AMBON, Siwalimanews – Kerja Satgas Covid-19 Maluku dan Kota Ambon tak berubah. Tetap amburadul.

Memvonis seseorang positif terpapar Covid-19 tanpa diberikan bukti hasil uji laboratorium. Tak hanya itu, hasi uji lab juga berbeda dengan rumah sakit lainnya.

Ketidaktransparan Satgas Covid-19 terhadap hasil swab, membuat masyarakat meragukan kerja mereka.

Dalam satu kasus, hasil swab yang dilakukan oleh Dinas Kese­hatan Maluku di Balai POM berbeda hasilnya dengan RS Siloam. Selain itu penyampaian hasilnya juga hanya secara lisan, tanpa bukti dan hasil lab.

Salah satu keluarga pasien yang enggan namanya dipublikasikan kepada Siwalima membeberkan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara Dinkes dan RS Siloam.

Baca Juga: Vaksin Pfizer Diklaim Manjur 90 Persen Tangkal Covid-19

Ia menuturkan pada 19 Oktober dilakukan uji swab kepada ponakannya yang masih berumur 14 tahun oleh Dinkes Maluku karena ponakannya mengalami beberapa gejala berupa meriang dan demam.

“Dua hari berselang atau pada 22 Oktober, tim medis Dinkes Maluku menyatakan hasil uji swab tersebut negatif dan disampaikan secara lisan kepada keluarga, namun pada 24 Oktober oleh petugas medis tim kesehatan Dinkes kembali menyatakan bahwa ponakan, kami positif, tanpa ada keterangan medis,” ucapnya.

Berdasarkan hasil uji swab pada 19 Oktober, maka pada 26 Oktober dilakukan uji swab kedua di Hotel Wijaya oleh Dinkes Kota Ambon dan hasilnya diberitahukan secara lisan juga bahwa ponakannya positif Covid-19

Kemudian pada 2 November, kembali dilakukan uji swab ketiga oleh Dinkes Maluku dan hasilnya masih positif juga, padahal faktanya kondisi fisik sang anak tidak terdapat gejala-gejala sakit, maupun gejala seperti pasien covid lainnya.

“Fakta ini dikuatkan dengan keberadaan ponakan saya yang tinggal bersama dengan kedua orang tua dan saudaranya, namun mereka tidak sakit, bahkan mereka telah diswab dan hasilnya negatif,” ungkapnya.

Dari hasil pemeriksaan 1-3 bila dikaitkan dengan fakta fisik dari si anak ini, maka keluarga merasa curiga, sebab hasil yang diberitahukan kepada keluarga pasien diduga tidak akurat.

Untuk membuktikan bahwa si anak ini tidak sakit atau positif Covid-19,  pihak keluarga mengambil langkah untuk melakukan swab keempat yang dilakukan pada 6 November dengan memakai dua rumah sakit pembanding.

“Uji swab Dinkes Maluku di RSUD dr.Haulussy pada 6 November hasilnya keluar pada 9 November itu positif berdasarkan laporan hasil dari Balai POM Ambon,” ujarnya.

Untuk membuktikan uji swab Dinkes Maluku yang diduga tidak akurat, maka si anak  ini diantar untuk uji swab di RS Siloam, dan spesimen untuk swab diambil pada hari yang sama yakni 06 November 2020.

Ternyata, hasil uji swab dari RS Siloam yang keluar pada hari itu, negatif.

Dengan adanya hasil uji pembanding dari RS Siloam yang hasilnya berbalik dengan Dinkes, maka ini menandakan kinerja yang kurang baik dari pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid 19.

“Bagaimana mungkin hasil seseorang hanya dinyatakan positif covid dengan pemberitahuan lisan tanpa ada keterangan secara medis yang dapat dipertanggungjawabkan juga secara medis,” tanya dia.

