LEBIH dari dua dekade su­dah, kami hadir menemani pub­lik dalam be­ragam si­tuasi. Tentu saja kami mensyu­kurinya dengan memanjatkan puji dan hormat kepada Tu­han yang Maha Besar, untuk anugerah dan berkatNya yang tak terkira hingga kami ber­usia 23 tahun tepat di hari ini.

Dengan terus berdiri kokoh di tengah persaingan yang be­gitu kompetitif dalam in­dustri persuratkabaran seca­ra khusus dan media massa secara umum, kami anggap sebagai suatu berkat yang luar biasa.

Sebagai manusia biasa, tentu saja kami bangga atas hasil kerja keras dalam pro­ses mengolah, memper­ta­hankan dan meningkatkan kinerja, di tengah dinamika yang terkadang keras, penuh tekanan, cibiran, teror dan bahan ancaman.

Sejalan dengan itu, banyak ketakutan sudah, tengah dan akan terus mengancam du­nia. Badai Covid-19 yang cukup memporak-porandakan ber­bagai sendi kehidupan, berhasil kita lalui bersama. Namun kini, ancaman resesi sudah ada di depan mata dan tentu saja kita harus bersiap menghadapinya de­ngan mengoptimalkan sejumlah strategi, agar tidak terseret ke dalamnya.

Lazimnya, kondisi ekonomi yang rentan membuat pelaku usaha, termasuk Siwalima, mau tak mau harus melakukan efisiensi dan membuat beragam inovasi demi keberlangsungan usahanya.

Baca Juga: Sakit, Assagaff tak Penuhi Panggilan Polisi

Namun atas dasar komitmen dan rasa tanggung jawab serta ke­setiaan pada profesi, kami akan berupaya sekuat tenaga untuk ada dan akan terus menjalankan fung­si, yaitu pengawasan, informasi, interpretasi, transmisi nilai, pen­didikan dan hiburan.

Sebagai media massa yang berperan menyampaikan berita, pendidikan masyarakat, pengubah perilaku, pembentuk opini dan forum diskusi sosial, Siwalima di­tuntut untuk terus bebenah dan bisa menyesuaikan gerak dengan perubahan pola konsumsi publik akan informasi.

Sedari awal hadir, Siwalima memang lebih fokus menyajikan berita berimbang manyangkut konflik sosial yang terjadi di Ambon kala itu. Fokus kami tadi, memang jadi alasan utama kehadiran Si­walima, yakni ikut andil dalam penyelesaian konflik yang terjadi di tengah masyarakat.

Kini, seturut perkembangan za­man dan kemajuan teknologi, Si­walima juga harus berinovasi da­lam dinamika pergeseran paradig­ma media.

Perkembangan teknologi inter­net berdampak pada perubahan praktek jurnalistik yang mengha­rus­kan media merubah cara kerja, produksi, model bisnis dan juga struktur organisasinya. Tujuanya agar lebih inovatif dan efesien dalam upaya memberikan kesan lebih kepada pembaca.

Kemajuan teknologi yang pesat saat ini, memang mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia.

Dahulu untuk memperoleh infor­masi, masyarakat hanya bisa men­dapatkannya melalui media konvensional seperti radio, koran dan televisi. Kini dengan hanya bermodalkan smartphone, sangat banyak informasi yang bisa dida­pat, dengan mengakses portal me­dia online atau sharing dan ber­sosialisasi melalui media sosial.

Berdasarkan hasil riset dimana jumlah pengguna internet yang begitu cepat bertambah, menjadi semakin meningkat dan berkem­bangnya variasi media komunikasi berbasis internet.

Pemanfaatannya yang begitu mudah dan dapat diakses dimana saja menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat. Media cetak pun nyaris tersingkir dengan keha­diran media online. Menyikapi ke­mungkinan tersebut, maka industri media massa di Indonesia dituntut untuk menyesuaikan dirinya pada era globalisasi berbasis teknologi digital pada saat ini.

Perkembangan yang pesat ini, mau tak mau memunculkan ba­nyak inovasi baru dari perusahaan media, termasuk Siwalima.

Awalnya kami adalah media konvensional, kini harus menye­suaikan dengan gemerlapan du­nia online. Dengan kata lain, kami melakukan perluasan dalam bentuk core media.

Bila awalnya Siwalima hanya bisa menjangkau pembaca secara fisik, saat ini melalui Siwalima­news.com, kami sudah bisa lebih cepat menjangkau publik dengan menyajikan berita teranyar dari sumber terpercaya dan berkelas.

Memang, kurun sepuluh tahun terakhir eksistensi media cetak kian terpuruk, tidak hanya di kancah nasional, tapi internasional pun mulai bergejolak. Bisnis media cetak ditinggalkan para pemiliknya akibat perkembangan teknologi informasi.

Pada realitanya media cetak memang mulai ditinggalkan para pembacanya, kalangan anak muda kini lebih suka membuka media massa melalui ponsel, komputer, atau perangkat digital lainnya yaitu media online.

