbud sudah turun langsung ke SBT untuk meninjau SMA tersebut.

“Dua minggu kemarin saya sudah turun tinjau sekolah itu sekaligus mendata kerusakannya, bahkan kepseknya sudah dipanggil dan diberikan bantuan lima unit Labtop untuk mempersiapkan siswanya mengikuti UNBK,” jelasnya.

Untuk itu, kata dia, pernyataan yang disampaikan dalkam aksi tadi sangatlah keliru bila dikatakan dinas tidak pernah meninjau sekolah tersebut. Sekolah ini memang harus dibangun ulang, karena memiliki kerusakan yang cukup parah serta tak miliki kelengkapan yang memadai seperti ruang lab dan fasilitas penunjang lainnya.

Namun itu semua, membutuhkan waktu yang lama, karena dinas harus memanggil konsultan untuk merancang gambar bangunan sekolah itu, sehingga dapat diketahui semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk membangun baru sekolah itu.

“Yang pasti pembangunan gedung baru bagi sekolah itu akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.

Sementara itu, kordinator aksi Zulkarnain Kella menegaskan, apa yang dikemukakan tadi janganlah sebatas janji manis saja, namun tidak melaksanakannya.

Jika dinas tidak menepati janjinya untuk membangun sekolah tersbeut, maka ikatan mahasiswa ini akan melakukan aksi yang sama dengan jumlah massa yang lebih banyak.

Usai mendengar penjalasan tersebut, Kella kemudian menyarahkan tiga butir pernyataan sikap mereka kepada Kabid SMA Sirhan Pellu. Ketiga butir pernyataan sikap itu yakni, pertama mendesak Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku untuk segera mencopot Kepala SMA Negeri 9. Kedua, mendesak dinas segera mangaudit Dana BOS SMAN 9. Ketiga, mendesak dinas untuk menambah guru pada SMAN 9.(Mg-3)