Ia menegaskan, ini membuktikan bahwa pemerintah tidak profesional dalam menangani pandemi, sehingga kami menduga pemerintah tidak serius bahkan dapat diduga juga ada rekayasa dalam hasil uji swab yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang menyampaikan hasil swab dari laboratorium.

Sebelumnya juga Pengacara Djidon Batmomolin geram dan mengancam mempolisikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikyal Pontoh.

Batmomolin menduga ada kejahatan dalam hasil swab test Covid-19. Anak kandungnya divonis positif Covid-19. Tetapi setelah ia membawa anaknya melakukan swab test  di Rumah Sakit Siloam, hasilnya justru negatif.

Kepada Siwalima, Kamis (10/9) Batmomolin menjelaskan, hasil skrining PCR swab Covid-19 terhadap anaknya bernama Alvino Batmomolin dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tertanggal 2 September 2020, yang dikeluarkan 6 September bahwa dia positif Covid-19. Sementara hasil tes PCR dari laboratorium Rumah Sakit Siloam menunjukan hasilnya negatif. Tes PCR di rumah sakit swasta itu dilakukan pada 7 September 2020. Hasilnya keluar pada 10 September.

“Ada perbedaan hasil swab test terhadap anak kandung saya, dari rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Anak saya dinyatakan positif covid, namun setelah swab test di rumah sakit swasta, itu hasilnya negatif. Kenapa hasilnya beda? Ini berarti suatu penipuan dan kejahatan yang terselubung. Saya akan polisikan dia dan gugat dia secara perdata,” tandas Batmomolin.

Kerja Satgas Dipertanyakan

Akademisi Unpatti, Paulus Koritelu mengatakan, problem utama dari Covid-19 saat ini bukan medikal problem, tetapi mult iproblem yang membuat masyarakat bertanya-tanya kerja satgas selama ini.

“Tes swab di hari yang sama dengan hasil berbeda itu musti dipertanyakan, kalau lewat beberapa hari boleh jadi, karena ada kesempatan bagi imun tubuh bisa kembali pada posisi yang relatf lebih baik,” kata Koritelu, kepada Siwalima, Kamis (12/11).

Kalau hasil rapid test mungkin bisa saja meleset. Namun kalau hasil swab test berbeda, kata Koritelu, perlu dipertanyakan.

“Hasil swab itu merupakan tingkatan tertinggi untuk mematikan kondisi seseorang terpapar atau tidak, saya sendiri tidak bisa melihat logika medikalnya apa jika hari ini si A dikatakan positif dan di jam berbeda di tes ditempat lain hasilnya negative, itu agak aneh,” ujarnya.

Dengan cara kerja yang demikian menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap Satgas Covid-19.  “Bagi saya kasus ini itu kesalahan yang fatal dan bukan baru pertama tetapi yang kedua di Maluku mestinya tidak boleh terjadi,” tandas Koritelu.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Maluku Meikyal Pontoh ketika dikonfirmasi mengaku, pasien berumur 14 tahun itu benar positif dan sudah dilakukan pengambilan swab sebanyak  4 kali.

“Memang dia sudah positif, ini swab keempat, pertama sudah positif, tinggal ini mau kontrol untuk menegatifkan,” kata Pontoh.

Terkait dengan hasil swab test yang berbeda, Pontoh mengatakan, hal ini bisa saja terjadi, karena orang yang melakukan swab dan alat yang digunakan itu berbeda.

“Bisa saja berbeda, karena pengambilan dilakukan orang berbeda dan alat yang digunakan berbeda, bisa saja hasilnya berbeda ketika pengambilan kondisinya membaik,” jelasnya.

Pontoh kemudian meminta stafnya yang menangani langsung pasien itu untuk menjelaskan lebih jauh kepada wartawan. Namun anak buahnya justru buru-buru meninggalkan kantor gubernur.

Sementara medikal RS Siloam, Abraham mengaku, hasil swab terhadap pasien 14 tahun memang negatif. “Bisa saja hasilnya negatif, tidak masalah,” ujarnya singkat. (Cr-5/S-39)