Memang keberadaan media massa saat ini tak dapat dipisah­kan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi media, telah mengubah wajah dunia, batas, jarak dan waktu yang menjadi kendala masa lalu, kini telah teratasi melalui media online.

Posisi media cetak pada tahun 2014 berada diurutan keempat menggambarkan ketatnya persai­ngan media massa saat itu, ber­dasarkan data yang dikemukakan lembaga riset Nielsen, bahwa konsumsi media dikota-kota baik di Jawa maupun luar Jawa me­nunjukan televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh internet atau media online (33%), Radio (20%), surat kabar (12%), tabloid (6%) dan majalah (5%).

Media cetak sudah beberapa kali mengalami disrupsi, Perkemba­ngan media dari cetak ke elektronik lalu ke online membuat persaingan semakin ketat. Inovasi strategi, visi dan misi pun dilakukan untuk menghadapi persaingan dengan media baru ini.

Media baru mengusung pembe­ritaan yang cepat, running news. Berita terus bergulir yang setiap saat dan dituntut untuk selalu meng-update pemberitaan sesuai perkembangan objek beritanya. Berita bergulir, merupakan strategi untuk bertahan media cetak di tengah persaingan ketat dengan media online.

Penggabungan antara media cetak dengan media online ini, di ranah dunia pers, disebut sebagai konvergensi media atau mengga­bungkan berbagai media bebe­rapa media berbeda menjadi satu.

Memang secara profitabilitas, media online belum memberikan sumbangan berarti bagi perusa­haan. Banyak perusahaan media, ter­masuk Siwalima, tetap mengan­dal­kan pendapatnya dari edisi cetak.

Saat ini strategi yang kami lakukan adalah memodifikasi pro­duk dengan perbaikan kualitas pro­duk yang sudah ada. Inovasi men­jadi salah satu kunci keberha­silan dalam strategi modifikasi produk. Pers cetak juga mengenal kemasan dan desain produk.

Desain dan kemasan yang unik diyakini bisa menarik konsumen. Hal ini juga berlaku bagi media kor­porasi maupun organisasi. Infor­masi yang disajikan lewat media korporasi atau organisasi perlu dimodifikasi secantik mungkin, agar menarik di mata pembaca.

Modifikasi produk media cetak ini dengan memanfaatkan kelema­han media online. Misalnya grafis dan co­ver, diyakini mampu mem­beri ke­san indah di tampilan media cetak.

Pemberitaan yang diwujudkan dalam bentuk grafis akan memu­dahkan pembaca untuk menang­kap pesan berita yang rumit men­jadi mudah. Dengan grafis, pem­baca akan bisa mengakap pesan berita tanpa harus membaca teks beritnya.

Strategi lain yang bisa dilakukan media cetak ke dalam berita, di­mana media online mengandalkan faktor kecepatan, sehingga aspek kedalaman berita menjadi terabai­kan. Di titik ini, media cetak yang mempunyai waktu yang lebih long­gar bisa memberi sentuhan yang lebih dalam dari berita-berita yang diliris di media online. Media cetak dapat menyajikan berita-berita indepth news, sehingga pembaca dapat mencerna informasi yang lebih dalam dan lengkap dari sekedar berita permukaan.

Lepas dari semua itu, media hanya mampu menjadi alat legiti­masi perilaku dan tindakan, namun bukan alat yang menciptakan peri­laku dan tindakan, dimana harus ada titik temu atau keseimbangan antara kebebasan yang dimiliki oleh media massa dan garis batas yang boleh dilaluinya.

Keseimbangan ini haruslah dibuat dengan tanggung jawab, dan bukan dengan pengekangan. Kare­na itu, tanggung jawab media dalam membangun budaya bangsa harus diletakkan pada pengembangan kemampuan para pekerjanya.

Tanggung jawab, etika dan dilema dapat dikatakan menjadi sebuah integritas dan konsekuensi logis para pekerja media massa dalam menjalankan fungsi dan memperjuangkan idealismenya.

Di sisi lain, kepercayaan mas­yarakat selalu memberikan sprit bagi kami untuk menjalankan fungsi dan peran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial sesuai amanat Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Memang tak mudah, tapi kami harus menjalankan semua ini sebagai sebuah tanggung jawab profesi, demi dan untuk semua yang berada di dalamnya.

Kini, di ulang tahun ke-23, begitu banyak ucapan selamat mengalir. Pujian, harapan, masukan dan juga kritikan dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa semua me­reka menginginkan Siwalima tetap ada, semakin maju, dan sukses un­tuk kepentingan masyarakat dan daerah.

Pada akhirnya, kami merasa sa­ngat perlu sekali lagi menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pembaca dan relasi setia Siwa­lima, karena kepercayaan, duku­ngan dan doa Anda semua membuat kami tetap kokoh berdiri hingga saat ini. (*)