AMBON, Siwalimanews – Limbah medis covid-19 atau infeksius yang dihasil­kan selama pendemi ini su­dah lebih dari 76 ton, berasal dari seluruh rumah sakit yang ada di Maluku.

Bahan berbahaya dan beracun atau B3 Covid-19 yang dikumpul­kan dari rumah sakit, balai pela­tihan, hotel dan pusat-pusat karan­tina sebanyak 87 ton. Kota Ambon tercatat sebagai penyumbang sampah covid terbanyak yaitu 76 ton.

Seluruh limbah medis Covid-19 ini dikumpulkan oleh PT Artama Sentosa Indonesia yang memiliki lisensi mengelola limbah  medis rumah sakit untuk dibawah ke PT Jasa Medivest sebagai pusat daur ulang di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat untuk dimusnahkan.

Pengiriman pertama dilakukan pada Mei sampai dengan 14 Agus­tus 2020 tercatat sebanyak  29.862, 36 kg atau 29,8 ton, sedangkan pe­ngiriman kedua pada akhir Desem­ber 2020 sebanyak 57,6 ton.

“Jadi kalau kita total selama delapan bulan, limbah B3 covid di Maluku mencapai 87 ton. Kota Ambon sebanyak 76 ton dan 10 ton dari kabupaten kota lain di Maluku untuk dimusnahkan,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku, Roy Siauta kepada Siwalima, Sabtu (16/1).

Baca Juga: Satgas: Belum Ada Keluhan Pasien Pasca Divaksin

Siauta mengatakan, limbah yang dikumpulkan seperti alat pelindung diri (baju asmat, masker, sarung tangan), suntik, piring makan, obat-obatan bekas pakai dan banyak lagi yang berhubungan dengan covid.

“Semua kita kumpulkan di Kota Ambon kemudian kita paking. Pihak ketiga yakni PT Artama Sentosa Indonesia untuk dikirim dan dimus­nah­kan, sedangkan limbah dari kabu­paten kota lain hanya di laporkan ke kita dan mereka musnahkan dengan cara di bakar,” terang Siauta.

Limbah ini menurut Siauta sangat berbahaya kalau tidak cepat dita­ngani berpotensi menjadi sumber penyakit baru, karena itu, setelah dikumpulkan dari sejumlah fasilitas kesehatan, langsung dipaking rapi dan dimasukan ke dalam konteiner.

“Limbah covid asal Maluku di kirim ke perusahaan PT Jasa Ma­divest Plant untuk dibakar di Cikampek, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat,” kata Siauta.

Menurut Siauta, banyaknya lim­bah B3 covid dari Kota Ambon karena jumlah pasiennya jauh lebih banyak dibandingkan dengan kabu­paten kota lain di Maluku.

Siauta menyebutkan, untuk tahun 2021 yang parkir sudah satu kon­tainer.

“Sekitar 404 kg limbah B3 covid yang sudah terkumpul diawal bulan Januari itu, nanti kalau sudah penuh baru sekali di kirim ke Pulau Jawa un­tuk dimusnahkan,” tandas Siau­ta.

Siauta mengakui, limbah-limbah ini tidak dimusnahkan di Ambon karena di Kota Ambon belum me­miliki fasilitas khusus pembakaran sampah medis rumah sakit.

“Kita memang belum memiliki peralatan itu, namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memang sudah memberikan kita alat bakar sampah medis,  namun butuh lahan yang cukup luas untuk menempatkan alat tersebut,” tandasnya.

Kirim 29 Ton

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Maluku memastikan, limbah Covid-19 sejak pandemi ber­langsung dari bulan Mei sampai de­ngan 14 Agustus tercatat sebanyak  29.862, 36 kg atau 29,8 ton.

Limbah medis Covid-19 ini dikum­pulkan oleh pihak ketiga PT Artama Sentosa Indonesia yang memiliki lisensi mengelola limbah medis rumah sakit untuk dibawa ke PT Jasa Medivest, sebagai pusat daur ulang di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat untuk dimus­nahkan.

