DOBO, Siwalimanews – Hampir 1 ton atau 835.5 kilogram sampah campuran organik dan non organik diangkut oleh Badan Ling­kungan Hidup Aru dalam aksi Coral Trigle Day peringati Hari Laut Se­dunia dan Hari Segitiga Terumbu Karang oleh Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) dan DKP Aru.

Kegiatan tersebut berlangsung, Kamis, (17/6) di Kawasan Sipur Pan­tai Kelurahan Siwalima  kecamatan PP Aru.

Kegiatan dihadiri Deputi Pengen­dalian Sampah dan Lingkungan Kemenko Marves, Sukandar, Direk­tur P4K KKP, Muhammad Yusuf, Kasi Retorasi P4K KKP, Hendi Koeshandoko, Wakil bupati Aru, Muin Sogalrey, Sekda Aru, Moh. Djumpa, Danlanal Aru, Letkol Laut (P) Choirur Roziqin, S.H., M. Tr (Hanla), Kajari Aru, Andi Panca Sakti, Kasatbinmas polres Aru, AKP Olof Bembuain, Kadis DKP Aru, J.Gutandjala, Kadis BPLH Aru, Fredik Gaite.

Direktur P4K KKP, M. Yusuf mem­buka kegiatan tersebut mengatakan, sampah harus diatasi dengan ber­sama-sama atas kesadaran masing-masing perseorangan masyarakat khususnya di wilayah pemukiman padat penduduk pesisir pantai.

“Bapak mentri memerintahkan agar kami turun langsung agar dapat mengkampanyekan dan mensosia­lisasikan untuk pengelolan dan me­ngatasi masalah sampah. Pak mentri juga memerintahkan agar kita sangat peduli dengan sampah dan agar dapat mengurangi sampah-sampah yang ada di pesisir dan laut karna Sampah mengandung banyak pe­nya­­kit,” ujarnya.

Baca Juga: 7.227 Orang Mengungsi, 103 Rumah Rusak Akibat Gempa Tehoru

Sementara itu, Sogalrey menga­takan penyelenggaraan kegiatan Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) yang diinisiasi oleh Ke­menterian Kelautan dan Perikanan demi kepedulian atas masalah pe­ngelolaan sampah laut di Aru.

“Permasalahan sampah laut di Kota Dobo dan juga di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Aru sangat kompleks,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, selain sam­pah yang berasal dari aktifitas warga yang berdomisili di Kota Dobo, sampah juga berasal dari kegiatan nelayan dari Pulau Jawa yang si­nggah di Kota Dobo. Bahkan Kota Dobo dijadikan tempat pembuangan sampah yang berasal dari kapal Pelni yang berlabuh, dan rata-rata me­nurunkan sampah sebanyak 5 ton setiap bulan.

“Kami sangat berharap kepedu­lian pemerintah pusat untuk mem­berikan dukungan bagi pengelolaan sampah di Aru. Sampah plastik telah menjadi ancaan yang serius, tidak hanya mengancam ekosistm dan biota laut, namun juga pada akhimya dapat mengancam kehidupan manu­sia,” katanya.

Dikatakan, sampah plastik di laut dapat terurai menjadi mikroplastik yang akan dimakan oleh ikan atau biota laut lain, dan pada akhimya akan menimbulkan masalah keseha­tan kepada manusia.

Untuk itu, sampah laut khususnya sampah plastik harus dikelola de­ngan baik agar tidak bocor ke laut

“Kegiatan ini saling mengingat­kan kita bersama tentang bahaya yang tersembunyi, yang dapat me­ngancam kehidupan anak cucu kita di masa mendatang, akibat kebia­saan kita selama ini membuang sampah ke laut,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat semua, tidak hanya di Kelurahan Siwalima ini, untuk mulai merubah kebiasaan tidak lagi membuang sampah ke laut.

“Bahaya mikropiastk sudah meng­an­cam kehidupan kesehatan kita, kareng ikan yang kita makan bisa jadi sudah mengandung mikro­plastik,” cetusnya.

Sementara itu, Deputi Pengen­dalian Sampah dan Lingkungan Kemenko Marves mengatakan, sam­pah plastik telah menjadi salah satu masalah utama laut dan pesisir.

“Sampah-sampah plastik tersebut biasanya berasal dari pesisir pantai tempat objek wisata yang dibuang dan terbawa gelombang maupun berasal dari pelabuhan-pelabuhan pantai dan aktivitas nelayan di pelabuhan perikanan atau berasal dari rumah tangga di perkotaan kemudian dibawa oleh arus ombak dan bermuara di laut dan pantai,” jelasnya.

Ditambahkan, penumpukan sam­pah ini dinilai memberi dampak tersendiri bagi kelangsungan ekosistem laut dan pesisir karena sifat sampah yang sulit terurai dalam waktu yang sangat lama.

“Bahaya sampah plastik dapat mengakibatkan beberapa kerugian, seperti pencemaran tanah dan air yang berada di bawahnya, mengganggu rantai makanan, polusi udara dan dapat membunuh hewan,” ungkapnya. (S-25)