Sedikitnya ada empat pasien gizi buruk yang dirawat di RSUD Haulussy Ambon, dua pasien dinyatakan telah meninggal dunia, Ellena, warga Kabupaten Malteng pada 4 Februari lalu dan Rabu (19/2) Yelica. Sementara dua pasien lagi masih dirawat. Sayangnya pihak RSUD Haulussy terkesan tertutup.

Masalah gizi buruk harus mendapat perhatian serius Pemprov maupun kabupaten/kota, terjadinya gizi buruk justru memberikan penilaian negatif betapa daerah ini masih mengalami kemiskinan.

Berada pada urutan ke-4 termiskin secara Nasional, harus menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik baik dibidang kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai serta meningkatkan program pemberdayaan msyarakat yang mendorong peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kasus gizi buruk yang terjadi di Maluku, harus menjadi catatan kritis bagi Pemprov Maluku maupun kabupaten/kota untuk menemukan formula yang tepat dalam menanggani masalah tersebut.

Jika masalah gizi buruk diakibatkan karena rata-rata masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskian, dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pemerintah harus berupaya untuk menyelesaikannya dan bukan sebaliknya hanya diam dan tidak bertindak.

Baca Juga: Tingkatkan Pengawasan Beras Plastik

Faktor-faktor yang  menyebabkan terjadinya gizi buruk  yaitu, masalah ekonomi rendah. Faktor ini yang dialami oleh seluruh masyarakat di Indonesia dan bukan saja di Maluku, Sanitasi. Kondisi rumah dengan sanitasi yang kurang baik akan membuat kesehatan penghuni rumah, khususnya anak-anak akan terganggu.

Berikutnya faktor pendidikan dan perilaku orang tua, yang terkadang karena pegetahuannya terbatas sehingga kurang memperhatikan kesehatan anak.

Keadaan gizi yang baik, merupakan syarat utama kesehatan dan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk menurut World Health Organization(WHO) ditentukan berdasarkan indikator antropometri berat badan menurut, tinggi atau panjang badan (BB/TB) dengan z-skor BB/TB <-3 SD, dan ada atau tidaknya odema.

Disisi yang lain, penyebab gizi buruk juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan menderita penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah.

Terjadinya gizi buruk pada sejumlah daerah di Maluku juga disebabkan karena lemahnya penanganan dari Pemerintah seperti, sosialisasi pelayanan kesehatan masih kurang terjangkau pada wilayah-wilayah pedesaaan. Pelayanan kesehatan masih terfokus pada ibukota Ambon maupun ibukota kecamatan. Kurang berfungsikan posyandu, serta penyebaran infrastruktur puskesmas, tenaga medis yang masih terbatas.

Masalah-masalah harus mendapat perhatian secara serius dari pemerintah dengan mengaktifkan kembali posyandu pada wilayah-wilayah pedesaan, tenaga medis yang masih kurang perlu ditam­bahkan. Supaya seluruh wilayah di Maluku mendapatkan pelayanan kesehatan secara baik.

Intinya, Pemprob Maluku maupun pemda kabupaten/kota harus membangun sinergitas meningkatkan sosialisasi tentang kesehatan bagi masyarakat, meningkatkan sosialisasi tentang pemberian gizi dan asupan yang cukup bagi balita

Jika kasus gizi buruk ini sudah tertanggani dengan baik, maka tentu saja pembangunan daerah ini akan semakin maju, karena gizi yang baik justru berdampak pada peningkatkan kualitas sumber daya manusia. (*)