“Keseluruhan total sampah medis Covid-19 untuk Provinsi Maluku bersumber dari Kota Ambon, Kabu­paten Malteng, Kabupaten SBB, Kabupaten SBT, Kabupaten Malra dan Kota Tual sebanyak 29,8 ton sudah tertanggani,” terang Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Roy C Siauta kepada Siwalima di ruang kerjanya, Selasa (25/8).

Dirinya menjelaskan berbicara tentang penanganan limbah medis covid sudah mendata penanganan ini mulai dari bulan Maret sampai dengan 14 Agustus 2020.

Karena laporan yang disampaikan ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan gugus tugas itu diwajibkan setiap 14 hari sekali atau sebulan 2 kali.

“Jadi 22.073,85 kg atau 22 ton milik Kota Ambon dari total keseluruhan limbah namun sudah terangkut ke Pulau Jawa untuk di bakar, se­dangkan sisa limbah saat ini dalam proses pengumpulan saat ini sebe­lum dikirim lagi,” jelas Siauta.

Sedangkan 6. 819,6kg, itu berasal dari Kabupaten Malteng, Kabupa­ten SBB, Kabupaten SBT, Kabu­paten Malra dan Kota Tual.

“Mereka (Kabupaten Malteng, Kabupaten SBB, Kabupaten SBT, Kabupaten Malra dan Kota Tual) menangani sendiri limbah medis Covid-19 namun laporannya masuk ke DLH,” jelas Siauta.

Kenapa ditangani sendiri oleh kabupaten yang menangani pasien covid, menurut Siauta, kalau harus di kirim ke Ambon baru di terus ke Pulau Jawa akan memakan biaya yang cukup tinggi dan harus di kemas dengan standar kesehatan.

“Ini bukan limbah biasa, jadi demi menjaga keamanan dan mengurangi biaya pengiriman, ditangani di masing-masing kabupaten, kecuali dari Kota Ambon kita tangani ber­sama dengan pihak ketiga,” ung­kapnya.

Dirinya mengaku beberapa waktu lalu, pihaknya bersama dengan pihak ketiga yang mengumpulkan limbah covid mengalami kendala proses pengiriman ke pulau jawa ka­rena ada regulasi baru yang meng­haruskan manives barang atau lim­bah covid harus di laporkan secara elektronik.

Proses mengupload data ke sistem elektronik itu  yang sedikit menjadi kenala karena bukan hanya dari Maluku saya yang mengirimkan data ke kementerian tetapi dari selurh provinsi. “Kalau mendaftar manives elek­tronik tidak secara langsung keluar, harus menunggu karena antri, sehing­ga limbah medis yang ada di lokasi tempat isolasi menumpuk,” katanya.

Olehnya itu untuk mencari jalan keluar, DLH kemudian melakukan pertemuan dengan pihak ketiga yang mengumpulkan limbah, pihak Pelindo, pihak Meratus yang menye­diakan kontainer.

Dan solusi yang didapat adalah limbah covid yang ada di (tempat penampungan sementara atau TPS di lokasi isolasi dan tempat peme­riksaan swab di angkut ke pelabu­han dan di masukan ke dalam kon­tainer agar tidak terjadi penumpukan.

“Sekarang kita sudah lega, karena memang sampah medis semuanya sudah terangkut walaupun belum semua dibawa ke Surabaya untuk dimusnakan tapi sudah terpak rapi dan disimpan dalam konteiner,” jelasnya.

Ditambahkan selama pendemi ini masih berlangsung maka setiap waktu limbah covid juga tetap akan banyak. “Jadi tugas kita melakukan pemantauan lapangan di setiap tempat isolasi, lokasi pemeriksaan swab, kalau ada lang­-sung diangkut agar tidak terjadi penumpukan,” tandasnya. (S-39)